Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Cinta Generasi Desa yang Penuh Emosional Era 80an hingga 2000an


Nostalgia generasi desa era 80an hingga 2000an yang sangat emosional | Tafenpah.com


Tafenpah.com - Cerita cinta di tengah kehangatan keluarga, masih tergambar di balik senyuman khas generasi 60-2000an.


Melodi perjalanan masa kecil setiap orang itu unik. Apalagi cerita kehidupan generasi desa yang jauh dari kata "GLAMOURITAS" atau sesuatu yang bergelimang kemewahan.

Meskipun kehidupan generasi Y yang kelahiran tahun 1981 - 1996 dan generasi X kelahiran 1965- 1980 sangat sederhana di kampung halaman tercinta.

Tapi, soal kebersamaan, kekerabatan, canda dan tawa, beserta rajutan kenangan masa kecil lainnya bersama keluarga, benar-benar kerasa banget.

Itulah kebahagiaan hakiki dari generasi Y atau milenial dan generasi X yang kian sirna. 

Gegara ambisi, individualisme, kapitalisme, hedonisme, dan berbagai aliran atau ideologi dewasa ini, yang terkadang mengasingkan generasi desa dari budaya di mana ia lahir dan dibesarkan.

Fakta ini diperkuat dengan kecenderungan masyarakat zaman modern ini yang selalu mencari waktu untuk berlibur di daerah-daerah terpencil, baik itu pedesaan, perbukitan, pegunungan, pesona pantai, dan lain sebagainya.

Karena suasana di desa atau tempat terpencil, selalu menyediakan banyak ruang nostalgia.

Sementara, ideologi-ideologi seperti gaya hidup (hedonisme, kapitalisme, dsb) membuat manusia semakin menjauh dari sesamanya.

Lebih tepatnya dalam bahasa Karl Marx diasosiasi atau disamakan dengan alienasi/pengasingan manusia dari sesamanya, alam ciptaannya, dirinya, maupun alam sekitarnya.

Bukannya saya dan kamu anti kapitalisme ya. Tapi, inilah kehidupan beserta tantangannya di setiap zaman.

Kita pun harus berproses menjadi manusia yang berdaya saing, intelektualis, dengan pandangan visioner, dan semangat integritas dalam berkarya di mana pun bidang yang kita geluti.

Boleh berdaya saing, tapi jangan menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan yang diinginkan sobat (Pandangan Filsafat Etika dan Moral).

Masih dalam ruang yang sama, terutama kajian filsafat juga mengatakan hal serupa, yakni tepatnya filsafat Liyan yang penulis dapatkan sewaktu masih menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang 2017 silam.

Di mana, filsafat Liyan atau yang dikenal dengan istilah 'diriku juga ada dalam sesama,' sebaliknya 'diri sesama, ada diriku juga.'

Jika pembaca kurang paham, lebih tepatnya istilah kami Atoin Meto (Orang Dawan/Etnis Dawan Timor Indonesia) menyebutnya "Au Ao ke, es Au Aouk Biakin Sin Ao Nem Sat," artinya "di dalam tubuhku, juga terdapat tubuh orang lain."

Lebih seksinya, logat atau dialek Ambon yakni "Ale Rasa Beta Ju Rasa," yang berarti "apa yang kamu rasakan, sama seperti yang saya rasakan."

Makanya, dalam pernikahan dikenal istilah 'Saling Melengkapi.' Asyik,,,,,,,,,,,,,

Setelah kita berkelana bersama pemikiran filsuf dan kritikus zaman dulu yang menurut sebagian orang sudah ketinggalan zaman (Disiplin Ilmu Humaniora).

Tapi, jangan salah kaprah dong. Karena ruang dan waktu memang berbeda, antara pemikiran zaman dulu dan sekarang, tapi kita memiliki substansi atau arti, makna, dan tujuan yang sama, yakni: ruang rasa.

Berada dalam bahtera ruang rasa, cerita seputar kehidupan generasi desa makin berwarna.

Warna-warni kehidupan generasi desa, menjadi sesuatu yang sangat berharga. Keberhargaan cerita masa kecil itulah yang mendorong Admin Tafenpah Group, khusuanya portal HitzTafenpah.com memberikan ruang ekspresi bagi penulis dan pembaca untuk berbagi cerita di sini.

Cerita kehidupan zaman dulu, selalu memiliki benang merah di masa sekarang dan nanti. Karena segala sesuatu yang kita lihat, dengar, cium, rasa, raba, dll semuanya tersimpan rapi di alam bawah sadar kita.

Mendokumentasikan cerita masa kecil selalu memberikan kelegaan dan kebahagiaan.

Meskipun berbicara tentang kebahagiaan, dalam etika Nicomachea Filsuf Plato dengan jelas mengatakan, "Tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan."

Jadi, jangan biarkan kebahagiaan masa kecil berlalu begitu saja. Tapi, mari kita mengukirnya secara bersama-sama di Tafenpah.com. karena esok dan lusa, kita akan merindukan cerita cinta tersebut.

Jika tulisan ini bermanfaat, silakan dibagikan kepada orang lain. Dan tinggalkan komentar, berupa saran, kritik, masukkan demi perbaikan konten Tafenpah Group ke depannya.

Instagram penulis @suni_fredy
Youtube : Tafenonpah Group

Disclaimer: Artikel ini sudah tayang di portal HitzTafenpah.com





Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Cerita Cinta Generasi Desa yang Penuh Emosional Era 80an hingga 2000an"