Mengenal Presdir Klub PSBS Biak yang Dikabarkan Mundur, Gegara Konflik Internal Manajemen

Penulis : Frederikus Suni 

Eveline Sanita Injaya, Presiden Direktur klub PSBS Biak mundur dari jabatannya. Sumber gambar Instagram @llbfootbal


TAFENPAH.COM, JAKARTA - Persatuan Sepakbola Biak dan Sekitarnya (PSBS Biak) sedang mengalami konflik internal manajemen.

Krisis yang dihadapi oleh klub kebanggaan masyarakat kabupaten Biak Numfor Papua tersebut, memaksa Presiden Direktur (Presdir), Eveline Sanita Injaya untuk mengambil keputusan tersulit dalam masa kepemimpinannya yakni mengundurkan diri.

Keputusan Eveline Sanita Injaya untuk berhenti dari posisi eksekutif klub PSBS Biak yang saat ini menempati posisi ke-7 klasemen sementara Liga I Indonesia sangat disayangkan oleh semua pihak, terutama pemain hingga suporter fanatiknya.

Baca Juga





Pasalnya, sejak PSBS Biak di bawah manajemen Eveline Sanita Injaya, dirinya berhasil mengantarkan klub kebanggaan warga kabupaten Biak Numfor ke Liga 1 Indonesia, tepatnya di pertengahan 2024/2025.

Sejak saat itu, nama Eveline Sanita Injaya menjadi pusat perhatian publik. Karena kejelian dan semangat visionernya dalam mengembangkan sepak bola Papua.

Kendati demikian, prestasi Eveline Sanita Injaya dalam membawa PSBS Biak hingga menembusi  kompetensi sepak bola tertinggi Indonesia, pada akhirnya hanya mengisahkan penyesalan di hati penggemar setianya.

Karena berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, alasan utama Presiden Direktur PSBS Biak mengundurkan diri adalah disebabkan oleh dua alasan yakni;

1. Konflik Internal Manajemen 

2. Tunggakan Gaji Pemain


Konflik Internal Manajemen 

Melalui unggahan reels Instagram @llbfootbal dikatakan bahwasannya keputusan Eveline Sanita Injaya untuk berhenti atau mundur dari jabatannya sebagai Presiden Direktur klub disebabkan oleh ketidaknyamanannya dalam mengelola/mengakomodir kebutuhan administrasi pemain dan lain sebagainya.

"Belakangan ini terjadi kegaduhan di internal manajemen. Seperti ada dua manajemen dalam satu klub. Saya tidak bisa mengambil keputusan dengan leluasa," tulis Eveline.


Tunggakan Gaji Pemain 

Selain persoalan dalam manajemen klub, ada pun permasalahan yang lebih serius yakni tunggakan gaji pemain.

Di mana pemilik saham mayoritas klub PSBS Biak sempat menghentikan dana operasional selama tiga bulan terakhir.

Kondisi tersebut menyebabkan protes pemain hingga menyebabkan ruang ganti PSBS Biak tidak kondusif.

Akibatnya banyak blunder yang dialami oleh klub, terutama laga-laga tersisa di Liga 1 Indonesia.

Kendati demikian, Eveline Sanita Injaya dalam kesempatan yang sama pun merasa bangga atas pencapaian prestasi PSBS Biak selama di bawah kepemimpinannya.

"Untuk saya ini pencapaian yang luar biasa. Kami sempat terseok-seok di awal putaran kedua Liga 1 Indonesia musim 2024/2025. Tapi ternyata kami bisa bangkit dan sekarang duduk di posisi keenam. Ini apresiasi yang besar untuk manajemen tim, official, dan pemain," terang tokoh feminisme terkini Indonesia tersebut.


Mengenal Lebih Dekat Eveline Sanita Injaya (Presiden Direktur) Klub PSBS Biak 

Berdasarkan penelusuran TAFENPAH dari berbagai sumber, Eveline Sanita Injaya sudah menikah dan memiliki tiga anak.

Ibu dari tiga anak tersebut, mulai dikenal luas publik sepak bola tanah air, pasca ia mengambil alih kepemimpinan PSBS Biak di pertengahan kompetensi Liga 1 musim 2024/2025.

Sejak saat itu, salah satu tokoh feminisme modern Indonesia tersebut, berhasil membangkitkan euforia sepak bola Papua.

Bersama Badai Pasifik atau julukan khas PSBS Biak, nama Eveline Sanita Injaya makin disegani pengamat sepak bola tanah air, termasuk suporter, pihak investor hingga pejabat publik, baik yang berada di daratan Papua hingga nasional.

Sayangnya, era keemasan PSBS Biak kian mendekati kemunduran. Karena kepemimpinan visioner dari Eveline Sanita Injaya akan berakhir.

Kompetisi Liga 1 musim 2025/2026 tidak ada lagi teriakan Ibu Bos, sebagaimana yang suporter PSBS Biak lakukan selama ini.

Pelajaran Penting dari Kisah Eveline Sanita Injaya 

Belajar dari kisah Eveline Sanita Injaya, kita pun menyadari bahwasanya apa pun status atau profesi yang saat ini kita emban, pada akhirnya hanya menyisakan kenangan.

Semakna dengan ajaran dari filsuf Friedrich Nietzsche tentang nihilisme.

Artinya; manusia dalam keseharian berusaha untuk melibatkan dirinya dalam berbagai aktivitas dengan tujuan untuk mengabadikan namanya.

Kendati demikian, semua proses tersebut pada saat atau waktunya akan berakhir. Entah karena konflik, keputusan pribadi dan lain sebagainya.


Salam olahraga. Sumber Ig @llbfootbal dan @evelynijaya

Instagram penulis : @frederikus_suni

TikTok :@tafenpah.com

YouTube : Perspektif Tafenpah 






TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Mengenal Presdir Klub PSBS Biak yang Dikabarkan Mundur, Gegara Konflik Internal Manajemen "