Traveling Peserta Didik SDLBC Tri Asih di Kawasan Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat
Frederikus Suni
![]() |
Rombongan SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, berpose di halaman tengah Kota Tua Jakarta Barat. Foto: Indon Cahyono/Tafenpah.com |
TAFENPAH.COM - Salam jumpa sobat Tafenpahners. Menikmati wahana atau destinasi kawasan wisata Kota Tua dan Museum Fatahillah, kecamatan Taman Sari, memang sangat seru dan menyenangkan, terutama bagi peserta didik SDLBC Tri Asih, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Karena selain peserta didik SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, Jakarta Barat menikmati sekaligus tour (kilas balik) sejarah peninggalan Belanda, termasuk di dalamnya perjuangan para tokoh nasionalis dalam mempertahankan nilai-nilai kebhinekaan, ada sisi unik dari destinasi pembelajaran di luar kelas yakni; adanya sense of being (rasa keberadaan), sense of belonging (rasa memiliki), sense of love (rasa cinta), sense of common (rasa kesamaan) akan pengalaman, pengamatan, penginderaan terkait dinamika/situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya bermanfaat untuk kelanjutan hidup generasi muda bangsa Indonesia.
Terlebih anak-anak dari SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Baca Juga:
HUT Yayasan Tri Asih Ke-56: Ayo Berubah Menjadi Lebih Baik
Kendati, peserta didik SDLBC Tri Asih memiliki keterbatasan dalam mencerna informasi sekaligus fenomena atau peristiwa - peristiwa besar yang dulunya menjadi semangat perjuangan para tokoh nasionalis dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Terlepas dari persoalan besar di atas, perjalanan atau traveling yang terjawantahkan dalam keceriaan peserta didik SDLBC Tri Asih di balik kegiatan pembelajaran luar kelas di sepanjang kawasan wisata Kota Tua dan Museum Fatahillah Jakarta Barat pada bulan April lalu, meninggalkan kesan edukatif.
Bagaimana tidak, kegiatan pembelajaran luar kelas yang diinisiasi oleh tenaga pendidik (para guru) dari unit SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, benar-benar meninggalkan kesan baik. Selain, adanya nilai-nilai positif dari kegiatan tersebut.
Di mana, melalui kegiatan pembelajaran luar kelas di Museum Fatahillah Jakarta Barat, peserta didik SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, tanpa sadar sedari dini sudah berusaha untuk mengaplikasikan semangat kebhinekaan.
Hal tersebut juga setali atau semakna dengan salah satu materi P5 yang diajarkan oleh para Guru SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk kepada peserta didik dalam memahami simbol-simbol kebudayaan, termasuk unity in Diversity (satu dalam perbedaan).
Selain, peserta didik SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk juga berkesempatan untuk terlibat aktif dalam jelajah peninggalan-peninggalan bersejarah di balik artistiknya Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat tersebut.
Perjalanan Rombongan SDLBC Tri Asih Menuju Kawasan Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat
![]() |
Peserta didik SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, berpose di halaman tengah Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat. Tafenpah.com |
Matahari mulai merangkak di bagian Timur Indonesia, sinarnya perlahan membelah halaman Tri Asih, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Sementara, tetesan embun pagi terlihat segar di dedaunan pohon jati yang menjulang tinggi ke angkasa, seakan mengajak rombongan SDLBC Tri Asih untuk mempersiapkan segala perlengkapan, sembari mereka pun melantunkan ayat-ayat cinta dan harapan di balik ajaran Katolik Roma untuk mensyukuri setiap momen dalam kehidupan, terutama nafas baru di pagi yang indah dan cerah tersebut.
Tanpa berlama-lama dalam derasnya ayat-ayat Kitab Suci, rombongan SDLBC Tri Asih yang terdiri dari penyelia, peserta didik, para guru, dan karyawannya bersama-sama bergegas meninggalkan halaman Tri Asih untuk menyusuri setiap jalanan kota metropolitan Jakarta, yang pagi itu terlihat ramai dan juga bising kendaraan menuju wisata bersejarah di kawasan Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat.
Sepanjang perjalanan menuju kota Tua, tampak ramai juga jutaan pencari nafkah berburu jam dinding, alias deadline waktu masuk kerja yang sebentar lagi akan menghidupkan kembali suasana kota metropolitan Jakarta dengan segala persoalannya.
Di balik euforia tersebut, rombongan penulis yang kebetulan saat itu nebeng atau ikut mobilnya pak Boy (Administrator) SDLBC Tri Asih juga tak kalah sibuk, terutama Alfred (salah satu siswa kelas 1) binaan Pak Indon Cahyono yang sepanjang perjalanan, dirinya bergembira ria dengan alunan musik religi kesukaannya.
Seakan mengusir rasa penat akan kemacetan lalu lintas di sepanjang jalanan kota metropolitan Jakarta.
Keceriaan yang dibawakan oleh Alfred (peserta didik SDLBC Tri Asih) ikut memberikan senyum sekaligus rasa bangga dan bahagia yang dipancarkan oleh Ibu Rosa (Guru PKPD).
Karena Alfred tak henti-hentinya membuat kejutan dengan tingkahnya yang sangat menghibur.
Singkatnya, rombongan kami tiba di ujung Timur (Parkiran), kota Tua Jakarta Barat.
Kami pun segera bergabung dengan rombongan lainnya dan bersama-sama menuju hamparan artistiknya Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat.
Sebelum menjelajahi Museum Fatahillah, kami pun berswa foto dengan kameramen utamanya adalah Pak Indon dan Boy di halaman depan atau lapangan Kota Tua Jakarta Barat.
Sejauh tatapan mata, segalanya tampak indah dan menggoda. Apalagi cuaca dan langit biru, bertaburkan awan putih menambah keindahan dokumentasi perjalanan kami.
Sesampainya di halaman tengah Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat, berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Ibu Ani, Tanti, Vindi, dan Nia, rombongan kami pun dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelas yakni; kelas besar (3 - 6) dengan catatan yang mandiri dalam artian bisa mengikuti jalannya tur sejarah tersebut, berkesempatan untuk menjelajahi seisi lantai satu dan dua Museum Fatahillah.
Sedangkan rombongan kelas kecil (1 - 2), termasuk kelas besar yang tadinya tidak ikut, menunggu di halaman tengah Museum Fatahillah dengan tugas utamanya yakni; mewarnai gambar.
Ibu Vero (Kepala Sekolah), ibu Kartini (Penyelia sekaligus walikelas 3), Pak Indon (walikelas 1), Ibu Yatni (walikelas 6), Ibu Rosa (Guru PKPD), Pak Yuli (Karyawan) bertugas untuk mengawasi peserta didik di halaman tengah Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat.
Sementara, Ibu Nia (walikelas 5), Ibu Vindi (walikelas 2), Ibu Tanti (Walikelas Persiapan), Ibu Ani (Walikelas 4), Pak Boy (sang Administrator) sekaligus kameramen dan penulis ikut tur sejarah di bagian dalam Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat.
Mengenang Sejarah Terbentuknya Kota Batavia Zaman Belanda (VOC) dan Juga Merasakan Aura Mistis Ruangan hingga Tempat Tidurnya Pangeran Diponegoro
Pengalaman mistis (aura atau nuansa) Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat mulai terasa, ketika rombongan kami memasuki pintu utamanya.
Selain itu, rasa takjub kami akan replika prasasti, artefak dari zaman pra kolonial Belanda hingga kerajaan-kerajaan di sekitarnya ikut memberikan wawasan atau pengetahuan akan kekayaan warisan kebudayaan dunia, yang termanivestasi sejak kedudukan Belanda (VOC) melahirkan asimilasi atau percampuran kebudayaan nusantara yang kaya akan maknanya.
Menjelajahi setiap warisan peninggalan Belanda dan kerajaan-kerajaan nusantara di Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat sungguh menyenangkan.
Meskipun, aura mistis, terutama saat rombongan kami berada di ruangan, termasuk tempat tidurnya Pangeran Diponegoro, yang berada di lantai dua, persis di atasnya sel tahanan wanita dan laki-laki zaman Belanda.
Bukan spekulasi ya, namun penulis menyakini sumber dari hawa panas dan aura mistis ruangan Pangeran Diponegoro itu berasal dari arwah-arwah (korban) kekejaman pendudukan Belanda.
Kendati argumen penulis tidak berlandaskan pada ilmu pengetahuan (ilmiah). Namun, berdasarkan indra perasa, penulis merasakannya.
Argumentasi penulis memang sangat subjektif. Sedangkan objektifnya yang disertai data valid mungkin saja akan dikisahkan oleh rekan seperjuangan penulis dan juga penemuan lain yang barangkali sudah termanivestasi dalam berbagai karya tulisan lainnya.
Terlepas dari persoalan remeh temeh tersebut, menjelajahi sejarah Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat meninggalkan kesan positif yang bernuansa ilmu pengetahuan baru.
Dengan ulasan sederhana ini, sekiranya penulis memberikan gambaran singkat mengenai perjalanan destinasi rombongan SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, di sepanjang kawasan wisata Kota Tua, terutama di Museum Fatahillah.
Disclaimer; Reportase ini diulas penulis sesuai dengan gaya kepenulisan artikel populer, dengan tujuan untuk memudahkan pembaca, terutama peserta didik, tidak hanya siswa-siswi SDLBC Tri Asih Kebon Jeruk, tapi siapa saja untuk ikut memvisualisasikan puluhan artefak dan replika prasasti peninggalan Belanda serta kerajaan-kerajaan di sekitarnya, sebagai pembelajaran komprehensif, guna memperkuat pembinaan karakter generasi muda dalam menghargai sejarah perjalanan bangsa Indonesia, di tengah disrupsi teknologi informasi dan komunikasi abad ke-21.
Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia yang menaruh minat besar terhadap Kearifan Lokal Budaya Nusantara, penulis yang merupakan bagian dari Yayasan Tri Asih Kebon Jeruk, Jakarta Barat juga mengharapkan adanya feedback atau umpan balik dari pembaca, entah berupa komentar, usul, saran dan kritik, guna memperkaya tulisan ini ke depannya.
Instagram penulis : @suni_fredy
Tiktok : @tafenpah.com
YouTube : Perspektif Tafenpah
Posting Komentar untuk "Traveling Peserta Didik SDLBC Tri Asih di Kawasan Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat "
Posting Komentar
Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih