Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merajut Masa Lalu dengan Karya Fiksi

Nikmatnya membaca karya fiksi.Educencer

Penulis: Fredy Suni

Tafenpah.com - “Setiap kali kita membaca fiksi sebenarnya kita menggali apa yang tersadari dan apa yang tidak tersadari,” ungkap Ahmad Munjid Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada kepada peserta webinar yang diselenggarakan oleh Universita Dian Nusantara beberapa hari yang lalu secara virtual.


Serpihan kisah masa lalu hanya bisa dirajut dengan karya sastra. Sastra sebagai jembatan penyeberangan bagi kita untuk mengungkapkan sesuatu di masa lalu secara mendalam dengan cara tidak langsung.


Sastra dipandang sebagai lautan lepas yang memiliki dua fungsi yakni menghubungkan dan memisahkan.

Pixels

Makna ‘menghubungkan’ berarti setiap peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa saja menjadi pemantik motivasi bagi setiap orang untuk kembali bangkit dari keterpurukan. 


Sebaliknya, makna memisahkan berarti adanya kerinduan yang membuncah di dalam dada setiap orang karena merasa tak dihargai, dipecundangi, diremehkan, dilecehkan, dan berbagi masalah psikologis yang mengikutinya.


Akibatnya adanya trauma. “Trauma adalah luka mental yang dialami oleh seseorang karena peristiwa dahsyat yang berusaha untuk ditekan dan itu tidak pernah tersembuhkan,” tambah Ahmad Munjid.


Lebih jauh, Dosen Universitas Gadjah Mada ini melihat peristiwa trauma dalam diri diaspora atau perantau, terutama ia dengan sederhana menghubungkan keterasingan salah satu sosok Sastrawan besar yang tahun ini menerima hadiah Nobel yakni; Abdulrazak Gurnah. Karena novelnya yang dinilai oleh dunia sebagai role model untuk melihat peristiwa keterasingan yang dialami oleh penduduk Afrika zaman kolonialisme.


“Dengan membaca novel-novel Abdulrazak Gurnah kita akan memahami psikologi masyarakat diaspora, psikologi orang-orang Afrika yang mengalami trauma kolonialisme,” kata Ahmad Munjid.


Hipwee

Inilah nikmatnya membaca karya sastra Abdulrazak Gurnah yang merupakan diaspora dari Timur Tengah dan seorang Muslim yang soleh. Selain itu, kiprah novel Abdulrazak Gurnah memuat tentang pergumulan hidup seorang manusia dalam menghadapi problem, lingkungan, dan orang-orang di sekitarnya.


“Begitu juga pergumulan ini memiliki ikatan emosional yang begitu kuat dan mengusik bagian terdalam kehidupan kita sebagai bangsa yang pernah cacat mental karena pendudukan koloniaslisme selama ratusan tahun,” terang Ahmad Munjid.



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Merajut Masa Lalu dengan Karya Fiksi"