Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Kerinduan Mengejar Perantau | Tafenpah

Penulis: Fredy Suni

Ketika kerinduan mengejar perantau |MauKuliah

Tafenpah.com - Merantau bukanlah pilihan tepat bagi siapa pun. Karena sejatinya, kita ingin menghabiskan jutaan hari bersama keluarga tercinta di kampung halaman.


Namun, apa lah daya, sebab tuntutan perekonomian semakin hari semakin mencekik batang leher.


Baca Juga : Teruntuk Mereka Yang Terlupkan


Untuk itu, kita memilih untuk pergi meninggalkan kampung halaman tercinta, terutama orang tua dan sanak keluarga.


Selain penyebab di atas, ada juga banyak penyebab lain bagi setiap orang untuk merantau, di antaranya: kegagalan dalam hidup berumah tangga, kesulitan dalam melanjutkan studi hingga Perguruan Tinggi, dan ingin merubah keterpurukan keluarga.

Pixels

Sayangnya, tak bisa dimungkiri, bahwasannya ada yang pergi untuk selamanya. Mungkin, bagi orang-orang ini, mereka pergi dalam keadaan terluka atau penolakan dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.


Akibatnya, rasa sakit hati tersebut membuat mereka tidak pulang lagi ke kampung, walaupun salah satu anggota keluarganya meninggal.


Lantas, apakah hidup mereka tenang? Tentu saja tidak! Tersebab, bagaimana pun juga, di salah satu sudut terkecil hati mereka, pastilah ada kerinduan untuk mengulang lagi kenangan masa kecil di kesunyian desa.


Kerinduan Perantau

Shutterstock

Kerinduan terbesar perantau itu terletak pada kesulitan di negeri asing.


Dalam keadaan tersebut, bayangan akan kedamaian di kampung halaman ikut mengejar perantau.


Saya pun sering mengalami persoalan hidup demikian.


Situasi ini hanya bisa dirasakan oleh perantau.


Lalu, dengan cara apa perantau bisa mengobati kerinduan mereka akan kampung halaman?


Sesuai pengalaman saya, cara yang paling tepat untuk meringankan beban kerinduan ini adalah menangis.


Di samping mendengarkan musik yang bernuansa daerah, sembari menelpon anggota keluarga.

Pixels

Sedih, tentu saja. Namun, mau bagaimana lagi, bila tabungan di dompet tidak mencukupi biaya transportasi.


Mau pinjam uang ke sesama perantau pun ada perasaan malu. Karena berbagai faktor yang melatarbelakanginya.


Sementara mau meminta bantuan dana di keluarga juga ada perasaan bersalah.


Akibatnya, air mata kesedihanlah yang menemari hari-hari tergelap perantau di negeri asing.


Namun, di samping situasi tersebut, tentu saja ada sejumlah manfaat bila kita menjadi perantau, di antaranya;


1. Dengan merantau, kita semakin dewasa dalam banyak hal.

2. Tanah rantau telah mengajarkan kita tentang pentingnya persahabatan.

3. Tanah rantau juga memberikan pelajaran-pelajaran baru yang tentu saja kita tidak pernah dapatkan di kampung halaman.

4. Berjumpa dan belajar banyak hal baru bersama sesama yang berbeda latar belakang dengan kita.

5. Belajar kemandirian.

6. Di tanah rantau, kita semakin paham bagaimana mengatasi permasalahan sendiri.

7. Pola pikir kita pun semakin berkembang.


Demikian sejumlah manfaat yang saya dan barangkali kamu rasakan selama di tanah rantau.


Akhirnya, terima kasih kepada tanah rantau, karena telah mendewasakan saya dalam banyak hal.



Jika tulisan ini bermanfaat, sobat bisa ikut membagikannya di sosial media yaaaaa.


Salam diaspora | Instagram @Literasi_Tafenpah | Halaman Facebook; Info Seputar Anak Desa




Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Ketika Kerinduan Mengejar Perantau | Tafenpah"