Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku dan Lalamove, Cerita Harian Kurir Part 2

Penulis: Frederikus Suni


Aku dan Lalamove, Cerita Harian Kurir Part 2. Sumber/foto: Tafenpah.com (Aku dan Lalamove part 2/Tafenpah)


Jakarta, Tafenpah.com - Aku dan Lalamove merupakan rangkaian cerita harianku sebagai kurir.

Pada bagian 2 ini, aku ingin berbagi kisah seputar menjalin relasi dengan pelanggan Lalamove.

Sejak bergabung dengan Lalamove pada pertengahan bulan November 2023, sejauh ini aku sudah menambah koneksi bersama dengan pelanggan.


Jalinan komunikasi yang terjalin antara aku dan pelanggan Lalamove, kesan pertama yang aku rasakan adalah mereka sangat ramah.

Keramahtamahan mereka mendorong aku untuk menghargai apa yang telah aku kerjakan.

Perihal menghargai diri sendiri, sejujurnya ini bukanlah perkara mudah bagiku.

Karena kecenderungan terbesarku adalah kurang menghargai diri sendiri. 

Aku rasa, kamu yang sedang baca tulisan ini juga, barangkali mengalami hal serupa. Bukankah, begitu?

Hal ini senada dengan pendapat para filsul, salah satunya adalah Friedrich Nietzsche.

Di mana, filsuf kontroversial yang pernah mengatakan Tuhan sudah Mati ini, mengatakan kecenderungan terbesar kita adalah menghindari rasa sakit dan hanya menerima hal-hal yang paling menyenangkan.

Padahal, siklus kehidupan itu sama persis seperti roda kendaraan. Pada fase tertentu, kita akan berada di bawah bahkan paling bawah.

Sebaliknya, dari keterpurukan itu, perlahan kita akan berada di bagian atas. Tetapi, kenyamanan itu akan diterpa dengan banyak persoalan.

Masih dalam fase Aku dan Lalamove. Berkaitan dengan hubungan timbal balik antara aku dan pelanggan Lalamove, secara tak langsung membantu aku untuk menerima keadaanku dengan jujur.

Kejujuran untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri adalah satu kekuatan yang nantinya membantu diriku untuk keluar dari persoalan hidupku.

Hubungan antara Aku dan pelanggan Lalamove juga mengajarkanku tentang betapa pentingnya menjaga tali silaturahmi dengan siapa pun.

Karena pintu kebaikan akan semakin mendekat melalui hubungan yang baik bersama orang lain.

Lalamove telah membantuku untuk mengenal para pelanggan.

Budaya keterhubungan ini juga mencerminkan gaya komunikasi Egualitarian.

Apa itu gaya komunikasi Equalitarian?

Berdasarkan ilmu pengetahuan yang aku pelajari di Universitas Siber Asia, gaya komunikasi Equalitarian ini berpusat pada kepemimpinan di lingkungan perusahaan.

Dalam konteks ini, aku melihat Lalamove bukan hanya menyediakan fitur-fitur canggih dalam transaksi jual - beli barang dalam industri ekonomi.

Tetapi lebih daripada itu, Lalamove menjembatinya hubungan baik antara kurir dan pelanggan.

Aspek penting di sini adalah adanya persamaan atau kesetaraan dalam berkomunikasi.

Pasalnya, meskipun tugas utama kurir adalah mengantar barang kepada pelanggan. Tetapi, di baliknya ada budaya saling menghargai.

Perbedaan profesi antara kurir dan pelanggan yang mayoritas adalah pemilik bisnis dan perusahaan-perusahaan ternama tidak menjadikan itu sebagai bahan pemisahan kasta atau kelas sosial.

Justru kurir dan pelanggan melebur menjadi satu kekuatan di industri pertumbuhan ekonomi digital bangsa Indonesia.

Sisi positif ini juga perlu digaribawahi oleh pihak pemerintahan dalam mendukung perusahan-perusahan startup.

Selain adanya keutamaan dalam menjaga kurir dari semua ancaman bahaya.

Poin ini juga sangat penting bagi pemilik Lalamove. Di mana jaminan keselamatan juga berbagai hal yang berhubungan dengan kurir.

Karena bagaimana pun juga, maju dan berkembang Lalamove tidak terpisahkan dari kontribusi para driver/kurir Lalamove di setiap sudut kota besar Indonesia.

Demikian coretan Aku dan Lalamove di part 2 ini. Untuk update bagian 3, silakan terus ikutin portal Tafenpah Group yang terdiri dari:

www.tafenpah.com

www.pahtimor.com

www.hitztafenpah.com

www.lelahnyahidup.com

www.sporttafenpah.com


Instagram penulis @suni_fredy























Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Aku dan Lalamove, Cerita Harian Kurir Part 2 "