Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Militer Rusia di Perbatasan Ukraina Semakin Membahayakan Warga Asing!

Pasukan perang Rusia di perbatasan Ukraina Timur.Reuters

TAFENPAH.COM, INTERNASIONAL - Sejumlah negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina, di tengah meningkatnya peringatan akan invasi Rusia.


Ketegangan Rusia dengan Ukraina kian mengancam keselamatan dunia internasional. Karena saat ini, Rusia sudah mengirimkan sebanyak 100.000 pasukan perangnya di perbatasan Ukraina Timur, tepatnya di Kremlin yang mereka camplok sejak tahun 2014 silam.


Baca Juga: Liga Santri 2022 Segera Bergulir, dan Inilah Daftar Pemain Timnas yang berasal dari Pesantren


Daerah sengketa itu telah melibatkan NATO dan Sekutu (Amerika Serikat) turun tangan. Campur tangan NATO dan Sekutu dalam membantu Ukraina dengan mengirimkan pasukannya juga sempat dikecam oleh pemerintah Rusia, dalam hal ini Presiden Vladimir Putin.


Putin tidak menerima apa yang dilakukan oleh NATO dan Sekutu dalam urusan internal negaranya. 


Untuk menanggapi pernyataan Putin, Sekertaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa blok itu “bersatu dan siap untuk skenario apa pun,” seperti yang dilansir oleh penulis dari laman British Broadcasting Corporation (BBC), Sabtu (12/2/2022).


Lalu, negara mana saja yang sudah meminta wargnay untuk meninggalkan Ukraina?

Pasukan perang Rusia di Krimea.Reuters

Sejauh ini ada lima negara yang sudah meningkatkan komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mereka di Ukraina untuk segera mengevakuasi warganya dan secepatnya meninggalkan Ukraina.


Negara-negara itu antara lain: Inggris, Belanda, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.


Presiden Biden mengatakan bahwa dia tidak akan mengirim pasukan untuk menyelamatkan warga yang terdampar jika terjadi tindakan Rusia. Untuk itu, ia mengharapkan warganya mengikuti instruksinya, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.


Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengatakan pasukan baru Rusia telah tiba di perbatasan.


Seperti apakah langkah diplomasi yang diambil NATO dan Sekutu untuk meredakan krisis di Ukraina?

Warga Inggris di Ukraina segera meninggalkan daerah konflik itu.Reuters

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace memperingatkan rekannya di Moskow bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan memiliki "konsekuensi tragis" bagi kedua negara. Namun Sergei Shogiu mengatakan meningkatnya ketegangan militer di Eropa "bukan salah kami".


Ketegangan saat ini terjadi delapan tahun setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea selatan Ukraina. Sejak itu, militer Ukraina terlibat perang dengan pemberontak yang didukung Rusia di wilayah timur dekat perbatasan Rusia. 


Rusia Melupakan Sesama Bekas Negara Soviet

Pasukan perang Rusia.Reuters

Chemistry yang dibangun oleh Rusia dan Ukraina zaman Perang Dunia II bukan hanya berakhir dengan kekalahan yang menggenaskan dengan sejumlah denda kepada pihak Sekutu (AS) sebagai pemenang perang.


Namun, bekas-bekas negara Uni Soviet kini sudah tidak saling mengenal. Apalagi kemesraaan yang pernah mereka bangun bersama dalam memperjuangkan paham Komunis (Marxis) di seluruh dunia, kini dalam tanya tanya (?) besar bagi dunia internasional.


Karena apa yang dilakukan oleh Rusia adalah kesalahan masa lalu. Seharusnya sekarang mereka bersatu untuk bekerja sama dalam bidang apa pun. Namun, atas keegoisan Rusia, terlebih campur tangan NATO dan Sekutu lah yang memicu Rusia semakin naik pitam di semenanjung Timur itu.


Faktor Kecemburuan Rusia kepada Ukraina

Pasukan perangUkraina.Reuters

Masalah lain yang disesalkan oleh Rusia kepada Ukraina adalah mereka tidak sudi, jika ke depan, Ukraina akan bergabung dengan NATO.


Padahal mereka memiliki ikatan emosional, sosial dan budaya yang sangat mendalam sebagai sesama bekas negara Uni Soviet.


Untuk itu, Rusia meminta Ukraina untuk mengesampingkan mimpi atau skenario yang sementara direncanakan oleh NATO dan Sekutu.


Bagaimana solusi yang tepat bagi perang segiti antara Rusia, Ukraina dan NATO?

Tentara Wanita Ukraina. Reuters

Masyarakat internasional mengharapkan Rusia dan Ukraina melihat kembali semangat Perjanjian Minsk.


Perjanjian Minsk adalah upaya gencatan senjata yang gagal pada sebelumnya. Selain itu, NATO dan Sekutu jika tidak mencampuri urusan di Ukraina, tentu saja keadaan di Semenanjung Timur Ukraina tidak akan serumit sekarang.


Selain itu, baik Rusia, Ukraina, NATO, dan Sekutu (Amerika Serikat) harus belajar dari pengalaman pada perang Dunia II yang telah mengorbankan jutaan bahkan miliaran nyawa manusia di planet ini.


Sejarah kelam itu seharusnya menjadi jembatan bagi siapa pun yang saat ini punya kepentingan di Semenanjung Timur, Ukraina (Krimea), bahwa perang itu tidak menguntungkan. Bahkan perang akan mengacaukan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini sudah diperjuangkan oleh PBB di seluruh dunia.




Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Hi salam kenal ya!!! Saya Frederikus Suni, biasanya disapa Fredy Suni adalah pendiri dari Tafenpah. Profesi: Kreator Digital | Saya adalah mahasiswa Droup Out/DO dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dan Universitas Dian Nusantara (Undira). Saat ini bekerja sebagai Kreator Konten Tafenpah Group | Saya pernah menjadi Wartawan/Jurnalis di Metasatu.com dan NTTPedia.id || Saya pernah menangani proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI || Saya pernah magang sebagai Copywriter untuk Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta. Saat ini fokus mengembangkan portal yang saya dirikan yakni: www.tafenpah.com || www.pahtimor.com || www.hitztafenpah.com || www.lelahnyahidup.com || www.sporttafenpah.com || Mari, kita saling berinvestasi, demi kebaikan bersama || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Aksi Militer Rusia di Perbatasan Ukraina Semakin Membahayakan Warga Asing!"