Pahe Nabain One, Makna dan Pemikiran Filosofi Klasik Suku Dawan Timor NTT dalam Membaca Fenomena Alam hingga Perkembangan Zaman

Penulis : Frederikus Suni 


Warisan kebudayaan Atoin Meto. Momen Hel Keta (Hel Ak'bata) Adionardus Abi dan Sula Nule. Dokumen budaya Timor Barat Indonesia, provinsi Nusa Tenggara Timur. Tafenpah.com

TAFENPAH.COM - Tinjauan tentang dinamika manusia dalam memaknai perkembangan zaman di setiap kebudayaan, pada dasarnya berbeda dan unik.

Perbedaan dan keunikan tersebut, mencerminkan bagaimana setiap kebudayaan memandang alam, termasuk fenomenologi atau realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari perjalanan manusia.

Manusia dalam konteks tulisan ini adalah kelompok etnis/suku Dawan Timor Barat Indonesia, terutama mayoritas penduduk provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara geografis menempati dataran pantai - pantai eksotik di kota Kupang (Ibukota provinsi NTT), kabupaten Timor Tengah Selatan, kabupaten Timor Tengah Utara, sebagian kabupaten Malaka, kabupaten Belu hingga wilayah eksklave Oecusse - Ambeno (negara Demokratik Timor Leste).


Lagu Tabola Bale Karya Siprianus Bhuka (Silet Open Up) bersama Diva Aurel, Jacson Zeran dan Juan Reza



Sejak leluhur suku Dawan Timor atau yang lebih terkenal dengan sebutan 'Atoni Pah Meto/Atoin Meto,' menempati wilayah Timor Barat NTT (kajian berdasarkan administrasi per 17 Desember 1958). 

Di mana pada tahun tersebut, Kepulauan Sunda Kecil dengan pusat pemerintahannya di Bali dibagi menjadi 3 provinsi, di antaranya; provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur hingga kini ketiga wilayah tersebut memiliki kelebihan, termasuk keunikan budayanya.




Namun, apabila kita melihat lebih jauh ke belakang, sebelum kedatangan bangsa-bangsa kolonialisme, terutama Portugis pada abad ke-16 di daratan Timor, termasuk Timor Barat Indonesia saat ini, leluhur atau nenek moyang Atoni Pah Meto sudah membangun identitas sosialnya.

Identitas sosial leluhur Atoin Meto tercermin dalam sistem sosial, adat istiadat, komunitas, bahasa, mitos, cerita rakyat, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Salah satu identitas sosial dari leluhur Atoin Meto yang hingga kini dan generasi mendatang adalah adat istiadatnya.

Karena dalam bingkai kearifan lokal budaya Atoin Meto terdapat beragam pesan moral dan juga pandangan/filosofi klasik yang tetap relevan dengan kebutuhan serta kemajuan zaman.

Zaman terus berkembang. Cara hidup generasi muda Atoin Meto juga mencoba untuk mengikuti logika zaman.

Kendati pun demikian, semangat untuk terus merawat dan menghidupi nilai-nilai atau pesan moral di balik kearifan lokal budaya Atoin Meto berakar kuat dalam diri generasi mudanya.


Intermezzo atau informasi sepintas terkait historitas masyarakat suku Dawan Timor NTT di atas, terlebih pembagian wilayah pulau Timor dari kolonialisme merupakan awal dari pergumulan kita dalam memaknai topik "Pahe Nabain On, Makna dan Pemikiran Filosofi Klasik Suku Dawan Timor NTT dalam Membaca Fenomena Alam hingga Perkembangan Zaman."


Etimologi Pahe Nabain One

Pahe Nabain One berasal dari bahasa Dawan yang terdiri dari 3 suku kata, di antaranya;


1. Pahe dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah BANGSA

2. Nabain berarti; TERBALIK, BERUBAH 

3. One berfungsi sebagai penekanan dari kedua suku kata tersebut.

One juga berfungsi sebagai konjungsi atau kata sambung.

Selain itu, One juga termasuk kata keterangan (Adverbia).


Di mana kata 'ONE,' menerangkan bahwasannya kejadian yang sedang berlangsung bahkan telah usai (lampau) - Past Tense.


Catatan; Dalam bahasa Dawan Timor Barat Indonesia, khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat beberapa dialek khas, salah satunya dalam tulisan ini adalah bahasa Dawan Halus (bahasa komunikasinya masyarakat Dawan di Kefamenanu, kabupaten Timor Tengah Utara).


Di mana, cara penulisan antar kata ada yang sama dalam pengucapannya (bacanya), akan tetapi ada juga beberapa jenis kata yang cara penulisan dan bacanya pun berbeda. Salah satunya "ONE."

Cara bacanya adalah "ON."


Jadi, teruntuk teman-teman yang berasal dari luar wilayah NTT, terutama berasal dari suku lainnya, apabila dalam kunjungan atau komunikasi lintas budaya bersama masyarakat Dawan Timor NTT, ketika menemukan percakapan demikian, bukanlah menjadi hal baru lagi.


Jadi, terjemahan 'Pahe Nabian One' dalam perspektif TAFENPAH adalah bangsa atau tanah kelahiran kita ini sudah berubah.

Perubahan tersebut kita bisa saksikan melalui masifnya pemberitaan di media massa serta pengalaman harian kita belakangan dalam mengamati fenomena yang sedang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama carut marutnya bidang politik (politik adu domba sekaligus pragmatis dari para petinggi negara), pemutusan hubungan kerja/PHK di mana - mana, korupsi makin merajalela, dampak negatif dari geopolitik global terhadap perekonomian Indonesia, kesulitan masyarakat menengah ke bawah dalam mengakses pendidikan yang berkualitas, krisis identitas diri, ketakutan terhadap otoritas teknologi Artificial Intelligence/AI yang secara tak sadar telah mereduksi jati diri manusia, terlebih sumber daya manusia yang belum siap dengan perubahan zaman hingga berbagai persoalan yang kita hadapi saat ini.

Di samping kecemasan nasional tersebut, ada pun dampak positif dari kehadiran teknologi Artificial Intelligence terhadap karya pelayanan kita.

Di mana, banyak bermunculan lapangan pekerjaan di era revolusi industri 4.0, era society (revolusi industri 5.0) serta kemajuan teknologi revolusi industri 6.0 hingga berbagai terobosan sumber daya manusia di tahun - tahun yang akan datang.

Selain itu, segala sesuatu yang dulunya kita anggap asing, kini semuanya jauh lebih mudah dan familiar dalam perjalanan komunikasi harian kita. Salah satunya adalah aplikasi Zoom, selain inovasi teknologi komputer dan handphone yang kian memanjakan kita dalam berinteraksi.

Ada pun perubahan di bidang pemerintahan. Di mana kita dengan leluasa mengikuti figur publik di media sosial, termasuk program kerja apa saja dari mereka.

Karena segalanya menjadi terbuka (transparan) di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi abad ke-21 ini.


Makna simbolik Pemikiran Filosofi Klasik Suku Dawan Timor NTT dalam Membaca Fenomena Alam hingga Perkembangan Zaman 


Terlepas dari aspek negatif dan positif dari kemajuan zaman, budaya memiliki peran penting dalam kehidupan kita.

Melalui pemikiran mendalam tentang pentingnya merawat nilai-nilai kearifan lokal budaya dari mana kita lahir, bertumbuh, dan berproses menjadi pribadi seperti yang kita inginkan, perubahan zaman bukan lagi menjadi sesuatu yang perlu kita cemaskan.

Karena dalam kearifan lokal budaya, kita mempunyai identitas diri. Di samping kita memiliki pedoman untuk bergerak menuju cita-cita bersama sebagai warga Indonesia.

Dalam konteks ini, makna simbolik dari pemikiran filosofi klasik suku Dawan Timor NTT ketika membaca fenomena alam hingga perkembangan zaman tertera dalam ajaran filsuf Baruch de Spinoza dan Ernst Cassirer.


Salah satu ajaran dari filsuf Baruch de Spinoza yang relevan dengan konteks pemikiran hidup Atoin Meto adalah penghargaan tertinggi terhadap manusia, alam hingga satu kekuatan absolut dari langit dan bumi.

Lantas, apa itu kekuatan absolut dari kepercayaan lokal Atoin Meto?

Dalam perkembangan zaman, terlebih masuknya kepercayaan Katolik Roma di tanah Timor NTT, kelompok suku Dawan Timor secara terang benderang memahami ajaran dari filuf Baruch de Spinoza yang mengatakan manusia dan alam atau Tuhan merupakan bagian integral (satu kesatuan) dari perjalanan hidup manusia.

Teologikal tersebut perlahan tapi pasti diterima oleh masyarakat Dawan Timor Barat Indonesia, khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam waktu bersamaan pula, kelompok suku Dawan Timor NTT yang sebelumnya mengenal kekuatan absolut dari langit dan bumi (Uis Pah Nok Uis Neno) berubah menjadi Tuhan Yang Maha Esa (Pancasila) atau dalam iman Katolik Roma adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus yang terwakilkan dalam diri Yesus Kristus.




Kendati pun, penggunaan terminologi Uis Pah Nok Uis Neno dalam kehidupan Atoin Meto masih kental hingga kini dan nanti.

Salah satu kekuatan dari ajaran Katolik Roma adalah merangkul atau menginkulturasi kepercayaan lokal di mana Injil diwartakan oleh para misionaris (Imam, Romo, Pastor) dengan persetujuan Uskup hingga Paus, terlebih dalam semangat ajaran Gereja Katolik sendiri.


Setelah kita membahas tinjauan pemikiran filsuf Baruch de Spinoza, saatnya kita akan melihat filsafat Simbolik dari filsuf Ernst Cassirer terutama dalam pemikiran Masyarakat Dawan Timor NTT, secara emosionalnya terjawantahkan dalam topik Pahe Nabain One.

Salah satu pemikiran dari filsuf Kebudayaan blaster Yahudi dan Jerman yang menghabiskan separuh hidup serta karya pelayanannya di Amerika Serikat adalah filsuf Ernst Cassirer, terutama ajaranya yakni; untuk memahami manusia secara utuh dan otentik. Pertama kita mengenal kebudayaannya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya. Artinya makhluk yang hidup dan dalam melalui unsur-unsur kebudayaan itu sendiri."

Lanskap pemikiran filsuf Ernst Cassirer tersebut bertalian erat atau relevan dengan konteks pemikiran klasik Atoin Meto.

Di mana, Atoin Meto selalu menyakini di balik perubahan zaman, termasuk pikiran, perbuatan, dan tindakan manusia terdapat innocence/purity (kemurnian) dalam menafsirkan serta memahami kehidupan manusia secara utuh dan otentik.

Hic Et Nunc frasa Latin yang berarti di sini dan saat ini (Here and Now) mengandaikan kesadaran kolektif Atoin Meto dalam menikmati perubahan zaman.

Perubahan zaman serta dinamika sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya tidak akan menghentikan semangat Atoin Meto dalam mentransmisikan pesan-pesan universal kebudayaannya dalam kehidupannya.

Terlebih ketika Atoin Meto membangun komunikasi lintas kebudayaan di era keterbukaan saat ini dan tahun - tahun yang akan datang.

Pahe Nabain One secara umum mengajak masyarakat Dawan Timor NTT untuk berani menerima perubahan zaman.

Karena hanya dengan cara demikian, identitas lokal mereka tetap bertumbuh, berakar, dan berdampak bagi kemajuan provinsi Nusa Tenggara Timur, dan dalam cakupan luasnya kemajuan bangsa Indonesia menuju kejayaannya.

Disclaimer; Ulasan ini merupakan hasil analisa TAFENPAH dalam memahami dinamika kehidupan manusia dari berbagai aspek kehidupannya di tengah perkembangan zaman.

Kendati demikian, esai populer ini tidak bermaksud untuk mendikte, apalagi menggurui pembaca TAFENPAH.

Teruntuk teman-teman yang nantinya mengambil tulisan ini lalu mempublikasikannya di berbagai media, mohon untuk mencantumkan sumber TAFENPAH, termasuk nama penulisnya Frederikus Suni.

Salam kebudayaan. Ayo, bangun NTT dan bangun Indonesia dari perspektif kearifan lokal budaya setempat.

Instagram penulis : @suni_fredy @tafenpahtimor @perspektiftafenpah

YouTube : Perspektif Tafenpah 

TikTok ; @tafenpah.com

Kerja sama publikasikasi dan lainnya bisa menghubungi penulis melalui kontak WA; 082140319973






TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia ||Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. ||Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia.Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat.Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider.Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.comSaya juga menerima jasa pembuatan Website ||Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy ||Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ ||WhatsApp: 082140319973 ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Pahe Nabain One, Makna dan Pemikiran Filosofi Klasik Suku Dawan Timor NTT dalam Membaca Fenomena Alam hingga Perkembangan Zaman "