Kisah Pilu Tangisan Mama Papua di Balik Melimpahnya Kekayaan Alam

Penulis: Frederikus Suni 

Kisah Pilu Tangisan Mama Papua, ketika masak tidak ada beras, meski tanah Papua kaya akan sumber daya alamnya. Tafenpah.com

TAFENPAH.COM - Seorang ibu menggendong anaknya sambil membawa seikat daun singkong (daun ubi) untuk menukarkannya dengan garam dan vitsin (Ajinomoto) kepada seorang Selebgram sekaligus TikToker yang bernama Wike Afrilia.

Wike Afrilia sendiri merupakan Kreator Konten di sosial media besutan Mark Zuckerberg (Instagram, Facebook, dan WhatsApp). Selain ia juga kerap kali membagikan konten-konten inspiratif di laman Tiktoknya.

Kreator konten Inspiratif tersebut dalam unggahannya pada tanggal 20 Desember 2024 lalu, menampilkan seorang ibu (mama) dari tanah Papua yang sedang berjuang, menerjang panasnya terik Matahari di negeri penghasil emas terbesar dunia tersebut, demi mendapatkan sebungkus garam dan vitsin.

Baca Juga: 

Perayaan Nataru Keluarga Besar Yayasan Tri Asih, Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem


"Mama bawa segenggam sayur daun ubi untuk tukar dengan garam dan vitsin," tulis Wike sekaligus menjadikannya sebagai headline di konten Instagram dan Tiktoknya.

Wike pun menanyakan kepada mama tersebut, apakah mama sudah masak?

Kisah Pilu Tangisan Mama Papua, ketika masak tidak ada beras, meski tanah Papua kaya akan sumber daya alamnya. Tafenpah.com


"Masak tapi tidak punya apa-apa," jawab mama tersebut, sembari hanya mengusap kepalanya dengan perasaan malu dan menunduk.

Perasaan haru di balik ungkapan mama Papua mendorong sisi kemanusiaan dari Wike Afrilia terus berontak.

Karena kejujuran mama Papua itu merepresentasikan atau mewakilkan sebagian besar pengalaman ketidakpunyaan makanan warga yang tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), khususnya yang berada di tanah Papua yang katanya merupakan provinsi dengan kekayaan alamnya yang melimpah.

Namun, pada kenyataannya, banyak warga yang masih kelaparan!

Wike Afrilia pun menerima daun ubi, sebagai barter atau menukarkannya dengan beberapa bungkus mie, garam, Ajinomoto (vitsin), sebotol minyak goreng dan sekarung beras.

Mama berwajah pucat, lelah, capek, dan kelaparan tersebut menerima pemberian Wike Afrilia dengan perasaan bahagia, bercampur malu dan senyum sumringah.

Aksi nyata dari Wike Afrilia mengajak kita untuk lebih peduli kepada mereka yang kekurangan dalam hidupnya.

Karena pada dasarnya, kita tidak pernah memilih untuk dilahirkan dan dibesarkan dari rahim mana pun. Apalagi, kepercayaan, daerah, suku bangsa, ras, jenis kelamin, kaya, miskin, daerah perkotaan, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan lain sebagainya.

Tugas kita sebagai manusia adalah saling membantu. Karena kita tidak pernah tahu, kapan dan dalam situasi seperti apa, kebaikan yang pernah kita berikan kepada orang lain, akan kembali kepada kita.

Kisah haru mama Papua tersebut juga mencerminkan keadilan seorang ibu kepada anak-anaknya.

Sebagaimana yang kerap kali Rocky Gerung katakan bahwasanya, rahim seorang ibu merupakan sumber keadilan.

Karena seorang ibu rela melakukan apa pun demi kelangsungan hidup anak dan keluarganya.

Dalam kondisi demikian, hal kecil apa saya yang sudah kita lakukan terhadap sesama di lingkungan sekitar kita? Bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila?

Silakan tinggalkan kisah inspiratif Anda melalui kolom komentar atau pun mengirimkan kepada redaksi TAFENPAH melalui email: tafenpahtimor@gmail.com untuk dipublikasikan di website TAFENPAH.

YouTube: Tafenpah Group

TikTok: @tafenpah.com

Instagram: @suni_fredy & @tafenpah_group

Halaman Facebook: @tafenpah


Sumber tulisan: Video Reels IG @wikeafrilia

TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Kisah Pilu Tangisan Mama Papua di Balik Melimpahnya Kekayaan Alam "