Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Catatan Harian Redaksi Tafenpah, Pentingnya Sugesti diri di tengah Kebimbangan

Catatan Harian Frederikus Suni

Catatan harian redaksi Tafenpah.com/Frederikus Suni (Tafenpah.com)


Tafenpah.com - Manusia pada dasarnya akan selalu berusaha untuk menghindari rasa sakit. Demikian ajaran dari filsuf Friedrich Nietzsche.

Perihal kecenderungan menghindari kesusahan atau segala macam rasa sakit, terutama di tengah kebimbangan atau krisis identitas, bukanlah perkara muda bagi penulis.

Penulis adalah orang yang takut dengan rasa sakit. Barangkali, kamu juga, kan?

Kebiasaan ini bukan tanpa alasan. Karena bagaimana pun, ekspektasi atau harapan kita akan masa depan, biasanya berseberangan dengan realita atau kenyataan hidup.

Hidup dengan sejuta harapan adalah baik adanya. Tapi, pada saat yang bersamaan pula, penulis terkadang sulit memahami siklus kehidupan yang sebenarnya.

Beragam cara telah penulis coba. Tujuannya adalah menghindari rasa sakit tersebut.

Rasa sakit itu bisa berupa kegagalan studi di masa lalu, bisnis digital yang pasang surut, percintaan yang selalu kandas, dan berbagai kecemasan lainnya.

Sehari tanpa rasa resah atau galau tentang masa depan, sejatinya bukanlah arti kehidupan.

Itulah secercah makna yang penulis yakini. Terlepas dari segala problematika di atas, ada satu cara yang penulis biasanya lakukan, yakni: mengembangkan diri di dunia kepenulisan.

Mengapa penulis melakukan hal demikian? Karena dengan sejuta untaian kata, kalimat, dan pada akhirnya menjadi paragraf yang utuh, sejujurnya ada rasa kepuasaan yang penulis alami.

Selain menulis, penulis juga menyalurkan rasa resah itu dengan membaca fenomena dunia dan keadaan sekitar.

Saduran bacaan itu bisa datang dari relasi pertemanan, komunitas, hingga pada bahan-bahan bacaan yang terdapat pada buku, majalah, portal digital, dsb.

Semua itu penulis memaknainya sebagai jalan sugesti. 

Apa itu sugesti? Sederhananya adalah proses di mana penulis dan kamu pun memotivasi diri sendiri, bahwasannya apa pun yang sudah terjadi, baik di waktu yang lampu, sedang berlangsung, dan yang akan datang pasti ada tujuannya.

Senada dengan perkataan filsuf Plato dalam etika Nicomachea, yakni: Tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan.

Lalu, apa itu kebahagiaan menurut versi penulis? Sederhana saja. Apa yang penulis lakukan dan sesuai dengan hati nurani, itulah versi kebahagiaan dari penulis.

Makanya, melalui dunia kepenulisan, penulis benar-benar merasa nyaman. Kenyamanan inilah yang ikut meningkatkan produktivitas tulisan penulis setiap hari.

Selain itu, penulis bisa mengukur kapasitas diri sendiri. Hal-hal sederhana ini tampaknya absurd atau tak jelas dalam benak pikiran pembaca. Tapi, penulis pun tak peduli.

Tentunya penulis bukan egois. Tapi, penulis selalu menyakini, bahwasannya apa yang kita sukai dan lakukan, orang lain pun belum tentu menyukainya.

Sebaliknya, kamu melakukan beribu-ribu kebaikan, hal itu pun belum tentu bernilai bagi orang lain. Terutama para hatters atau pembencimu.

Tapi, satu hal yang penulis yakini juga adalah semakin bertambahnya usia, tentu saja kita akan lebih memprioritaskan apa yang menurut kita penting dilakukan, ketimbang terprovokasi dengan penilaian orang lain.

Orang lain (hatters/pembenci) adalah mereka yang barangkali tidak pernah menghargai dirinya. 

Makanya mereka selalu mencari sensasi, demi mendapatkan simpatisan dari orang lain. Terlebih mendapatkan penghargaan dari mereka yang selalu mendengarkan celotehnya yang tak berfaedah.

Memang benar, apa yang mentor, ahli, orang tua, guru, dan psikolog katakan, kebahagiaan itu tidak tergantung pada penilaian orang lain.

Justru kebahagiaan itu kita lah yang harus menciptakan.

Lantas, dengan cara apakah kita harus menciptakan kebahagiaan sesuai versi kita?

Jawabannya adalah masuklah ke dalam diri sendiri, kemudian cobalah untuk menggali potensi apa yang kita miliki.

Setelah mengetahui jawabannya, langkah selanjutnya adalah terus tingkatkan potensi tersebut, hingga pada akhirnya kita tetap menggenggamnya dalam kondisi apa pun.

Itulah seberkas sinar kebahagiaan yang selama ini membuat penulis bertahan dalam setiap kebimbangan hidup.

Demikian pula, kamu pun pasti punya versi kebahagiaan tersendiri, kan?

Nah, sebagai bahan pembelajaran bersama, cobalah untuk bagikan kisahmu melalui portal Tafenpah.com, khususnya di rubrik atau tema CATATAN HARIAN REDAKSI bagian Kontributor.


Akhirnya, tulisan ini adalah bagian dari terapi pikiran penulis, dan lebih pentingnya adalah penulis bukan menggurui ya.

Melainkan ini sebagai wahana berbagi curhat tentang derasnya kebimbangan hidup dalam pusaran diary atau catatan harian.


Instagram penulis @suni_fredy





















Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Catatan Harian Redaksi Tafenpah, Pentingnya Sugesti diri di tengah Kebimbangan"