Makna Tari Gawi Sia Ende Lio, Relevansi dan Pesan Kebudayaan terhadap Generasi Muda NTT
Penulis : Frederikus Suni
![]() |
Tari Gawi Sia Ende Lio. Dok; Tafenpah.com |
TAFENPAH.COM - Tari Gawi merupakan tari tradisional suku Ende Lio, Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyimpan kekayaan makna simbolik.
Kekayaan makna simbolik Tari Gawi kita jumpai dalam pesan "Persatuan, Kebersamaan, dan Rasa Syukur.
3 makna Tari Gawi di atas juga sangat relevan dengan kehidupan sosial dan budaya provinsi Nusa Tenggara Timur yang saat ini dilanda berbagai isu pembangunan, ekologis, ekonomi, politik, pendidikan serta berbagai aspek lainnya.
Tonton Video Festival Budaya Gawi Sia Ende Lio di YouTube Perspektif Tafenpah 👇 👇
Di balik isu-isu tersebut, sebagai warga provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya generasi muda suku Ende Lio, kita diajak untuk selalu memaknai sekaligus mengaplikasikan atau mewujudkan setiap perbuatan dan tindakan kita melalui ketiga pesan simbolik dari Tari Gawi (Persatuan, Kebersamaan, dan Rasa Syukur).
Selain itu, tari Gawi juga biasanya dilakukan pada upacara pernikahan, syukuran dan adat Joka Ju atau Tolak Bala.
Etimologi atau Akar Kata Tari Gawi Ende Lio
Secara etimologi atau akar kata, Gawi terdiri dari dua suku kata yakni; Ga dan Wi.
Ga berarti; Segan
Wi; Menarik atau menyatukan.
Elaborasi atau gabungan dari dua suku kata di atas dapat kita simpulkan bahwasannya; Gawi berarti; upaya untuk menyatukan atau melibatkan diri dalam kehidupan bersama yang di dalamnya terdapat rasa persaudaraan, persatuan serta rasa syukur kepada semesta dan Tuhan yang kita imani.
Festival Budaya Gawi Sia
Perayaan festival budaya Gawi Sia yang berlangsung di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur pada Sabtu, 19 Juli 2025 merupakan upaya dari Perkumpulan Wuamesu Indonesia, Organisasi Diaspora atau Perantau Ende Lio se-Jabodetabek untuk saling mengenal sesama diaspora dari suku Ende dalam merajut tali persaudaraan, persatuan, dan mensyukuri setiap hal baik dan buruk yang mereka alami selama di tanah rantau.
Festival Budaya Gawi Sia juga melibatkan 500 penari Gawi dan dihadiri kurang lebih 1.000 diaspora Ende Lio.
Festival Budaya Gawi Sia yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Wuamesu Indonesia dan Organisasi Diaspora Ende Lio bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) guna membuka ruang diskusi, dialog lintas kebudayaan dalam menyatukan setiap aspirasi.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena juga menyampaikan pesan kebudayaan yakni; Festival Budaya Gawi Sia merupakan momentum yang tepat untuk duduk bersama, berdiskusi bersama dalam mencari solusi dari setiap persoalan yang terjadi di wilayah NTT saat ini.
"Dari zaman dulu, kini, dan nanti, Budaya Gawi selalu relevan dengan setiap perubahan. Terutama kita menjadikan kesempatan ini untuk saling bertatap muka, ngobrol bersama, meningkatkan rasa persatuan, kebersamaan, dan mensyukuri apa yang kita alami dalam hidup ini," ujar Gubernur Melki melalui laman Instagram pribadinya @melkilakalena.official.
Kajian Filsafat kebudayaan Filsuf Ernst Cassirer terhadap Tari Gawi Sia Ende Lio
Ernst Cassirer merupakan filsuf kebudayaan blasteran Yahudi dan Jerman yang menghabiskan separuh hidupnya di tanah asing, khususnya Amerika Serikat mengkaji nilai-nilai simbolik kebudayaan.
Di mana, Ernst Cassirer mengatakan untuk memahami manusia secara utuh dan otentik, pertama-tama kita harus memasuki dinamika sosial kebudayaan manusia itu sendiri.
Artinya; filsuf Ernst Cassirer mengajak kita untuk memahami manusia dari akar kebudayaannya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya. Di mana, manusia dari suku bangsa mana pun hanya bisa didekati melalui nilai etika dan moral yang terjawantahkan dalam setiap aspek kebudayaannya.
Karena manusia akan hidup dan berproses hingga bertumbuh melalui unsur-unsur kebudayaan itu sendiri.
Perspektif atau pandangan filsuf Ernst Cassirer juga sangat tepat dengan perayaan festival budaya Gawi Sia dari suku Ende Lio.
Karena perayaan kebuyaaan itu menyimpan potensi sekaligus nilai-nilai humanisme.
Terutama nilai-nilai yang menyangkut kepentingan hidup secara bersama dalam bingkai kebudayaan.
Perayaan simbolik di balik Festival Budaya Gawi Sia merupakan bagian dari pelestarian kearifan lokal masyarakat Ende Lio dalam peradaban zaman.
Zaman terus berubah. Kita pun harus terlibat aktif dalam penyebaran informasi yang bercita rasa lokalistik.
Karena di sana kita merajut persatuan, rasa kebersamaan, dan rasa syukur kepada semesta dan Tuhan yang kita imani.
Relevansi Tari Gawi terhadap Karakter Generasi Muda NTT
Tari Gawi melambangkan kesucian, rasa persaudaraan, kebersamaan, dan bagaimana kita mensyukuri setiap berkat kehidupan yang kita alami, baik peristiwa yang menyenangkan maupun situasi yang kurang menyenangkan dalam perjalanan hidup kita.
Sebagai generasi muda NTT, khususnya suku Ende Lio kita memikul tanggung jawab besar di pundak kita untuk melestarikan nilai-nilai di balik Gawi.
Mengingat saat ini, kita di wilayah NTT sedang terlibat dengan berbagai persoalan.
Persoalan-persoalan tersebut hanya bisa kita atasi melalui ruang diskusi atau dialog.
Karena dalam dialog, segala persoalan pasti ada solusinya.
Selain itu, Budaya Gawi juga relevan dengan kehidupan perantau atau diaspora suku Ende Lio di wilayah Jabodetabek.
Di mana kita hidup, berjejaringan, dan membangun komunikasi lintas kebudayaan.
Dalam aktivitas sosial masyarakat, sebagai warga Ende Lio kita harus menunjukkan jati diri kita sebagai generasi muda yang berkarakter, berwawasan global, peduli pada sesama, terlibat aktif dalam diskusi kebudayaan hingga kita pun mempertanggungkan setiap perbuatan kita di hadapan publik.
Posting Komentar untuk "Makna Tari Gawi Sia Ende Lio, Relevansi dan Pesan Kebudayaan terhadap Generasi Muda NTT"
Posting Komentar
Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih