Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menelaah Program Bayi Tabung dalam Perspektif Moral dan Ajaran Gereja Katolik

Penulis: Finotrio Q. Santos Ximenes
Editor: Frederikus Suni

Menelaah Program Bayi Tabung dalam Perspektif Moral dan Ajaran Gereja Katolik. Sumber/foto: Kompas.com


Pendahuluan

Tafenpah.com - Dengan adanya teknologi memudahkan manusia untuk berakses dan berekspresi sekehendak dan semau mereka. Teknolgi menyediakan banyak hal kepada manusia, sekaligus memudahkan manusia untuk bersosial dengan orang-orang yang jauh dan mengasing dengan orang-orang terdekat. Kehadiran teknologi ini, pun membawa begitu banyak sumbangan bagi setiap bidang kehidupan manusia. Entah itu sumbangsi yang baik maupun yang buruk. 

Salah satu sumbangan teknologi yang cukup luar biasa adalah program bayi tabung. Dengan teknologi reproduksi yang ada para ahli teknologi serta kesehatan menyodorkan kepada kita temuan baru yang berupa bayi tabung. Program bayi tabung adalah program untuk membantu pasangan suami istri yang tidak memiliki anak melalui fertilisasi sel sperma dan sel telur di luar tubuh. Bayi tabung dilakukan untuk membantu proses kesuburan maupun untuk mencegah masalah genetika. 

Secara manusiawi program bayi tabung ini sangat membantu manusia, terlebih khusus para pasutri yang tidak mendapatkan buah hati mereka. 

Akan tetapi, program ini pun merupakan salah satu proses pembuatan manusia yang cukup rumit karena harus melalui proses dan percobaan yang ada agar bisa menggapai tujuan dimana ditemukan sel sperma dan sel telur yang  unggul. 

Namun, sebelum berlaju jauh kita perlu bertanya apakah secara moral program bayi tabung ini dapat dibenarkan ? dan bagaimana tanggapan gereja katolik mengenai proses pembuatan ini ?
 
Cikal Bakal Program Bayi Tabung

Program bayi tabung pertama kali diterapkan oleh ahli embriologi Wina Samuel Leopold Schenk pada tahun 1978. Prosedur ini ia lakukan pada hewan kelinci dan marmut. Schenk mencatat bahwa pembelahan sel terjadi setelah sperma ditambahkan ke sel telur . 

Di kemudian hari program ini berkembang ke proses pembuahan manusia. Dimana yang menjadi bayi hasil program bayi tabung pertama adalah Louise Brown, yang lahir di Inggris pada 26 Juli tahun 1978.

Program bayi tabung ini membutuhkan dua atau lebih dari dua pribadi, untuk mendapatkan seorang bayi. Dengan kata lain sistem ini memerlukan pribadi ketiga, keempat maupun kelima dalam mendapatkan seorang anak.

Program Bayi Tabung

Kerindaun untuk memiliki buah hati, merupakan suatu kerinduan yang dimiliki oleh setiap pasangan yang ada. Karena, setiap pasangan selalu berusaha untuk memiliki buah hati mereka dengan cara-cara mereka. Akan tetapi, tidak dapat dielakan bahwa dalam proses untuk mendapatkan buah hati mereka, ada juga gangguan atau halangan-halangan yang membuat mereka untuk tidak menggapai kerinduan tersebut. 

Namun, dalam perkembangan waktu dan dengan kecanggihan teknologi yang ada manusia menemukan cara baru untuk membuahkan seorang anak tanpa adanya hubungan seksual. 

Dengan proses teknologi reproduktif yang dinamakan insiminasi buatan dan program bayi tabung, Memudahkan manusia untuk memperoleh buah hati mereka dengan menyewa rahim dll. Insiminasi buatan adalah pemasukan secara sengaja sel sperma ke dalam rahim seorang wanita untuk memperoleh anak tanpa adanya hubungan seksual. Program bayi tabung adalah proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim manusia dan tanpa adanya hubungan seksual.  

Kedua proses ini seringkali dipandang sama, namun pada kenyatannya tidak. Sebab, insiminasi buatan  adalah proses pembuahan yang terjadi di dalam rahim, sedangkan program bayi tabung adalah proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh. 

Program bayi tabung bisa disebut sebgai sewa rahim. Proses ini terjadi ketika sepasang suami istri mengalami permasalahn di sistem reproduksi, mereka maupun karena ketidakmauan serta keinginan seorang wanita untuk mendapatkan buah hatinya tanpa adanya hubungan seksual, mendapatkan anak tanpa memikul beban kehamilan, atau wanita itu telah putus haid. Perihal ini,  memungkinkan juga bahwa seorang wanita lajang atau sepasang lesbian juga dapat mendapatkan buah hati mereka jika mereka berkemauan untuk itu. 

Dengan demikian pasangan atau seorang wanita lanjang yang berkeinginan untuk memperoleh anak hendak meminta bantuan dari orang lain untuk mengandung atapun menyumbangkan sel telur juga sel sperma mereka agar pasangan bersangkutan dapat memperoleh anak. 

Proses ini pun cukup rumit karena tidak hanya melibatakan satu atau dua orang melainkan lebih dari itu, yaitu tiga, empat ataupun lima orang, jika pasangan yang menginginkan anak menyewa rahim, sel sperma, juga sel telur dari pribadi-pribadi yang berbeda. Juga, proses ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menemukan sel telur yang subur, sel sperma yang unggul serta rahim yang layak untuk menngandung embrio yang ada.

Secara moral program bayi tabung ini, tidak memiliki nilai moral dengan alasan bahwa proses untuk terjadinya pembuahan tidak hanya membutuhkan satu atau dua orang melainkan lebih dari itu. Dan dengan program ini pun menghadirkan pribadi-pribadi lain dalam hubungan suami istri, dengan menyewa rahim wanita lain. Bahaya lain dari program ini adalah bahwa  bisa terjadinya perkawinan senasab atau sedarah jika seorang laki-laki(ayah) menyumbangakn sel telurnya kepada beberapa pasangan yang membutuhkan. Adapun  identitas orangtua yang kurang jelas dari anak yang merupakan hasil dari Program bayi tabung dll. 

 Menurut Dr. Ramon Nadres, program bayi tabung tidak memiliki nilai moral dengan tiga alasan. Pertama, dalam program bayi tabung tida kmemiliki hubungan seksual yang merupakan lambang cinta kdari sepasang suami istri. Kedua, dalam program bayi tabung hanya ada pertemuan antara satu sel telur dan sel sperma yang kemudiaN menjadi embrio. 

Lalu, yang digunakan hanyalah satu embrio, sedangkan embrio yang lain dibuang. Karena, embrio adalah awal mula kehidupan manusia maka tindakan itu merupakan tindakan aborsi. Ketiga, bahwa embrio yang sisa jika digunakan manusia sebagai penelitian maka akan terjadi bahaya eksprimentasi manusia . 

Adapun alasan-alasan lain sebagaiamana disinggung sebelumnya, seperti proses pembuahan yang melibatkan orang lain, merupakan suatu actus human tracfiking, dan bisa terjadinya perkawinan  senasab dll. 

Perspektif Gereja Katolik Tentang Bayi Tabung
Penggunaan program bayi tabung ini pun sudah digunakan oleh banyak orang di negara-negara yang melegalkannya. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga negara-negara yang melarang penggunaan tersebut karena merusak nilai keluhuran manusia. 

Penggunaan bayi tabung ini pun ditolak oleh agama katolik dalam ajaran mengenai asal mula manusia  dan martabat prokreasi yang dikeluarakan oleh Kardinal Joseph Ratzinger pada tahun 1987, ketika beliau masih menjabat sebagai ketua dewan kongregasi untuk ajaran iman. Secara langsung dokumen ini tertuju pada etika tentang berbagai bentuk teknologi reproduktif.

 Dokumen ini mendasarkan ajarannya pada dua prinsip, prinsip pertama bahwa satu-satunya proses prokreasi yang layak adalah perkawinan, prinsip kedua menekankan bahwa  konsepsi harus melibatkan suami istri. 

Karena itu, dalam ajaran itu menyebut program bayi tabung itu sebgaai pembuahan buatan yang bersifat heretelog. Karena melawan hakekat perkawinan yang hanya terjadi tas dua pribadi namun, program ini melibatkan pribadi yang ketiga dan seterusnya. 

Dokumen ini pun menyebutkan bahwa perkawinan dan pembuahan anak hanya bisa dilaksanakan oleh sepasang suami istri tidak adanya pihak yang ketiga. Karena itu, cukup jelas bahwa dalam ajaran Gereja Katolik, Gereja menolak praktek prokreasi ini karena melibatkan orang ketiga. Adapun alasan-alasan lain sebagai dasar penolakan atas praktek tersebut salah satunya adalah lahirnya seorang anak yang tidak mengetahui secar jelas siapa itu ayah dan ibu kandungnya secara biologis dll. 

Kesimpulan

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa praktek ini pun masih dijalanakn sampai saat ini. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal budi dan sebagai ciptaan unggul, hendak mempertahankan keluhuran eksistensinya yang ada dengan tidak mengdegredasinya dengan teknologi-teknologi yang ada. Program bayi tabung ini pun di sisi lain dilihat sebagai human tracficing  karena seorang wanita maupun laki-laki menjual sel telur dan sel sperma serta menyewa rahim mereka hanya untuk mendapatkan uang.  


Sebab itu sebagai manusia hendaknya selalu berhati-hati untuk memilah mana yang baik untuk dilakukan. Dan sebagai seorang katolik hendaknya memerhatikan ajaran-ajaran Gereja yang berkaitan dengan sistem reproduksi ini, supaya jangan cepat tergoda dengan tawaran-tawaran yang ada, karena tidak selamanya tujuan dari perkawinan hanya untuk mendapatakan buah hati, melainkan kebahagiaan suami istri yang harus diutamakan.

Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Menelaah Program Bayi Tabung dalam Perspektif Moral dan Ajaran Gereja Katolik"