Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah salah, Bila Kita Mencintai Sahabat?

Penulis: Fredy Suni


Teresia sahabat penulis asal Dayak, Kalimantan Barat. Ilustrasi foto oleh Teresia.



Tafenpah.com - Mencintai dan dicintai adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Kita tidak pernah tahu, kapan harus jatuh cinta? Dengan siapa? Dari mana? Kepercayaan apa? Suku apa? Negara mana?


Bejibun pertanyaan di atas adalah rentetan dramatisasi yang kita lalui setiap waktu. Cinta itu hadir tanpa diduga. Ibarat pencuri yang masuk tanpa diduga sebelumnya.


Namun, apa yang akan terjadi, bila kita mencintai sahabat sendiri? Wow, pasti rasa sungkan dan bersalah selalu mengejar kita. Disposisi atau keadaan batin ini ibarat bahasa anak muda Metropolitan adalah “Ghosting.”


Ghosting adalah keadaan di mana seseorang sedang sayang-sayang, tetiba orang yang disayanginya hilang begitu saja. Bagaimana rasanya? Pasti sakit kan.


Begitulah yang saya dan kamu alami dalam kehidupan. Munafik bila kita tak pernah jatuh cinta dengan sahabat sendiri.


Padahal sahabat adalah orang yang mengetahui kelebihan dan kekurangan kita, tetapi tetap mencintai kita. 


Cinta seorang sahabat itu berbeda dengan cinta kepada tambatan hati. Perbedaannya terletak di “kebebasan.”


Pernah nggak kamu alami canda tawa bersama seorang sahabat, rasanya kita tertawa lepas dan tanpa beban. Bicara apapun pasti nyambung. Mulai dari hal yang positif dan negatif pasti dianggap biasa saja.

Lalu bandingan dengan saat kita bersama pacar. Pasti kita menjaga sikap, agar terkesan sopan di depan pacar. Awalnya pasti kita merasa senang dan bahagia, karena tidak jomblo lagi. Tapi, semakin lama, rasanya kebebasan kita dibatasi oleh pacar.


Setiap detik pasti dipantau story IG, Facebook, WhatsApp, dan berbagai akun medsos lainnya oleh pacar. Dan perlahan-lahan kita kehilangan kesabaran. Akibatnya, nama-nama binatang yang tidak tahu apa-apa di kebun binang, dibawa-bawa ke dalam urusan percintaan dengan pacar.


Aih, makin runyam dunia ini. Kata, mama-mama di kampung Haumeni.


Cinta Itu Tidak Pernah Salah!

Teresia sedang bersantai ria di tempat KKN, Surabaya. Ilustrasi oleh Teresia.


Bila saat ini kamu mencintai sahabatmu, itu tidak salah. Karena pada dasarnya, cinta itu tidak mengenal segala tetek-bengek apapun. Cinta itu murni , hadir dan mengalir menjalari setiap pori-pori kita.


Bersenandung di balik irama cinta di bulan April sangat indah. Sejauh ada kesempatan, pertemuan dan komunikasi yang intens dengan sahabat, semakin lama cinta pun bersemi. Karena kita merasa nyaman, diperhatikan, dikasihi dan disayangi oleh seorang sahabat.


Sahabat itu mengetahui segala curhatan isi hati kita. Secara kasar, pacar hanyalah pelengkap. Why? Karena terkadang pacar juga tidak peka dengan keadaan yang kita alami. Justru yang selalu tahu dan memahami kita dalah sahabat.


Pacar yang positif adalah saling mendukung, bukan sebaliknya membatasi kebebasan. Alamak, belum nikah sudah diatur-atur dan dikekang, apalagi setelah nikah, perang dunia ketiga pun pasti meletus.


Ada kalanya, lelaki yang baik pasti menghargai wanitanya. Tapi, pada umumnya, lelaki hanya mengincar apa yang ada dalam diri seorang wanita. Setelah mendapatkan yang dia inginkan, wanita dicampakkan, bagaikan barang rongsokan yang tidak berguna lagi. Inilah realita yang terjadi dalam kehidupan kita.


Sebaliknya, wanita ibarat bluetooth, ia menerima semua koneksi. Di antara banyaknya koneksi yang tersambung, ia akan memilih salah satu di antaranya yang dianggap cocok. Sementara yang lainnya, terkadang hanya dimanfaatkannya saja, tatkala ia menemui kesusahan.



Baik laki maupun perempuan sama-sama memiliki kelebihan dan kekuarang. Yang terpenting adalah saling menghargai. 


Cinta Philia

Teresia sahabat penulis. Ilustrasi oleh Teresia.


Sejatinya cinta Philia sudah ada sejak di dalam rahim ibu kita. Di setiap negara, penyebutan cinta Philia itu berbeda-beda. Tapi maknanya sama yakni, apa yang kamu rasa, itulah seperti yang saya rasakan.


Cinta philia pertama kali diperkenalkan dan dihidupi oleh para filsuf Yunani kuno. Seiring dengan perjalanan mesin cordoba waktu, cinta philia dikenal di kelas-kelas Filsafat.


Dari ruang Filsafat, penyebutan cinta philia semakin berkembang dari mulut ke mulut. Penyebutan lain dari cinta Philia adalah cinta tanpa syarat. Layaknya sahabat yang mencintai kita apa adanya.


Cinta Philia memiliki penyebutan lain di dunia Filsafat yakni cinta Liyan. Liyan berarti diriku juga da dalam diri sahabat.

Artinya, apa yang dialami oelh sahabat atau orang lain dalam peristiwa apapun, itulah yang terjadi dalam diriku. Lebih tepatnya saling berempati.


Lalu, model cinta empati yang seperti apa? 


Cinta empati seirama cinta saya kepada orangtua, sanak saudara dan family yang berada di kampung halaman. Sudah sekian lama kita berada di tanah rantau, rasa rindu untuk kembali bersua dengan keluarga di kampung halaman sudah tak tertahankan lagi.


Begitulah kerinduan yang dialami oleh setiap anak rantau. Berada di antara situasi yang tidak pasti, membuat kita terkadang ingin menangis. Ya, bila kita bersedih menangislah, dan bila kita senang, tertawalah. Sebelum keduanya hilang dari wajah kita.


Tulisan ini saya persembahkan untuk sahabat saya, Teresia (Tere) gadis cantik menawan hati asal Dayak, Kalimantan Barat yang kini berusia 20 tahun. Mahasiswi STP IPI Malang, Prodi Pelayanan Pastoral. Yang saat ini menjalani masa KKN di Paroki Salib Suci, Tropodo, Surabaya, Jawa Timur.


Sekiranya, melalui coretan rindu yang ada dalam  tulisan ini bisa mengobati kerinduan untuk keluarga yang ada di Kalimanta Barat.


Salam hangat dari sahabatmu.



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Hi salam kenal ya!!! Saya Frederikus Suni, biasanya disapa Fredy Suni adalah pendiri dari Tafenpah. Profesi: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University). Saya adalah mahasiswa Droup Out/DO dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dan Universitas Dian Nusantara (Undira). Saat ini bekerja sebagai Kreator Konten Tafenpah Group | Saya pernah menjadi Wartawan/Jurnalis di Metasatu.com dan NTTPedia.id || Saya pernah menangani proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI || Saya pernah magang sebagai Copywriter untuk Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta. Saat ini fokus mengembangkan portal yang saya dirikan yakni: www.tafenpah.com || www.pahtimor.com || www.hitztafenpah.com || www.lelahnyahidup.com || www.sporttafenpah.com || Mari, kita saling berinvestasi, demi kebaikan bersama || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

2 komentar untuk "Apakah salah, Bila Kita Mencintai Sahabat?"

  1. Asyiikkkk....

    Bener banget mas broo...pada sahabatlah kita bisa curhat tanpa ada yg disembunyikan.
    Sahabat tdk hrs ada rasa cinta. Yg ada adalah rasa sayang yg tulus.

    Selamat bersahabat mas broo

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih


Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat