Ale Rasa Beta Ju Rasa, Tinjauan Filsafat Liyan dan Relevansinya terhadap Kearifan Lokal Atoin Meto Timor Barat Indonesia
Penulis : Frederikus Suni
![]() |
Ale Rasa Beta Ju Rasa, Tinjauan Filsafat Liyan. TAFENPAH.COM |
TAFENPAH.COM - Ale rasa beta Ju rasa merupakan salah satu metafora/perbandingan dalam bahasa Indonesia Timur, khususnya Ambon yang memiliki hubungan erat dengan makna dari filsafat Liyan sekaligus cara pandang Atoin Meto (suku Dawan Timor Barat) NTT dalam menjalani kehidupan di tengah Keberagaman.
Ale rasa beta Ju rasa mengandaikan perasaan senasib yang dialami oleh setiap orang.
Sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya tidak terlepas dari keberadaan sesama, tentunya kita sering kali terjebak dalam kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (memenuhi kepuasan ego).
Ego dalam hirarki kebutuhan psikolog Abraham Maslow merupakan fenomena pencarian kepuasan diri, meliputi penghargaan terhadap diri sendiri, kebutuhan akan penghargaan dan prestise.
Memang, hierarki kebutuhan Abraham Maslow keempat ini, jika kita menyikapi dengan bijak, tentu di sana kita akan menemukan kebocoran, alias bertentangan dengan hirarki kebutuhan ketiga yakni; kebutuhan sosial.
Di mana, Abraham Maslow dengan jelas mengajak kita untuk saling berbagi, berempati, dan bekerja sama sebagai makhluk sosial.
Kendati demikian, setiap individu memiliki pandangan yang berbeda. Perbedaan tersebut melahirkan beragam tafsiran.
Oleh karena itu, kita berpindah ke pandangan filsafat Liyan, terkait dengan konsep atau metafora Ale rasa beta Ju rasa.
Ale Rasa Beta Ju Rasa memiliki makna yang sama dengan filsafat Liyan. Artinya; sebagai makhluk sosial, kita menjalani kehidupan selalu ada campur tangan dari orang lain.
Artinya; tanpa bantuan orang lain, kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan dalam versi filsafat Liyan merupakan tindakan empati (perasaan senasib).
Di mana, ketika sesama berada dalam kondisi baik maupun tidak menguntungkan, kita selalu bersamanya.
Konsep inilah yang kemudian ditransmisikan oleh filsuf Aristoteles tentang arti dan pentingnya kita memiliki sahabat dalam kehidupan.
Karena sahabat adalah orang yang paling tahu dan tidak akan pernah meninggalkan kita, di saat kondisi kehidupan kita dalam fase terpuruk.
Dari filsafat Liyan, kita berpindah ke filosofi atau cara pandang masyarakat Atoin Meto (suku Dawan Timor NTT).
Di mana, kelompok etnis Dawan ini dalam menjalani kehidupan harian, mereka selalu bergandengan tangan.
Artinya; kehidupan ideal itu terletak pada tindakan kasih sayang, ikut bersimpati dan empati terhadap sesama yang sedang mengalami peristiwa kehilangan, kematian, kecelakaan hingga persoalan ada dan tidaknya kebutuhan hariannya.
Dalam bahasa Dawan Timor, istirahat tersebut dikenal dengan "Ma Baet Ok AU Aok Biakin."
Ma baet Ok AU Aok Bikin dalam terjemahan bahasa Dawan Timor adalah (tindakan berbagi dengan sesama).
Makna yang lebih kayanya adalah saya tidak akan pernah menceritakan keburukan bahkan apa yang sudah saya berikan kepada sesama.
Karena pemberian kepada sesama, sama halnya kita sedang berinvestasi kebaikan.
Sebagai contoh; beberapa bulan lalu, Luna Maya bersama kekasihnya melalui Yayasan Luna Maya Nawasena telah memberikan donasi untuk perbaikan dan renovasi sekolah di SDN Enoraen Amarasi Timur dan beberapa sekolah di daratan Kupang (Ibukota) provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tindakan Luna Maya dan kekasihnya tersebut, menggambarkan makna Ale rasa beta Ju rasa.
Karena mereka berempati dengan kondisi keterbatasan yang dialami oleh peserta didik di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Perbuantan baik Luna Maya dan kekasihnya akan dibalas oleh semesta melalui cinta, keterhubungan hingga terbukanya pintu-pintu kebaikan dari mana saja.
Hal ini pun berhubungan dengan hukum Kausalitas (sebab-akibat) dalam filsafat kosmologi).
Hukum kausalitas (sebab-akibat) juga berhubungan erat dengan konsep agama Samawi (Agama Abraham) yakni; Yahudi, Kristen, dan Islam.
Tidak berhenti di situ, konsep ini juga bertalian erat dengan pandangan hidup saudara - saudari kita yang beragam Hindu, Budha, Konghucu serta agama lokal (atau kepercayaan animisme) setiap suku bangsa.
Sebagai warga Indonesia, kita juga memiliki landasan filosofis Ale rasa beta Ju rasa yang terjawantahkan dalam budaya gotong royong. Selain, kelima sila Pancasila.
Perwujudan dari Ale rasa beta Ju rasa ikut berkesinambungan dalam semangat Sumpah Pemuda yang kita peringati atau rayakan setiap tanggal 28 Oktober.
Tiga poin penting Sumpah Pemuda yakni;
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ketiga poin Sumpah Pemuda ini menggambarkan perasaan senasib, sebangsa, setanah air, seperasaan, seperjuangan dan perasaan emosional lainnya.
Memaknai semangat Ale rasa beta Ju rasa yang terjawantahkan dalam filsafat Liyan, filosofi bahasa Dawan Timor yakni; Ma baet ok AU aok biakin hingga ketiga aspek penting di balik Sumpah Pemuda Indonesia mencerminkan semangat kebersamaan sebagai warga Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Demikian ulasan singkat dari TAFENPAH terkait dengan konsep atau filosofi Ale rasa beta Ju rasa.
Agar kamu dan Tafenpah selalu terhubung dalam kondisi apa pun, ikutin juga media sosial kami:
Instagram: @frederikus_suni
TikTok: tafenpah.com
YouTube: Perspektif Tafenpah
Halaman Facebook: TAFENPAHCOM
Disclaimer; Teruntuk kamu atau pun rekan pekerja media yang ingin mempublikasikan ulang bahkan mengambil sebagian materi dari tulisan ini, diharapkan untuk mencantumkan TAFENPAH sebagai sumber rujukan.
Mari, kita menciptakan iklim literasi digital di bawah semangat Ale rasa beta Ju rasa.
Posting Komentar untuk "Ale Rasa Beta Ju Rasa, Tinjauan Filsafat Liyan dan Relevansinya terhadap Kearifan Lokal Atoin Meto Timor Barat Indonesia "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat