Membaca Potensi Pendidikan Wilayah Timor Barat NTT di Era Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Abad 21
Penulis : Frederikus Suni
![]() |
Ilustrasi gambar; Erika Richardo saat mengunjungi sekolah PAUD EFATA yang ia dirikan di Sumba Barat Daya provinsi Nusa Tenggara Timur. Gambar Ig @erikarichardo |
TAFENPAH.COM - Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di abad ke-21 ini, membawa sejumlah perubahan sekaligus keuntungan tersendiri untuk warga Timor Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Salah satu keuntungan yang akan dirasakan oleh warga atau kelompok suku Dawan Timor NTT adalah di bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap orang. Karena melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbesar kemungkinan rezekinya.
Kendati rezeki antar setiap orang berbeda. Namun, setidaknya melalui bidang pendidikan, kelompok Atoin Meto (suku Dawan Timor NTT) dapat memperbaharui kehidupan dirinya, lingkungan hingga daerahnya.
Membaca arah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di abad ke-21 ini, memang tidak akan pernah lepas dari bagaimana perspektif atau pandangan hidup setiap orang dalam menyikapinya. Terutama kelompok Atoin Meto yang mendiami wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste.
Sebagai salah satu kelompok ras terbesar di daratan NTT, khususnya di pulau Timor, termasuk negara Timor Leste, pendidikan merupakan salah satu jalan terbaik untuk mengubah kehidupan masyarakat Dawan.
Fenomena Sosial dan Budaya Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Etnis Dawan Timor NTT
![]() |
Kegiatan penghijauan peserta didik SDK Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Gambar: Jorovikus Lake/Tafenpah.com |
Berdasarkan aspek sosial dan budaya, sejak zaman leluhur suku Dawan Timor NTT bersentuhan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, pandangan setiap keluarga mulai berubah tentang pentingnya menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat perguruan tinggi.
Aspek penting ini ditandai dengan berdirinya Universitas Negeri Timor (UNIMOR) yang terletak di Kefamenanu (Ibukota) kabupaten Timor Tengah Utara, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kehadiran UNIMOR sejak awal memang didesain untuk kepentingan sumber daya manusia, terutama pembentukan karakter generasi Atoin Meto yang berwawasan global.
Artinya; generasi muda Atoin Meto meskipun berada di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) mereka juga harus cakap atau pandai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena bagaimanapun juga, peradaban manusia selalu menyajikan cerita-cerita inspiratif di balik filosofi kearifan lokal budaya setempat.
Berkaca pada aspek sosial dan budaya, sejatinya generasi muda Atoin Meto Timor Barat Indonesia selalu berusaha untuk mengubah hidup mereka dalam segala bidang kehidupan.
Karena tanpa pendidikan, mustahil mereka dapat mendesain masa depan mereka yang lebih baik.
Artinya; melalui bidang pendidikan, generasi muda Atoin Meto berusaha untuk mengangkat derajat mereka, termasuk memajukan literasi kebudayaan.
Konsep ini terdapat dalam filosofi klasik leluhur Atoin Meto yakni; "MUSKOL LEOK - LEOK HENI MOIN ATON."
Terjemahan dari filosofi klasik tersebut kurang lebih seperti ini; "SEKOLAH Yang BAIK/SERIUS, SUPAYA KEHIDUPAN MASA DEPANMU LEBIH BAIK."
Artinya; leluhur termasuk setiap keluarga Atoin Meto memotivasi anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang baik, agar perjalanan hidup mereka, terutama masa depan mereka jauh lebih baik daripada keadaan orang tua saat ini.
Disclaimer; Terjemahan filosofi klasik bahasa Dawan di atas, sejatinya tidak seperti apa yang penulis sampaikan. Namun, esensinya tetap sama yakni; dengan pendidikan yang baik, maka jalan menuju masa depan lebih baik daripada mereka yang tidak sempat mengenyam pendidikan formal.
Memang, menjalani kehidupan di era modern ini, pendidikan tidaklah menjamin kesuksesan generasi muda Atoin Meto. Namun, seperti pesan-pesan humanis dari berbagai tokoh intelektual di berbagai media mainstream hingga media sosial yakni; dengan pendidikan setidaknya kita memperbesar peluang kesuksesan.
Di samping pandangan tersebut, pendidikan generasi muda Atoin Meto selalu berkesinambungan dengan pemikiran budaya setempat.
Di mana, tradisi atau nilai - nilai kebudayaan suku Dawan Timor NTT secara tidak langsung mengajak sekaligus mengajarkan kepada generasi mudanya untuk bersekolah hingga tingkat perguruan tinggi.
Fenomenologi atau realita yang dialami oleh subjek (dalam hal ini generasi muda Atoin Meto Timor Barat Indonesia), secara garis besar, mendukung program - program pemerintah daerah hingga pusat, untuk memberantas buta aksara atau ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis.
Hal ini juga berkaitan dengan Programme for Internasional Student Assessment (PISA) tahun 2022 yang menempati posisi Indonesia di urutan ke-70 dari 80 negara partisipan.
Artinya; daya tangkap dan pemahaman anak-anak Indonesia berusia 15 tahun di bidang literasi (membaca, menulis, dan memahami), pengetahuan di bidang Matematika dan Sains sangat mengkhawatirkan.
Jika pemerintah daerah dan pusat, khususnya dinas dan kementerian pendidikan tidak serius membenahi problematika tersebut, maka sampai kapan pun, generasi muda Indonesia, termasuk anak-anak Atoin Meto selalu terbelakang dalam setiap aspek kehidupan.
Realita ini memang sangat menyakitkan! Tapi, itulah kondisi sosial dan pendidikan yang kita alami di bangsa tercinta ini.
Solusi untuk Mengatasi Ketimpangan Pendidikan di Wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
Sejak pergantian presiden dari Jokowi ke Prabowo Subianto, berbagai upaya telah dilakukan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah hingga Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui beragam terobosan.
Salah satunya adalah kehadiran Program Guru Penggerak (warisan dari Nadiem Anwar Makarim) yang masih berlaku hingga saat ini. Meskipun ada sedikit perubahan. Namun, substansinya tetap sama, yakni; meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang berwawasan global dan berkhebinekaan.
Tugas ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah kabupaten, Kota, Provinsi hingga Negara, melainkan kita semua wajib mengambil peran pembentukan karakter generasi muda Indonesia yang tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi.
Namun, generasi muda Indonesia juga harus cakap dalam aspek etika dan moral yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Khususnya generasi muda Atoin Meto Timor Barat Indonesia, kita memiliki filosofi yang mengajarkan kita untuk selalu mengutamakan penghargaan terhadap martabat orang lain, bergotong royong, bekerja keras di samping bekerja cerdas guna mengisi kemerdekaan Indonesia di era keterbukaan informasi dan komunikasi abad ke-21.
Membaca Potensi Pendidikan Wilayah Timor Barat Indonesia di era perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi abad ke-21 memang menyajikan sejuta perspektif atau pandangan hidup.
Rajutan perspektif tersebut sudah ada dalam kehidupan sosial dan budaya lokal kita. Intinya; apa pun yang kita akan hadapi di era keterhubungan (Era Society), nilai - nilai etika dan moral kearifan lokal budaya kita pun harus menjadi arah pijakan kita dalam bertindak.
Karena setiap tindakan yang berakar pada kearifan lokal budaya setempat jauh lebih manusiawi, ketimbang kita menjalani kehidupan serba modern, tapi kita selalu berada dalam ruang kehampaan, akibat kita tidak memiliki pijakan hidup.
Inilah salah satu aspek penting yang TAFENPAH tekankan dalam tulisan sederhana ini.
Instagram penulis : @suni_fredy
TikTok: @tafenpah.com
YouTube : Perspektif Tafenpah
Posting Komentar untuk "Membaca Potensi Pendidikan Wilayah Timor Barat NTT di Era Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Abad 21 "
Posting Komentar
Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih