Boleh mendaki, Jangan Lupa Menikmati Pemandangan!

Malangtimes.com


Untuk apa mendaki gunung, jika tidak menikmati pemandangannya. Banyak orang membangun karirnya dari titik terendah. Bahkan terkadang mereka mengorbankan banyak hal. Namun, mereka lupa atau bahkan tak bisa menikmati pemandangan ataupun hasil kerjanya.


Alasan untuk tidak menikmati pemandangan atau hasil kerja itu sangat beragam. Bisa saja penyakit, bencana alam, krisis, serta satu dan lain hal yang tidak bisa diungkapkan secara jujur.

Berikut adalah cuplikan kisah dari Jesika!

Jesika adalah salah satu karyawati ternama di kota metropolitan Jakarta. 3 tahun lalu, ia merangkak untuk membangun karirnya sebagai seorang Programer.


Awalnya ia sulit bersaing dengan programer yang sudah memiliki reputasi di mata pemilik perusahaan. Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Meskipun hantaman selalu berdatangan dari sisi mana pun.


Jesika terus mendaki dan mencari pohon kesuksesannya di bidang programer. Di penghujung bulan ketiga, Jesika dikagetkan dengan salah satu pemilik perusahaan yang berada di kawasan SCBD Sudirman.


Kilas balik pendakian Jesika sudah berada di titik yang tepat. Jesika menginvestasikan waktu dan ilmu pengetahuan yang ia miliki untuk bekerja dengan perusahaan tersebut. Kesuksesan pun mendekati Jesika.


Akan tetapi, ia tidak bisa menikmati hasil jeri payahnya.


Mengapa Jesika tidak bisa menikmati hasil kerjanya?


Karena ia belum berdamai dengan masa lalunya. Jesika selalu berusaha untuk menghilangkan jejak kehidupan masa lalunya yang sulit dan pahit. Pasca kehilangan orangtuanya. Selain itu, ia ditinggalkan oleh pasangannya. Pengalaman masa lalu yang pahit belum bisa diterima oleh Jesika. 


Bertahun-tahun ia mencari dan mendaki hanya untuk merasakan kesuksesan. Namun, ketika ia sudah memilik semuanya, justru ia semakin merasa hampa.


Jesika memasuki sindrom depresi. Hari-hari ia lalui dengan menyalahkan diri sendiri. 


Solusi


Menerima pengalaman pahit

Ketika kita berkunjung ke salah satu tokoh agama ataupun psikolog, mereka akan mengarahkan kita untuk sharing pengalaman. Tujuan dari sharing adalah mencari akar permasalahan yang kita hadapi.


Jesika memiliki masalah dengan masa lalunya. Ia selalu berusaha untuk mengingkarinya. Akan tetapi, semakin ia berusaha untuk melupakan pengalaman pahit itu, justru ia hanya menemui rasa sakit.


Untuk itu, jalan terbaik bagi Jesika adalah menerima pengalaman pahit itu. Masa lalu tidak akan pernah hilang dari kehidupan seseorang. Masa lalu dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk hari ini dan yang akan datang.


Demikian kisah pendakian dari Jejak. Sekiranya bisa memberikan secuil inspirasi bagi pembaca.


TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

2 komentar untuk "Boleh mendaki, Jangan Lupa Menikmati Pemandangan!"

Comment Author Avatar
Masa lalu adalah kenangan masa depan adalah harapan Mas. Suni. He he ... Selamat sore.
Comment Author Avatar
Terima kasih ya sudah singgah

Salam

Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih