Tafenpah sebagai Laboratorium konten kearifan lokal budaya Indonesia, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Melalui kajian mendalam seputar kearifan lokal budaya Atoin Meto (Suku Dawan Timor) Indonesia Barat, tepatnya di wilayah NTT diharapkan ikut meningkat kesadaran generasi muda untuk selalu mencintai nilai-nilai Kebhinekaan.
Kerja sama publikasikasi melalui:
Youtube : Perspektif Tafenpah ||
TikTok : @tafenpah.com ||
Instagram : @suni_fredy | @perspektiftafenpah
Tanggapan Maria Senda Terkait Pemberian Belis Adat NTT, Terutama Masyarakat Adat Manggarai Barat. Sumber Foto; Instagram @manggaraipunya
TAFENPAH.COM - Pro kontra terkait pemberian belis (mas kawin/mahar) dalam kehidupan masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di Manggarai Barat dari pegiat konten digital sangat beragam.
Salah satu tanggapan Belis datang dari pegiat konten FB PRO yakni; Maria Senda.
Maria Senda berpandangan bahwasannya, belis itu no sekian, karena yang terpenting adalah berkat pernikahan di depan Altar dan laki-laki yang bertanggung jawab serta pekerja keras.
"Kalau Ata Rona punya duit ya syukur, tapi kalau tidak yang ada pinjam sana-sini dan setelah menikah yang ada utang di mana-mana. Zaman sekarang untuk mendapatkan laki-laki yg bertanggungjawab itu susah," ujar Maria Senda melalui pesan singkat yang dikirimkannya kepada TAFENPAH, Minggu (27/7/2025).
Pegiat konten FB PRO ini juga mengatakan persoalan pemberian belis yang dibebankan kepada pihak laki-laki di Manggarai akan menimbulkan dampak negatif terhadap pihak perempuan setelah melangsungkan pernikahan adat, Gereja, dan Negara.
Bagaimana tidak, tuntutan belis dari pihak atau orang tua perempuan kepada laki-laki pada akhirnya akan melahirkan kebiasaan pinjam meminjam.
"Kalau utang sana - sini, pada akhirnya perempuan juga kena imbasnya," lanjut Maria Senda.
Dalam kondisi atau konteks apa Maria Senda memberikan tanggapan terkait Belis?
Pandangan atau perspektif Maria Senda terkait belis berkaitan dengan salah satu tema diskusi atau bincang-bincang edukatif channel Youtube Perspektif Tafenpah dengan judul "Mahalnya Belis Enu (Perempuan) Manggarai Tergantung Tingkat Pendidikan," pada Sabtu, (26/7/2025).
Dalam diskusi tersebut, Aventinus Jemahan (Narasumber) asal Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan pandangannya terkait tradisi pemberian belis.
Aventinus Jemahan asal kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang saat ini bekerja di Jakarta Barat mengatakan mahal dan murahnya Belis Enu (Perempuan) Manggarai Tergantung Tingkat Pendidikan.
Belis dalam bahasa Inggris adalah Brideprice atau Bridewealth, kendati hingga kini masih menjadi perdebatan di antara Antropolog.
Sementara istilah Belis (sebutan khas masyarakat NTT) dalam pemahaman masyarakat Indonesia adalah pemberian Mas Kawin atau Mahar.
Seperti apakah suara dari salah satu anak Manggarai Barat, Aventinus Jemahan, silakan rekan-rekan menonton di channel Youtube Perspektif Tafenpah hingga selesai, agar pemahaman teman-teman tentang Belis juga makin diperkaya.
Demikian tanggapan dari Maria Senda dan juga Aventinus Jemahan terkait tradisi adat istiadat, khususnya pemberian belis dalam sistem pernikahan masyarakat Manggarai dan pada umumnya masyarakat Flobamorata (NTT).
Tanggapan Belis dari Melky Pegan dan Ois Kolin
Redaksi TAFENPAH juga merangkum komentar atau tanggapan satiris dari pegiat konten FB PRO Melky Pegan.
Konten kreator tersebut, mempertanyakan kedudukan/martabat/status perempuan Manggarai, terutama dalam pemberian belis dalam nada satiris/menohok sekaligus kritikan pedas yakni sebagai berikut;
"Berarti bisa dibilang nilai menghargai martabat wanitanya tergantung tingkat pendidikannya, kalau di atas Sarjana dipandang dengan Belis mahal, sementara yang di bawa sarjana itu bisa dibilang mereka dipandang sebelah mata begitu kah?
Ada pun pendapat dari kreator Ois Kolin yakni; semua keruwetan atau personal pemberian belis/mas kawin/mahar tergantung dari komunikasi yang baik antar kedua belah pihak (orang tua perempuan dan laki-laki).
"Semuanya tergantung komunikasi terlebih dari pihak perempuanya sih...kalau mengerti yah syukur kalau tidak yah mau bagaimana lagi🤔," balas Ois Kolin melalui laman FB Mari Senda.
Jika ada tanggapan lanjut dari kakak Maria Senda dan juga masyarakat NTT, terkait mahal dan murahnya Belis, silakan sampaikan kepada redaksi TAFENPAH melalui media sosial 👇👇👇
YouTube Perspektif Tafenpah
FB; Fredy Suni II
Tiktok; @tafenpah.com
Instagram; @suni_fredy
Website: www.tafenpah.com
TAFENPAH.COMSalam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com
Berbagi
Posting Komentar
untuk "Tanggapan Maria Senda Terkait Pemberian Belis Adat NTT, Terutama Masyarakat Adat Manggarai Barat "
Posting Komentar untuk "Tanggapan Maria Senda Terkait Pemberian Belis Adat NTT, Terutama Masyarakat Adat Manggarai Barat "
Posting Komentar
Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih