Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tahun Baru dan Semangat Transformasi Diri - Tafenpah

Penulis: Marselinus Johan | Editor: Fredy Suni

Transformasi diri | @Getty Images

Tafenpah.com -  
Momentum pergantian tahun sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari siklus hidup manusia. Setiap diakhir bulan Desember, umat manusia merayakan hal tersebut. Ada yang merayakan bersama keluarga, ada yang merayakan bersama sahabat dan masih banyak lagi. 


Namun momen pergantian tahun bukan saja sebuah perayaan rutinitas, tetapi juga sebuah perayaan kehidupan dimana manusia mengungkapkan makna keberadaannya dalam dunia dengan kemegahan perayaan tersebut.





Manusia sebagai subjek yang terus menjadi, bergerak mengekspresikan proses menjadi itu dalam momen perayaan tahun baru.


Manusia dan Pengalaman hidupnya

Manusia dan pengalaman hidupnya


Setahun berlalu, ada banyak pengalaman yang dialami oleh setiap manusia. Suka dan duka, pahit dan manis, singkat kata, manusia hidup dalam waktu dinamis. Waktu dinamis mau mengatakan bahwa dari detik ke detik, jam ke jam bahkan bulan ke bulan manusia selalu mengahadapi dinamika perubahan dalam hidup.


Inilah pergumulan fundamental manusia. Manusia terus mencari jawaban dari setiap dinamika yang dihadapi dan mentransformasi diri dalam dinamika tersebut.




Ada fenomena sosial yang menunjukkan bahwa manusia kerap tidak mampu menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup, manusia menjadi subjek terisolir, bergumul dengan ketidakberdayaan. 


Fenomena lain juga memperlihatkan bahwa manusia bisa menjadi serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus). Pengalaman ditindas oleh ketidakadilan, kekerasan, dan berbagai konflik sosial dari mereka yang lemah, kecil dan tak berdaya mengafirmasi gagasan manusia sebagai pemangsa sesama manusia. 


Di zaman yang serba berubah ini kiranya ada dua pertanyaan eksistensial bagi manusia yaitu; mau jadi apakah manusia?, Mau seperti apakah hidupnya? 


Manusia dan Teknologi

Manusia dan teknologi | @IndoTekno


Selain bergumul dengan tantangan untuk kehidupan sehari-hari, manusia juga bergumul dengan arus perubahan dan kemajuan teknologi. 



Antusiasme manusia sangat tinggi menyambut perubahan dan kemegahan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemakaian barang teknologi yang melonjak naik setiap saat, dan inovasi-inovasi baru barang teknologi yang sangat menggiurkan manusia. 


Dalam bersosial, kerap manusia berhadapan dengan satu dogma yang mengatakan "gagap teknologi atau kolot" dan masih banyak istilah lain yang mau mengatakan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan arus perubahan teknologi. 


Mereka yang kurang mampu dan tidak memiliki alat-alat teknologi seperti Hp Android, dan lain-lain dianggap sebagai subjek ketinggalan zaman.


Dalam konteks ini hemat penulis, manusia telah mengalami degradasi nilai kemanusiaan. Kemanusiaan diukur dengan ada dan tidaknya barang teknologi, mampu dan tidaknya mengoperasikan barang-barang tersebut. 


Meski ada begitu banyak sumbangan bermanfaat dari kemajuan teknologi dalam segala bidang kehidupan, masih menyisihkan suatu keadaan yang perlu dikritisi dan diperbaiki. 


Manusia bukan lagi sebagai subjek relasional. Subjek relasional memaksudkan pengungkapan diri antara satu sama lain dengan cara komunikasi dan relasi. Ada kecenderungan lebih suka berkomunikasi dengan teknologi dalam hal ini, hp android, tablet, dan lain-lain. 


Perlu disadari bahwa kemajuan teknologi telah menghilangkan apa yang disebut dengan privatisasi. Dalam teknologi tidak ada lagi ruang privat, semuanya dapat diakses dan ditonton oleh semua lapisan masyarakat dari yang paling kecil sampai yang paling tua.


Nilai kemanusiaan di era ini menjadi taruhan. Mampukah manusia mengubah cara berpikir dan berprilaku dengan bijak agar nilai kemanusiaan terus dijunjung tinggi dan dijaga. 


Untuk mencapai hal itu, maka  manusia harus semakin menjadi otentik dengan dirinya, dengan cara berpikir yang kritis dan bertindak yang bijak.


Manusia sebagai Subjek Menjadi


Bergumul dengan keseharian hidup, manusia sejatinya sedang berada dalam proses "menjadi". Proses menjadi merupakan suatu tindakan aktualisasi diri di tengah situasi hidup yang dihadapi.


Manusia tidak akan pernah berhenti melangkah, berjalan, manusia juga tidak menerima begitu saja hidupnya. Manusia terus berjalan, berproses dan menjadikan dirinya lebih baik, hidup lebih baik dan relasi sosial dengan sesama semakin harmonis. 


Tindakan "menjadi" menunjukkan karakter dasar manusia sebagai subjek transformatif. Manusia terus memperbaharui diri dan hidupnya. 

Momentum tahun baru adalah momen bagi manusia melihat ke belakang, melihat kembali hidupnya di masa lalu, dan menatap ke depan serta menentukan apa yang akan dibuat di hari ini. 


Masa lalu, masa kini dan masa depan saling kait mengait satu sama lain. Masa lalu adalah batu pijakan untuk masa depan dan masa kini adalah momentum menuju masa depan. Dalam konteks inilah manusia disebut sebagai subjek menjadi atau subjek yang terus mentransformasi diri.

Manusia sebagai Subjek Relasional 


Momentum tahun baru sejatinya juga menjadi momen rekonsiliasi relasi antara sesama dalam lingkungan sosial. Merekonsiliasi relasi dengan sesama juga menunjukkan karakter manusia sebagai subjek menjadi.


Manusia tidak akan mengenal dirinya jika ia hanya seorang diri atau terisolir dari lingkungan sosial.   Oleh sebab itu manusia selalu mencari sesama sebagai subjek relasional yang dengan cara itu manusia mengungkapkan diri dan mengaktualisasi diri.


Bahasa adalah medium yang digunakan dalam relasi dengan sesama. Bahasa sebagai medium komunikasi adalah bahasa yang bisa dipahami, diterima dan mampu menciptakan suasana kehangatan, keharmonisan dan kekeluargaan. 


Bukan bahasa kebencian, bahasa kekerasan dan sejenisnya yang merusak citra manusia sebagai (Homo Socious Est) manusia sebagai sahabat bagi sesama.


Sebagai manusia Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, agama dan ras, momentum tahun baru adalah momen yang tepat untuk menunjukkan karakter sebagai (Homo Socious Est). Artinya bahwa ditengah pergumulan sosial karena perbedaan suku, ras dan agama, kita menjadikan momen tahun baru sebagai awal yang baru; membuat relasi sosial dalam kemajemukan menjadi baru. 


Membuang semua cara pandang yang inklusif terhadap perbedaan dan kemajemukan dan membangun cara pandang baru terhadap kemajemukan sebagai berkat yang harus disyukuri. 


Hal itu menunjukkan bahwa meski kita berbeda kita adalah satu sebagai warga negara Indonesia dan saudara senasib dan sepenanggungan. Inilah yang disebut dengan "nurani kolektif" dalam bersosial di tengah kemajemukan bangsa kita. 


Nurani kolektif mau mengatakan bahwa kita sebagai orang Indonesia, pernah mengalami pengalaman yang sama yakni dijajah oleh bangsa penjajah dan berjuang bersama melawan penjajahan. Nurani kolektif inilah fondasi bangunan sosial yang melawan kekerasan, intoleransi dan  etnosentrisme dalam lingkungan sosial.


Semoga tahun baru 2023 menjadi tahun berkat untuk kita semua. Semoga di tahun yang baru ini, bangsa kita mampu bangkit dari segala konflik sosial dan persoalan ekonomi sehingga kita menjadi bangsa yang kuat tangguh dan disegani oleh bangsa lain.



Sebagai warga negara, mari kita terus meningkatkan semangat Bhineka Tunggal Ika; meretas tali permusuhan yang berasaskan agama, suku dan ras. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, menjujung tinggi nilai kemanusiaan dan berjuang bersama menuju Indonesia jaya.



Biodata Penulis: Marselinus Johan, S.Fil




Mantan Frater SVD Surya Wacana Malang
Mantan Jurnalis FloresEditorial
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Tahun Baru dan Semangat Transformasi Diri - Tafenpah"