Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lanskap Kafe di Pinggir Pantai Lasiana

Pengunjung menikmati makanan khas Kupang sambil melepas kepergian senja. Foto Fredy Suni

Penulis: Fredy Suni

Tafenpah.com - Magnetik atau daya tarik pantai Lasiana bukan saja pada keindahan samudera lautan yang berbalut senja dan pohon lontar, tetapi di sekitarnya juga terdapat salah satu kafe yang tidak kalah menarik pengunjung.


Karena pengunjung bisa mendapatkan spot senja yang menarik dan otentik jika bersantai ria di kafe yang berada di pinggir pantai Lasiana.


Tentu saja pengelola kafe tersebut tahu dan paham akan kebutuhan pengunjung yang memanfaatkan waktu luang untuk sekadar berbagi cerita, sharing, kebersamaan antar pasangan dan anak, serta urusan bisnis para pegiat UMKM domestik maupun mancanegara sambil mencicipi kuliner khas kota Kupang, yakni Jagung Bose, Se'i, Jagung Titi, dan berbagai jenis makanan lainnya.


Suasana nostalgia dan romantika akan terasa apabila pengunjung menikmati secangkir kopi hangat, sembari mengabadikan alam kota Kupang yang masih bersih, aman, terawat, dan indah.


Kemarin, admin Tafenpah menjelajahi pesisir pantai Lasiana yang selalu meninggalkan rasa penasaran akan keindahan alamnya.


Selain mimin menikmati pesona senja, pantai, dan lautnya yang jernih, mimin juga menikmati suasana kekeluargaan di sepanjang pantai Lasiana.


Indahnya senja di Pantai Lasiana Kupang. Dokumen Tafenpah

Wisata alam dan sosial - budaya sangat terasa selama mimin berada di pantai Lasiana. Tentu saja suasana tersebut meninggalkan goresan rindu bagi mimin untuk terus berada di kota Kupang yang semakin dikenal oleh pengunjung mancanegara.


Melepas Senja di Balik Samudera Perairan Bersama Kenalan Baru

Sinta dan Sinta asal Lombok yang menikmati pesona Pantai Lasiana Kupang. Dokumen Tafenpah

Senja itu indah dan penuh dengan misteri. Karena di balik senja, ada rindu untuk keluarga, pekerjaan, dan mimpi setiap orang akan masa depannya.


Hal itu tampak dari dua pengunjung yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, yakni Sinta dan Sita. Paras cantik nan bersahabat itu ketika diminta oleh mimin untuk berswafoto, keduanya tidak menolak kehadiran mimin.


Ya, meskipun mimin mengambil gambar untuk media Metasatu tempat di mana mimin bekerja saat ini. Namun, tidak salah jika dokumentasi itu mimin gunakan untuk mengembangan web blog Tafenpah yang peduli pada pariwisata, alam, kultur, sosial, politik, geografi, dan ekonomi Nusa Tenggara Timur.


Keduanya tampak senyum sumringah. Karena ada perkenalan, tentu saja ada persahabatan yang terjalin saat itu pun.


Sementara, malam semakin mendekat, dua pengunjung yang merupakan mahasiswi tingkat akhir dan semester 6 di Politeknik Negeri Kupang, yakni Cia dan Vivi yang memilih untuk curhat, sambil menikmati pesona malam pantai Lasiana juga sangat welcoming dengan mimn Tafenpah.


Kami menghabiskan banyak topik pembicaraan di pesisir pantai Lasiana. Mulai dari karir, percintaan, masa depan dan berbagai hal yang ada di dunia kampus.


Setelah berpuas menikmati canda tawa dan angin malam pantai Lasiana serta keindahannya, kami mulai menjelajahi Bundaran PU Kupang yang tidak kalah menarik dari pemandangan malam kota metropolitan lainnya.


Akan tetapi, di lembaran selanjutnya, mimin Tafenpah akan mengulik dan menyajikannya kepada pembaca budiman di mana pun berada.


Salam Tafenpah



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

2 komentar untuk "Lanskap Kafe di Pinggir Pantai Lasiana"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih


Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat