Atoin Meto Dalam Komunikasi Seni dan Budaya NTT
Penulis: Frederikus Suni
Seni dan Budaya NTT, Atoni Pah Meto. Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Atoin Meto (Suku Dawan Timor) menyampaikan pesan kearifan lokal budayanya dalam berbagai kemasan, di antaranya: melalui olah vokal (menyanyi), tulisan, infografis hingga konten audiovisual (gambar bergerak, video, podcast dll).
Beragam pesan komunikasi tersebut, bertujuan untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Etnis Timor Dawan (Atoni Pah Meto) kepada publik domestik (dalam negeri) hingga mancanegara.
Merujuk pada pemikiran atau ajaran dari salah satu filsuf blasteran/keturunan Yahudi - Jerman yakni: Ernst Cassirer, terutama epistemologinya tentang manusia didekatin, pertama-tama adalah melalui budayanya.
Karena dalam kebudayaan, kita dapat mengetahui karakter, cara pandang, gaya hidup hingga kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam kebudayaan tertentu.
Dalam konteks tulisan ini, pertama-tama Penulis memetakan atau memfokuskannya pada kelompok etnis Dawan, yang mendiami atau tinggal di daratan Timor Barat (mulai dari kota Kupang, Soe, Kefamenanu, Malaka, Belu dan sebagian Timor Leste, khususnya distrik Oecusse dan Ambenu).
Kelompok etnis Dawan yang mendiami wilayah atau daerah-daerah tersebut, dewasa ini semakin getol dalam melestarikan kearifan lokal budaya, peninggalan leluhurnya.
Sebagaimana yang penulis telah sampaikan di bagian lead atau awal tulisan, bahwasannya konsep pendistribusian konten atau ragam karya digital, didesain dan dikemas sedemikian menarik, ringan, tepat dan efektif yang tersemat dalam berbagai gambar bergerak, video (audiovisual), tulisan dan lain sebagainya.
Selain itu, belakangan ini, penulis melihat, mengalami lalu merefleksikan kreativitas dari kreator konten (Blogger, Youtuber, TikTokers, Facebookers, Selebgram, citizen Journalism hingga Jurnalis/Wartawan) di setiap karya digitalnya, mampu merepresentasikan/mewakili generasi muda Atoni Pah Meto yang cinta dan peduli akan kearifan lokal budayanya.
Menjalani kehidupan yang serba cepat dan dinamis di era perkembangan industri 4.0 atau ketergantungan manusia terhadap jaringan internet, sejatinya menawarkan beragam pilihan menarik, terutama bagi generasi Atoni Pah Meto dalam mentransmisikan pesan-pesan kebudayaannya secara luas dan tak terbatas.
Pesan-pesan kebudayaan dari Atoni Pah Meto menyimbolkan kelompok masyarakat yang peduli pada akar kehidupannya.
Karena bagaimanapun juga, maju dan berkembangnya wilayah atau daerah tertentu, tidak pernah terlepas dari cara pandang masyarakatnya terhadap keberadaan budaya, di mana mereka dilahirkan, dibesarkan hingga pada akhirnya mereka akan kembali (Teologi Kematian) dalam framing atau bingkai pesan-pesan kebudayaannya.
Membingkai sekaligus memaknai setiap pesan verbal maupun nonverbal dalam kehidupan Atoni Pah Meto (Suku Timor Dawan), juga ikut memperkaya wawasan pembaca tentang pentingnya menjalani kehidupan dalam koridor kebiasaan setempat.
Karena pemahaman tentang kebudayaan orang lain (Liyan), sama saja pembaca melihat dan memaknai kebudayaannya sendiri.
Intisari tulisan ini, secara garis besar adalah penulis ingin membangkitkan sense of culture (rasa kebudayaan) setiap orang dalam menjalani kehidupan.
Selain itu, potretan pemikiran penulis juga bertujuan untuk mengajak setiap generasi muda Atoni Pah Meto (Suku Timor Dawan) untuk lebih terbuka dan berani dalam mengeksplor jutaan kekayaan budayanya dalam berbagai format karya digital.
Sebagai bahan permenungan sekaligus dukungan Pembaca dan generasi muda Atoni Pah Meto, terhadap portal TAFENPAH.COM, penulis mengharapkan kritik, sanggahan, dan masukan dari Anda sekalian, demi memperkaya tulisan ini ke depannya.
Ikutin juga media sosial kami di bawah ini 👇 👇 👇 👇 👇
YouTube: TAFENPAH GROUP
Website: TAFENPAH.COM
TikTok: @tafenpah.com
Instagram: @suni_fredy
Halaman Facebook: @tafenpah
Posting Komentar untuk "Atoin Meto Dalam Komunikasi Seni dan Budaya NTT"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat