Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tren Politik Nasional, Salah Kaprah Warganet Memaknai Kesaksian Romo Frans Magnis Suseno dalam Sengketa Pilpres 2024

Penulis: Frederikus Suni

Profesor Frans Magnis Suseno ketika dihadirkan Paslon 03 sebagai saksi dalam sidang sengketa hasil pemilu presiden 2024 di MK. Sumber/gambar: Ist


Tafenpah.com - Romo sekaligus Profesor Filsafat Frans Magnis Suseno, SJ belakangan ini menjadi topik trending dalam pembicaraan warga Indonesia, usai memberikan keterangan etika, terkait sengketa Pilpres 2024.

Pada dasarnya, memang harus diakui bahwasannya atmosfer politik demokrasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Bagaimana tidak, siapa pun yang menjadi pemimpin, tentunya ia akan menjalankan roda pemerintahannya sesuai dengan kemauannya sendiri.

Beragam dramatisasi dapat dimainkan, demi memuluskan langkah atau tujuan dari kelompok, etnis, golongan dan kepentingan tertentu.

Padahal, dalam etika sudah diajarkan bahwasannya tidak baik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam konteks ini, Profesor Frans Magnis Suseno, SJ yang merupakan imam Katolik (Romo/Pastor), pemikir, budayawan kondang tanah air turut andil dalam meluruskan kesalahan etika dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2024.

Di mana, sorotan tajam dari Frans Magnis Suseno ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, terutama yang berkaitan dengan partisipasi Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi pilpres 2024 bersama dengan Prabowo Subianto. Selain masalah bagi-bagi bansos sebelum pemilihan presiden berlangsung pada tanggal 14 Februari 2024.

Untuk diketahui bersama bahwasannya di sini, prof Frans Magnis Suseno tidak berbicara dalam kapasitasnya sebagai imam/pastor/Romo Katolik.

Melainkan prof Frans Magnis Suseno berbicara sebagai ahli filsafat etika dan moral.

Anehnya, Warganet Indonesia salah menilai pembicaraan dari prof Frans Magnis Suseno, terutama umat Nasrani (Katolik) pada umumnya.

Selain itu juga, kemarin hingga hari ini dan ke depannya masih viral tentang pernyataan atau statement dari salah satu pemuka agama Muslim.

Di mana, pemuka agama atau rohaniawan Muslim ini dengan tegas menyayangkan ketidakberanian dari ulama dan juga tokoh ormas untuk menyuarakan etika dan moral, sebagaimana yang dilakukan oleh prof Frans Magnis Suseno dalam sidang sengketa hasil pemilu presiden 2024.


Dalam postingan video yang beredar juga kita dapatkan menyaksikan, melihat, dan menyimak apa yang dikatakan oleh rohaniawan Muslim tersebut, sebenarnya kurang tepat juga.

Di mana, beliau mengatakan bahwasanya apa yang disuarakan oleh prof Frans Magnis Suseno (tokoh atau rohaniawan Katolik) tersebut, sebenarnya ingin menampar pipi umat Muslim yang sedang berpuasa jelang perayaan Idul Fitri.

Bagaimana tidak, para pemimpin, terutama ketiga Paslon tersebut adalah umat Muslim sendiri.

Begitu juga, mayoritas ahli, saksi dan juga tim pembela (pengacara) adalah umat Muslim sendiri.

Sayangnya, apa yang dikemukakan oleh rohaniawan Muslim tersebut, tidaklah tepat.

Pasalnya, apa yang telah dikatakan prof Frans Magnis Suseno itu adalah bagian dari keresahan, kecemasan, dan juga rasa ibanya kepada demokrasi bangsa ini yang sedang berada di luar koridor atau falsafahnya.

Jika berkaca pada ajaran filsuf Yunani kuno, di sana kita akan menemukan mutiara-mutiara dari politik.

Di mana, politik itu bertujuan untuk memberikan rasa aman, damai, sejahtera serta memajukan bangsa tertentu. Bukan sebaliknya, ruang politik dijadikan sebagai panggung sandiwara sekaligus sebagai ajang untuk memecah belah warganya.

Terlepas dari pro dan kontra umat Katolik terhadap kehadiran atau kesaksian prof Frans Magnis Suseno yang merupakan imam Katolik dalam sidang sengketa Pilpres 2024, terutama kesaksian prof Frans Magnis Suseno di bawah pasangan capres dan cawapres 03, tidak mengindikasikan bahwasannya prof Frans berpihak kepada 03.

Sebagai pakar/ahli filsafat etika dan moral, pembicaraan atau kesaksian prof Frans Magnis Suseno itu ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk lebih bijak dan juga mengembalikan Marwah politik pada hakikatnya.

Lebih tepatnya, prof Frans Magnis Suseno ingin meluruskan kekisruhan yang terjadi antar politikus, pejabat hingga pendukung dari ketiga Paslon tersebut, yang secara real atau nyata sudah terpecah oleh kepentingan politik para penguasa.

Sekali lagi, mohon dipahami bersama bahwasannya kesaksian prof Frans Magnis Suseno dalam sidang sengketa Pilpres 2024 itu tidak mewakili umat Katolik dan juga profesinya sebagai Pastor/Romo.

Melainkan prof Frans Magnis Suseno berbicara dalam kuasa atau kapasitasnya sebagai ahli filsafat etika dan moral.

Untuk itu, segala asumsi dan pemikiran liar atau satiris dari sesama umat Katolik terhadap prof Frans Magnis Suseno harus diakhiri.






Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Tren Politik Nasional, Salah Kaprah Warganet Memaknai Kesaksian Romo Frans Magnis Suseno dalam Sengketa Pilpres 2024"