Ada Apa dengan Gubernur NTT? Kok Sekarang Dukung Proyek Geothermal di Flores! Bagaimana dengan Penjelasan Bapak Sewaktu Dialog dengan Uskup Agung Ende
Penulis: Frederikus Suni
![]() |
Inkonsistensi gubernur NTT terkait Proyek Geothermal di Flores. Sebenarnya ada apa? Sumber gambar; Instagram @flobamorata_repost/TAFENPAH.COM |
TAFENPAH.COM - Gubernur NTT, Melki Laka Lena kini mendukung penuh operasi atau proyek pembangunan Geothermal (Pembangkit Listrik Panas Bumi) di daratan Flores dengan alasan, proyek tersebut akan memberikan manfaat berupa dukungan investasi serta penambahan industri di wilayah tersebut.
Dengan dukungan investasi serta penambahan industri, maka lapangan pekerjaan semakin terbuka, selain meningkatkan perekonomian NTT.
"Panas bumi bukan ancaman. Justru inilah masa depan kita. Flores punya potensi besar dan ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh kita sia-siakan," jelas Melki di hadapan investor, perwakilan PLN, staf, dan tokoh masyarakat, Senin (28/4/2025).
Kendati demikian, pernyataan gubernur Melki ini sangat berbeda atau bertolak belakang, sewaktu ia membangun dialog bersama Uskup Agung Ende, Mgr. Budi Kleden, SVD.
Di mana, berdasarkan catatan saya per bulan April lalu, saya masih ingat jelas apa yang gubernur Melki sampaikan yakni; terkait pembangunan Geothermal yang kami diskusikan bersama bapak uskup, kami menyadari banyak kekurangan. Karena sejak awal dimulai dengan desain yang kurang baik.
Pembangunan Geothermal harus aman, dan sesuai dengan aspirasi para uskup.
"Pembangunan Geothermal harus aman bagi masyarakat. Jika tidak aman, maka dipending dan sebaiknya tidak ada Geothermal di wilayah ini," tulis Melki di laman Instagram pribadinya @melkilakalena.official
Mari, kita membedah pernyataan gubernur Melki dari perspektif kepentingan politik, tekanan pasar hingga motif tersembunyi di balik dukungan mantan Anggota DPR RI periode 2019-2024 tersebut.
Secara pribadi saya mengamati fenomenologi atau realitas yang dialami oleh gubernur Melki (selaku subjek) dalam konteks pembangunan Geothermal di daratan Flores, semacam adanya tekanan politik dari pusat.
Selain itu, kehadiran Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Geothermal di pulau Flores merupakan perwujudan dari suara kapitalisme yang tersemat dalam diri investor.
Sedangkan jajaran Pemprov hingga Pemda hanya sebagai alat atau perantara dari para investor.
Kondisi tersebut, memang saat ini kita masih mendengar penolakan dari berbagai kalangan masyarakat yang berada di wilayah Flores, NTT.
Akan tetapi, dalam desain politik yang dibalut dengan hukum pada akhirnya akan berpihak pada kapitalisme.
Contoh kontekstualnya adalah kehidupan dua ribu warga pulau Komodo yang saat ini terancam direlokasi, karena pemerintah pusat dan investor akan menyulap atau menjadikan pulau tersebut sebagai salah satu destinasi Super Premium Indonesia.
Fenomena atau realitas tersebut, sejatinya sudah lama diketahui oleh pihak Gereja Katolik yang berada di wilayah Keuskupan Agung Ende.
Saya juga yakin bahwasannya masyarakat NTT saat ini sudah tidak mudah lagi untuk dikibulin atau ditipu!
Semakna dengan pesan tersembunyi dari Uskup Agung Ende, Mgr. Budi Kleden, SVD yang secara emosional sangat menyayangkan tindakan gubernur Melki.
Artinya; proyek pembangunan Geothermal akan merusak ekosistem alam yang ada di pulau Flores.
Berdasarkan sudut pandang atau perspektif di atas, saya bisa mengikuti jalan pikiran dari Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Budi Kleden, SVD
Karena apa yang mantan Superior Jenderal SVD sedunia tersebut sampaikan berkaitan dengan salah satu semangat dari misi Imam/Pastor Serikat Sabda Allah (SVD) yakni; JPIC.
Apa itu JPIC? JPIC merupakan salah satu gerakan atau aksi nyata dari Kongregasi/Tarekat/Ordo dalam Gereja Katolik Roma, khususnya Societas Verbi Divini (SVD) untuk membangun koordinasi sekaligus bekerja sama dalam menciptakan Justice (Keadilan), Peace (Kedamaian), and Integrity of Creation (Keutuhan ciptaan).
Atas dasar semangat atau spiritualitas inilah yang mendorong kaum Klerus (Selibat; Pastor/Romo, Suster, Diakon, Bruder, Suster, dan Frater) menolak keras proyek pembangunan Geothermal di Flores.
Memang, dengan adanya proyek pembangunan Geothermal di Flores, pastinya ada lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan perekonomian NTT.
Walaupun warga hanya mendapatkan segelintir atau sepercikan dari proyek tersebut dan tidak menjadi rahasia umum lagi, pada akhirnya nasib warga yang berada di wilayah pembangunan Geothermal terusir dari tanah kelahirannya.
Sebagimana yang kini dirasakan oleh saudar-saudari kita di Pulau Komodo, Manggarai Barat provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lalu, sebenarnya apa lagi rahasia dari gubernur NTT di balik proyek pembangunan Geothermal?
Pertanyaan refleksif di atas sejatinya saya bukan mendiskreditkan atau menaruh prasangka buruk terhadap kinerja Bapak Gubernur NTT, melainkan sebagai ruang untuk kita masuk ke dalam diri, lalu kita mencoba untuk mengetuk hati nurani yang merupakan sumber dari segala kebenaran sejatinya.
Saya percaya, bapak Gubernur NTT mendukung proyek pembangunan Geothermal di Flores, karena perhatian dan cintanya yang sangat besar untuk kesejahteraan serta kemajuan provinsi Nusa Tenggara Timur.
Memang, inilah salah satu peluang terbesar untuk kita warga NTT makin berkembang. Akan tetapi, desain sempurna dari setiap Mega proyek nasional dan daerah pada akhirnya akan mengorbankan rakyat.
Untuk itu, sekali lagi mari kita mengikuti ajakan dari filsuf Friedrich Nietzsche yakni kita harus berani berdialog dengan diri sendiri di tengah tuntutan politik, donatur, investor dan kepentingan lainnya yang selalu menghantuiku keseharian kita.
Sumber Inspirasi dari Instagram: @flobamorata_repost.
Posting Komentar untuk "Ada Apa dengan Gubernur NTT? Kok Sekarang Dukung Proyek Geothermal di Flores! Bagaimana dengan Penjelasan Bapak Sewaktu Dialog dengan Uskup Agung Ende "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat