HUT Kota Kefamenanu ke-103, Jelajahi Memori Peninggalan Belanda, Pengaruh dan Dampaknya terhadap Mentalitas Generasi Muda Atoni Pah Meto di Abad 21
Penulis : Frederikus Suni
![]() |
HUT Kota Kefamenanu ke-103, Jelajahi Memori Peninggalan Belanda, Pengaruh dan Dampaknya terhadap Mentalitas Generasi Muda Atoni Pah Meto di Abad 21. Gambar; MimpiNTT/TAFENPAH.COM |
TAFENPAH.COM - Berdirinya kota Kefamenanu (Ibukota) kabupaten Timor Tengah Utara pada tanggal 22 September 1922. Wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste ini pada tahun ini akan kembali merayakan Ulang Tahun ke-103, tepatnya pada tanggal 22 September 2025.
Sebelum kita membahas peninggalan sejarah hingga pengaruh dan dampak apa saja yang ditinggalkan oleh bangsa Belanda (selaku) pendiri, terlebih dahulu kita akan mengenal lebih dekat dengan Atoni Pah Meto (Atoin Meto) yang berarti kelompok etnis Dawan Timor, penduduk lokal yang memiliki pola pikir, seni, budaya, tatanan sosial, sistem politik, ekonomi, kepercayaan dan lain sebagainya, sebagai bagian integral (satu kesatuan) dari peradaban manusia dalam memaknai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk diketahui bersama, mayoritas suku Dawan Timor (Atoin Meto) mata pencaharian utamanya adalah bertani, nelayan, dan sebagiannya berprofesi sebagai entrepreneur, pekerja kantoran, dan profesional lainnya.
Baca Juga:
Makna Leko Pah Tuan dalam Bahasa Dawan Timor NTT
Mereka (Atoin Meto) dalam kesehariannya menggunakan bahasa Dawan sebagai bahasa komunikasi. Selain bahasa Indonesia.
Karakter utama suku Dawan Timor (Atoin Meto) adalah keras, penyayang, murah senyum, setia kawan, berpendirian kuat, pekerja keras, temperamental dalam artian sesuai situasi dan kondisi yang mereka hadapi.
Mayoritas Atoin Meto menganut kepercayaan Katolik Roma, sebagian Kristen Protestan, animisme (kepercayaan lokal), Islam (pengaruh sistem perkawinan) dan kepercayaan lainnya.
Makanan khas Atoin Meto adalah jagung (Pempasu), jagung bose (Mak Liot), singkong/ubi kayu.
Makanan tradisional lainnya adalah Utobe (olahan dari singkong dan dicampur dengan kelapa).
Kendati demikian, saat ini kelompok suku Dawan Timor sudah terbiasa dengan makan nasi. Nasi merupakan makanan utama Atoin Meto dalam kehidupannya, layaknya masyarakat Indonesia pada umumnya.
Sejarah Peninggalan Belanda di Kota Kefamenanu
Berdasarkan catatan sejarah dan juga cerita lisan dari leluhur Atoin Meto, Belanda masuk dan menyebarkan pengaruhnya di pulau Timor Barat, khususnya di kota Kefamenanu pada abad ke-17.
Salah satu sumber daya alam yang menjadi incaran bangsa Belanda di pulau Timor Barat adalah kayu Cendana.
Cendana dalam bahasa Dawan disebut Haumene.
Pulau Timor Barat pada zaman dahulu merupakan salah satu penghasil rempah-rempah (kayu Cendana) terbesar di Indonesia.
Dalam perjalanan waktu, pulau Timor dibagi menjadi dua wilayah kekuasaan yakni; Timor Barat di bawah kekuasaan Belanda, sementara Timor Timur yang saat ini menjadi negara Demokratik Timor Leste berada di bawah kekuasaan Portugis, berdasarkan Perjanjian Lisbon 1859.
Berkaitan dengan peninggalan Belanda di pulau Timor Barat, khususnya di kota Kefamenanu (pusat administrasi, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya) sangat beragam.
Mulai dari benteng, terowongan, gedung perkantoran, sekolah, infrastruktur jalan, telekomunikasi, fasilitas kesehatan, rumah ibadah, sistem irigasi, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya.
Sayangnya, fasilitas bandara saat itu yang wacananya akan dibangun di Sasi tidak terealisasi, karena satu dan lain hal yang bertentangan dengan sistem adat. Selain, pengaruh politiknya.
Pengaruh Belanda di Kefamenanu
Peninggalan warisan bangsa Belanda di kota Kefamenanu tidak hanya di bidang pendidikan, sarana dan prasarana, kesehatan, telekomunikasi, ekonomi, dan politik.
Namun, bangsa Belanda juga turut mempengaruhi gaya hidup Atoni Meto, di antaranya; kebiasaan ngopi, acara pesta, dansa, termasuk kepercayaan (agama).
Terlepas dari bangsa Belanda mengincar sekaligus mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia Atoin Meto secara paksa dan tidak manusiawi.
Akan tetapi, nilai-nilai kepercayaan agama Kristen Protestan dan juga Katolik semakin berkembang dalam kehidupan Atoin Meto hingga saat ini.
Kendati demikian, pengaruh agama Katolik di kota Kefamenanu mayoritas berasal dari bangsa Portugis.
Meskipun kota Kefamenanu berada di bawah pengaruh Belanda yang mayoritas menyebarkan agama Kristen protestan.
Akan tetapi, pengaruh agama Katolik Roma dari Portugis di Timor Timur/Timor Leste justru bertumbuh dan berkembang di kota Kefamenanu dan sekitarnya.
Karena antara agama Katolik Roma dan sistem kehidupan sosial dan budaya Atoin Meto memiliki kesamaan, yakni; kepercayaan terhadap kearifan lokal, adanya kehidupan setelah kematian (eskatologis), ziarah ke makam, dan aspek kehidupan lainnya.
Alasan lain mengapa agama Kristen Protestan tidak berkembang di kota Kefamenanu, terutama di kalangan suku Dawan Timor adalah karena bangsa Belanda hanya fokus menjarah hasil bumi dan membiarkan agama Katolik Roma di bawah pengaruh Portugis berkembang di kabupaten Timor Tengah Utara dan sekitarnya.
Dampak dari Pendudukan Belanda di Kota Kefamenanu, terutama Mentalitas Generasi Muda Atoni Pah Meto
Pengaruh Belanda terhadap kehidupan leluhur hingga generasi muda Atoni Pah Meto adalah keterbelakangan mental.
Hal tersebut disebabkan karena adanya kekerasan bangsa Belanda terhadap leluhur suku Dawan Timor.
Dalam pelajaran sejarah di sekolah formal, kita terbiasa mendengar sistem kerja Rodi.
Tentunya, efek utama dari sistem kerja rodi bangsa Belanda adalah ketakutan yang berlebihan leluhur suku Dawan Timor, akibat paksaan, tindakan kekerasan, pembantaian, rasisme, dan lainnya.
Mentalitas tersebut juga diterapkan orang tua atau leluhur suku Dawan Timor dalam mendidik anak-anak dalam sistem kekerasan.
Pengaruh didikan leluhur hingga orang tua suku Dawan Timor kepada anak-anak masih dan akan terus menghantui setiap generasi muda Atoni Pah Meto.
Meskipun saat ini kita mengenal HAM dan lain sebagainya, akan tetapi di bawah alam sadar Atoni Pah Meto masih ada ketakutan.
Selain itu, pengaruh Belanda di bidang pemerintahan dan politik adalah budaya sogok menyogok dan korupsi.
Korupsi dan tradisi sogok menyogok untuk mendapat segala sesuatu di berbagai bidang kehidupan Atoni Pah Meto masih kental hingga saat ini dan nanti.
Sistem politik dan pemerintahan di kota Kefamenanu dari luarnya terlihat baik dan seolah-olah semuanya berjalan sesuai harapan masyarakat, akan tetapi di dalamnya busuk, penuh dengan tipu muslihat, iri hati, dendam hingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu.
Terlepas dari dampak positif dan negatif dari Pendudukan Belanda di kota Kefamenanu, kabupaten Timor Tengah Utara, saya dari TAFENPAH hanya ingin menyampaikan bahwasannya setiap zaman selalu punya cara dan masanya, terlebih dalam mendidik generasinya.
Untuk itu, di Hari Ulang Tahun kota Kefamenanu ke-103 tahun 2025 ini, harapannya kita semua terus berkoordinasi dan berkolaborasi dalam memajukan pendidikan, ekonomi, pariwisata, politik, budaya dan aspek kehidupan lainnya di bumi Biinmaffo.
Bagikan tulisan ini melalui sosial media pembaca sebagai dukungan nyata pembaca terhadap kemajuan literasi budaya Atoni Pah Meto.
Instagram penulis @frederikus_suni @tafenpahtimor
Tiktok : @tafenpah.com
YouTube : Perspektif Tafenpah
Posting Komentar untuk "HUT Kota Kefamenanu ke-103, Jelajahi Memori Peninggalan Belanda, Pengaruh dan Dampaknya terhadap Mentalitas Generasi Muda Atoni Pah Meto di Abad 21 "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat