Apa Ya Kita Harus Mengubah Kebiasaan Budaya Kita, Biar Disukai?

Penulis: Fredy Suni

Budaya Dayak. Gambar:Pixabay

Tafenpah.com - Manusia hidup dari budaya dan pada akhirnya mati dalam bingkai kebudayaan pula.



Miris! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini.



Di mana masih banyak orang yang seenaknya menyamarakan setiap pribadi itu sama, terutama soal kebudayaan.


Etnis Dawan NTT | Tafenpah.com


Misalnya, saya orang NTT biasanya dicap sebagai preman dengan berwatak keras.




Lalu, teman saya dari etnis Tionghua disamaratakan sebagai orang yang pelit.

Budaya Tionghua |@SinarHarapan




Begitu pun saudara/saudari kita yang berasal dari Dayak, dan sebagainya.



Tentu saja, pemikiran dari masyarakat di luar sana, terutama yang hidupnya tidak mau belajar atau pun bersahabat dengan budaya lain, pastilah ia menjalani kehidupannya dengan pikiran demikian.



Karakter ini akan semakin berakar kuat dalam lingkungan sosialnya.


Akibatnya ia tidak mau bergaul atau pun berurusan dengan budaya lain.



Padahal negara kita ini terdiri dari ragam etnis, budaya, kepercayaan, ideologi, dll.



Sebagai orang Indonesia, kita seharusnya bangga dong. Karena dewasa ini banyak orang dari mancanegara yang berlomba-lomba untuk datang dan mempelajari budaya kita.



Sementara, kita sendiri berusaha untuk saling mendiskriminasikan antar satu dan lainnya.




Dalam kondisi seperti ini, kita bertanya, apa ya kita harus mengubah kebiasaan budaya kita, biar disukai orang lain?


Bagi saya tidak perlu mengubah kebiasaan dari mana kita berasal! Justru yang diubah adalah pemikiran orang-orang yang sedari dini sudah diajarkan untuk mendiskriminasi sesamanya yang beda budaya, dll.




Selain itu, pribadi yang selalu menstigmatisasikan budaya tertentu, sebaiknya perbanyak bacaan-bacaan humaniora.


Karena dengan begitu, ia akan mendapatkan insight-insight baru yang nantinya akan mengubah cara pemahamannya terhadap kebudayaan lain.



Makanya, komunikasi budaya itu selalu penting dalam peredaran zaman.



Zaman boleh saja berubah, tapi kita pun harus berubah dalam memahami kebiasaan budaya lain.



Tujuannya kehidupan kita jauh lebih bermakna dari sebelumnya.





Salam hangat dan jangan lupa ikutin saya di instagram @fredy_suni18 dan @tafenpahcom ya

TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia ||Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. ||Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia.Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat.Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider.Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.comSaya juga menerima jasa pembuatan Website ||Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy ||Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ ||WhatsApp: 082140319973 ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Apa Ya Kita Harus Mengubah Kebiasaan Budaya Kita, Biar Disukai?"