Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaknai Pembebasan Perpektif Veisesika Darsana

Penulis: Dominggus Manek
(Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira)

Foto; Istock


Tafenpah.com - Manusia merupakan makhluk yang istimewa, yang mampu merenungkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, sudah selayaknya ia disapa dengan sebutan siapa (who) dan dibedakan dari apa (what) yang biasanya digunakan untuk menanyakan sesuatu yang menyangkut benda, barang, hal-hal infrahuman. 

Namun, keistimewaan itu tidak terletak dalam sebutan itu, melainkan hakikat atau makna yang tercermin dalam sebutan tersebut. Salah satu keistimewaan yang ada pada manusia adalah merdeka atau kebebasan. 

Perihal kebebasan, ada begitu banyak filsuf, pemikir yang merefleksikan hal tersebut. Demikian juga hal ini direnungkan dalam sistem filsafat India. 

Namun, hal ini lebih tentang pembebasan (moksa) yang bukan sekedar bagaimana manusia hidup bebas dari atau untuk tetapi jauh lebih dari itu sebagai tujuan dari eksistensi manusia di dunia ini. Ini hal yang urgen sehingga perlulah dihayati oleh manusia. Maka dalam tulisan ini penulis akan mengulas bagaimana memaknai pembebasan (moksa) perspektif Veisesika Darsana.

Sekilas Tentang Viesesika Darsana 
Veisesika Darsana merupakan aliran filsafat India yang diprakarsai oleh Maha Rsi Kanada  Filsafat Vaisesika dikenal dengan sebutan sistem Kadana atau Aulukya. Sumber pokok ajaran Vaisesika adalah kitab Vaisesika Sutra, buah karya Maha Rsi Kanada. Kitab ini terdiri dari sepuluh adhyaya atau jilid dan setiap jilid terdiri dari dua ahnikas atau bab. Sistem filsafat ini muncul pada abad ke-4 sM. 

Isi pokok ajarannya menerangkan tentang kategori-kategori dari semua yang ada di alam semesta ini. Sebagai  ystem filsafat ada banyak uraian yang direfleksikan dalam Veiseska Darsana perihal pokok ajaran dalam kitab Vaisesika Sutra, yang terkait juga dalam bidang mefasika, kosmologi dan etika. 

Pembebasan (Moksa) Perspektif Veisesika Darsana

Istilah moksa secara harafiah berasal dari bahasa Sansekerta (muc) yang berarti membebaskan, memerdekakan, melepaskan, dan mengeluarkan. Sedangkan secara istilah moksa adah tujuan akhir dari kehidupan manusia untuk membebaskan dirinya dari keterikatan dunia. 

Jadi, dalam etika Veisika Darsana diuraikan tetang bagaimana manusia harus hidup hingga akhirnya bukan sekedar menghayati kebebasan di dunia ini tetapi yang lebih tinggi mengalami suatu pembebasan (moksa). 

Veisesika Darsana mengajarkan bahwa pembebasan atau yang disebut moksa merupakan penghilangan absolut semua jenis penderitaan, di mana jiwa dipisahkan dari belenggu pikiran dan tubuh dan menyadari hakekat murninya. 

Moksa juga berarti membebaskan atau kebebasan dari samsara (siklus hidup dan mati). Veisesika Darsana dalam ajarannya mempercayai bahwa hidup adalah suatu siklus kematian dan kelahiran kembali (reinkarnasi). Maka kelahiran kembali itu bergantung pada bagaimana manusia menjalani kehidupan sebelumnya. Ketika seseorang mati setelah berperilaku baik maka ia akan mendapatkan karma baik. 

Pembebasan (moksa) dapat dicapai karena pengetahuan, di mana hanya dengan mendapatkan pengetahuan sempurna tentang katagori-katagori alam semesta seseorang dapat mencapai moksa. Manusia yang melakukan aktivitas dapat mengantarkan kepada akibat perbuatan baik (punya) dan akibat perbuatan buruk (papa). 

Bila aktivitas sesuai dengan ajaran-ajaran Veda, maka aktivitas terebut dapat mengantarkan  kepada punya, namun jika aktivitas tersebut dilarang oleh Veda, maka aktivitas tersebut mengantarkan kepada papa. 

Sepanjang manusia terus menerus melakukan aktivitas, maka ia akan terikat, oleh karena itu untuk dapat lepas dari cengkraman belenggu ini, maka roh-roh harus menghentikan aktivitas. Maka ketika aktivitas dihentikan,  perbutan baik (punya) dan perbuatan buuk  (papa) baru tidak dapat diakumulasi dan punya dan papa lama juga secara perlahan-lahan hilang. 

Di dalam moksa sifat-sifat jiwa seperti kebahagiaan tidak ada lagi, karena sifat-sifat itu sifatnya aksidental. Moksa adalah keadaan yang tanpa sifat, merupakan hakekat murni roh individu sebagai substan murni yang bebas dari semua sifat. Dalam keadaan moksa jiva indidvidu tidak merasakan, tidak memikirkan, dan tidak melaksanakan apa-apa.

Selanjutnya, Vaisesika meyakini bahwa pengetahuan dapat memberikan pembebasan. Bahwasanya, pengetahuan intuitif tentang diri dapat menghancurkan pengetahuan palsu, yang dengannya daya tarik, kebencian, kebododohan dan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kegiatan serta penderitaan yang berhubungan dengan kelahiran pun lenyap. 

Untuk itu, Veisesika Darsana dalam etikanya mengajarkan suatu manusia untuk memperjuangkan pembebasan/kelepasan, yang mana aktivitias manusia kiranya mengarah kepada pembebasan/kelepasan. 

Veisesika juga mengajarkan bagaimana manusia harus menggunakan pengetahuan intuitif untuk dapat mecapai kelepasan. Maka ada beberapa jalan yag dapat dilakukan yakni tattva jñana, srawana, manana dan meditasi. Melalui tattva jñana hendaknya seseorang memahami bahwa atman itu berbeda dengan badan, indriya dan pikiran. Atman adalah bagian dari Brahman yang pada hakekatnya adalah suci. 

Tuhan menentukan kehidupan semua mahluk dan Ia juga menuntun untuk mendapatkan kesempurnaan. Akan tetapi semua itu tidaklah terlepas dari kumpulan pahala perilaku baik dan buruk dari kehidupan seseorang pada beberapa fase kehidupan yang lalu. Pertimbangan dari adrsta inilah yang dianugerahkan kepada seseorang. 

Tuhan pada Veisesika disebut Siva yag bersifat transenden yang terpancar pada hukum sebab akibat, pada intinya merupakan bukti adanya Tuhan sebagai yang maha kuasa dan meliputi segalanya. 

Dengan memahami hal ini maka seseorang dalam hidupnya kiranya lebih menegakkan dan mengikuti Dharma dan menjauhi Adharma. Sebab Tuhan (Siva) itu adalah awal da akhir dari segla sesuatu maka Veisesika mengajarkan untuk selalu mengikuti ajaran-Nya.

Srawana merupaka kesenangan ketika mendengarkan kata-kata yang ada pada kitab suci yang disampaikan oleh guru kerohanian atau orang yang dapat dipercayai. Sedangkan manama adalah melaksanakn apa yang didengar, di baca dari kita-kitab suci mealui pikiran, perkataan dan perbuatan yang didasarkan akan cinta kasih terhadap sesama. 

Jalan yang terkahir adalah melalui meditas yakni melakukan pemustan pikiran terhadap Tuhan dengan maksud utuk menenangkan pikiran dan merealiasikan sang diri sejati  seperti aktivitas yoga dengan berkeyakinan bahwa seseorang bis memperoleh kebebasan yang sejati yang ada pada Brahman. 

Memaknai pembebasan dalam hidup 
Ajaran mengenai pembebasan yang diuraikan dalam etika Vaisesika Darsana tentunya dapat dimaknai oleh kita, terlebih jalan yang dilalui untuk mendapatkan pembebasan yakni tattva jñana, srawana, manana dan meditasi. 

Sebab, dewasa ini kehidupan manusia tidak baik-baik saja. Ada begitu banyak yang kasus kejahatan karena kurangnya kemampuan intelektual dan moralitas seperti tindakan korupsi, Ini berarti orang lebih senang memilih untuk mengikuti adharma (kepalsuan) dan bukan dharma (kebenaran). 

Akhirnya, ada begitu banyak kesalahan yang membelenggu dan mengakibatkan penderitaan banyak orang. Untuk itu perlulah kita berani untuk benar-benar hidup dalam pembebasan. Dalam hal ini, apa yang baik dan benar harus kita lakukan yang bukan sekedar spekulasi tanpa makna tapi diwujudkan dalam perbuatan. Dengan demikian kita sebagai pribadi semakin memaknai kebebasan dalam hidup ini. 

_Daftar Pustaka_

Maswinara, I Wayan. Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Paramita: Surabaya. 1999.
Rama, Svami. Hidup dengan para Rsi, Yogi Himalaya. Paramita: Surabaya. 2009
Sivananda, Svami. Intisari Ajaran Hindu. Paramita: Surabaya. 2003
Suamba, I.B Putu. Dasar-Dasar Filsafat India. PT Mabhakti: Denpasar, 2003
Suwira, Wayan. 2008. Buku Ajar Sejarah Filsafat India. Departemen Filsafat Universitas Indonesia.
Tim penyususun. Modul Materi Pokok Darsana. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu: Departemen Agama RI, 2009.
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Memaknai Pembebasan Perpektif Veisesika Darsana"