Obsesi Warga Indonesia dengan Kemudahan ChatGPT, Tapi Tahukah Anda, Jika Akumulasi Hasil Pencarian Informasi Merupakan Produk dari Miliaran Artikel Penulis? Berikut Hasil Riset TAFENPAH

Penulis : Frederikus Suni

Obsesi Warga Indonesia dengan Kemudahan ChatGPT, Tapi Tahukah Anda, Jika Akumulasi Hasil Pencarian Informasi Merupakan Produk dari Miliar Artikel Penulis? Berikut Hasil Riset TAFENPAH. Sumber gambar: Freepik

TAFENPAH.COM - Sisi positif dari kehadiran ChatGPT dalam kehidupan harian manusia adalah memudahkan kita dalam mendapatkan informasi. 

Tapi, tahukah Anda, jika hasil pencarian informasi dan segala sesuatu yang ada di mesin pencari Google merupakan filterisasi mesin AI dari miliaran karya para penulis di dunia yang telah dipublikasikan melalui situs/website/blog hingga media -media massa?

Untuk mendukung argumentasi tersebut, pada kesempatan ini, TAFENPAH akan membagikan hasil riset mengenai pencarian informasi manusia di mesin pencari utama Google.

Baca Berita Viral Kupang 👇👇👇 


Pertama-tama ChatGPT yang dikembangkan oleh founder Tesla sekaligus pemilik media sosial X (Twitter) Elon Musk dan sejumlah tokoh terkenal di Silicon Valley, San Francisco, California dengan maksud dan tujuan untuk memperkuat branding atau bisnis mereka.

Hasilnya pun terbukti. Di mana, miliaran orang di planet ini makin terobsesi dengan kemudahan yang dihasilkan oleh mesin AI.

Kendati demikian, ada sisi negatif dari penggunaan ChatGPT yang berlebihan di kalangan generasi muda bangsa Indonesia, yakni; matinya rasionalitas.

Dalam artian kemampuan generasi muda Indonesia untuk mengolah rasa, mengolah pikir, hingga mengkompilasikan pengamatan harian mereka dalam menyaksikan berbagai peristiwa yang selalu datang dan pergi, kemudian dirajut dalam bentuk pemikiran kritis yang terjawantahkan/terwujud di balik karya mereka sangat bertentangan dengan etika dan moral.

Di mana, adanya ketidakadilan, terjadinya pelanggaran hak cipta, kesewenangan dalam menjiplak karya orang lain pun kian terbuka dan sangat mengkhawatirkan pembinaan sumber daya manusia Indonesia di abad ke-21 ini.

Terlepas dari problematika tersebut, berikut adalah hasil riset dari TAFENPAH, terkait akumulasi atau pengumpulan ragam karya penulis yang kemudian disederhanakan/dipersingkat oleh Mesin AI dalam ChatGPT adalah sebagai berikut;

Melalui tools atau perangkat Komputer yang terdapat di sosial media WhatsApp (Perhatikan tombol berwarna biru dengan tulisan Meta AI), TAFENPAH mencoba mengetikkan keyword/kata kunci "ATOIN METO TIMOR BARAT," dan hasil pencarian tersebut menampilkan data yang sudah dihimpun dari berbagai sumber atau hasil karya para penulis di media Siber/Media Digital.

Hasil Ringkasan AI TAFENPAH

Salah satunya adalah karya TAFENPAH yang berjudul 'Mengenal Suku Dawan Yang Mendiami Timor Barat'.

Artikel kebudayaan Atoin Meto tersebut saya publikasikan di portal atau situs www.tafenpah.com pada tanggal, 7 November 2022 lalu.

Tak hanya itu saja, saya juga memasukkan kata kunci 'Bahasa Dawan Aku Cinta Kamu'  di mesin pencari utama Google, dan hasilnya menampilkan ringkasan AI dari beberapa media yang sudah mempublikasikan karya mereka dengan keyword tersebut, situs atau portal TAFENPAH juga terdapat di dalamnya.

Hasil Ringkasan AI Tafenpah.com


Hasil penemuan tersebut juga masih berlaku dalam berbagai publikasi TAFENPAH.

Belajar dari data valid di atas, saya pun mendapatkan insight atau semacam wawasan baru dalam memahami algoritma google, terutama pencarian informasi apa pun dengan menggunakan teknologi chatbot AI.

Di mana, hasil publikasi dari Miliaran penulis di dunia ini, kemudian dengan cara sedemikian sederhana dan menarik, ChatGPT menampilkan ringkasan terkait informasi di balik pencarian manusia di mesin Google.

Argumentasi sekaligus data TAFENPAH selaras dengan pernyataan dari Profesor Stella Christie ( Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia) yakni; sehebat apa pun penggunaan ChatGPT, di sana pun ada ruang atau persoalan besar yang selalu menjadi keprihatinan bersama. Terutama mesin ChatGPT mengakumulasikan karya-karya dari setiap penulis di dunia ini.

Artinya; kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui penggunaan ChatGPT, ada dedikasi, pengorbanan, sumbangan pemikiran dari penulis, pegiat konten digital, praktisi pendidikan, dan profesi-profesi yang berkarya tanpa henti dalam memajukan literasi bangsa dan negara.

Pernyataan Stella Christie di atas, dapat dibaca oleh siapa pun melalui artikel yang pernah saya publikasikan di TAFENPAH dengan judul "

Mirisnya Kualitas Jurnal Terbitan Perguruan Tinggi Indonesia!


Entah ketinggalan atau pun terlupakan, saya tidak sempat memasukkan salah satu pernyataan prof Stella Christie terkait topik penggunaan berlebihan ChatGPT juga tidak baik untuk kemajuan literasi generasi muda Indonesia.

Untuk informasi selengkapnya, pembaca dapat menonton tayangan Profesor Stella Christie di YouTube; Fortune_Idn dan juga TikTok @tafenpah.com 

Dalam kesempatan tersebut, prof Stella Christie dengan tegas mengatakan kalau kita terbiasa dengan bantuan ChatGPT, dalam hal menggunakan ChatGPT untuk menuliskan sesuatu yang kita butuhkan untuk dipublikasikan ataupun menunaikan tugas dari dosen dan lain sebagainya, dengan sendiri kita akan memahami mana tulisan yang tidak berasa.

Karena kemampuan ChatGPT dalam mengolah informasi tidak melibatkan rasa. Untuk itu, tulisan manusia lah yang sangat penting.

Karena di sana ada kreasi rasa, pikiran, pengamatan dan hal-hal teknis yang memperkaya tulisan.

Belajar dari kisah temuan riset TAFENPAH dan juga pernyataan dari Profesor Stella Christie, pada kesempatan ini saya hanya menyampaikan bahwasanya di balik kemudahan kita dalam mendapatkan informasi di mesin pencari Google dengan bantuan ChatGPT, ada ribuan, jutaan bahkan miliaran karya penulis.

Pada kesempatan ini pula saya tidak mendiskreditkan atau menyudutkan, apalagi menyalahkan generasi muda atau siapa pun yang selalu terobsesi dengan kemudahan ChatGPT dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Melainkan tulisan ini hanya sebagai penambah vitamin otak, agar apa yang kita dapatkan di lingkungan sekolah bahkan Perguruan Tinggi jangan sampai menjadi sia-sia ilmu yang kita pelajari selama bertahun-tahun.

Mari, kita menciptakan ruang Siber, terutama menghargai rasionalitas (otak, daya pikir, daya kritis, pengamatan, dialog, perjumpaan, daya serap informasi dari kehidupan harian), kemudian kita olahnya menjadi karya yang bermanfaat bagi siapa saja di media digital.

Demikian hasil riset TAFENPAH pada kesempatan ini.

Agar Pembaca dan TAFENPAH selalu terhubung dalam setiap waktu dan ruang, maka penulis dengan rendah hati meminta dukungan Anda sekalian dengan cara mengikuti media sosial di bawah ini;

Instagram Penulis : @frederikus_suni

Tiktok : @tafenpah.com



Admin TAFENPAH
Admin TAFENPAH Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: Perspektif Tafenpah|| TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @frederikus_suni || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Obsesi Warga Indonesia dengan Kemudahan ChatGPT, Tapi Tahukah Anda, Jika Akumulasi Hasil Pencarian Informasi Merupakan Produk dari Miliaran Artikel Penulis? Berikut Hasil Riset TAFENPAH "