Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Tanggapan Mahasiswa Terkait Keberagaman Unsur Bahasa dan Budaya Indonesia?

Pixels

Hi sobat Tafenpah, apa kabarmu? Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, antropologi, psikologi, dan hiburan. Untuk itu, pasti ada unsur-unsur keberagaman bahasa, dialek dalam membangun komunikasi dengan orang lain. 


Berikut adalah ulasan sedikit mengenai masalah-masalah di atas, tulisan ini pun adalah naskah Ujian Akhir Semester saya, khususnya bahasa Indonesia Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta.


Ya, daripada naskah ini terbengkalai di file-fileku, mendingan saya simpan di sini sebagai bahan pembelajaran bagi siapa pun. 


Selamat membaca ya sobat Tafenpah.


Tanggapan saya dengan keberagaman unsur bahasa, budaya dalam kehidupan setiap hari adalah saling memperkaya wawasan setiap orang. Mengapa saya katakan demikian? Karena sebagai bangsa yang besar, kita tidak mungkin menutup diri dengan berbagai bahasa serapan atau aksen yang berasal dari setiap daerah.

Karena setiap daerah memiliki gaya khas dalam berbahasa. Namun, hal ini tidak mengindikasikan bahwasannya perbedaan itu tidak mencerminkan keindahan dalam melakukan sosialisasi dengan budaya lain. 

Justru perbedaan-perbedaan tersebut memberikan pola pikir atau kerangka berpikir bagi kita semua untuk mensyukuri setiap kekayaan budaya nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.


Meskipun setiap hari kita selalu menemukan berbagai bahasa serapan dalam kehidupan kerja, pendidikan, dan lingkungan apa pun itu tidak mengurangi esensi berbahasa kita yakni bahasa Indonesia.


Bahasa Idonesia sebagai landasan, arah dasar, patokan, pijakan, kompas bagi setiap orang untuk melakukan komunikasi lintas budaya dan profesi dalam kehidupan setiap hari.


Melalui bahasa Indonesia kita diingatkan oleh Sumpa Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang tercantum dalam semangat para pemuda dari pelosok tanah air yang telah menyatukan semangat untuk mengobarkan budaya Indonesia, dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai simbol pemersatu bangsa.


Sejauh ini, secara pribadi saya tidak keberatan dengan berbahasa bahasa serapan. Yang terpenting kita tahu memilah dan menempatkan kapan dan di mana kita harus menggunakan bahasa serapan tersebut.

Saya rasa ini yang bisa saya utarakan terkait pertanyaan di atas Pak Dosen.


2. Sebagai Penulis Konten sekaligus Humas Undira tentu saya akan merasa bangga ketika dalam berinteraksi sosial, ada yang meminta saya untuk mempromosikan Undira di hadapan mereka.

Untuk itu, berikut adalah naskah singkat seputar Undira.

Pixels

Universitas Dian Nusantara merupakan Universitas baru di DKI Jakarta. Meskipun saat ini terbilang baru menancapkan kaki di negeri ini, tetapi kualitas Dosen dan fasilitas pendukung tidak kalah dengan Universitas yang sudah lama berdiri.


Univeristas Dian Nusantara sebelumnya berpusat di Sumatera. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, terutama dengan pergantian kepemilikan yang saat ini dikelola oleh Yayasan Dian Asra berkembang dengan baik. Karena didukung oleh tenaga pendidik yang profesional dan berkompeten dalam bidangnya.


Selain Sumber Daya Manusia yang berkompeten, kekuatan finansial yang dimiliki oleh Yayasan Dian Asra juga mendukung fasilitas pembelajaran.


Universitas Dian Nusantara juga kerap mengadakan webinar, bincang kampun, ngaji online, hello campus, dan berbagai kegiatan pengembangan kreativitas mahasiswa di tengah masyarakat.


Universitas Dian Nusantara juga sering bekerja sama dengan berbagai media besar tanah air ini sebagai upaya untuk menyingkronkan teori dan praktek bagi mahasiswanya.


Saat ini Universitas Dian Nusantara memiliki 2 fakultas yakni Fakultas Bisnis dan Ilmu sosial dan Fakultas Teknik dan Informatika.


Bagi rekan-rekan SMA/SMA dan siapa pun yang sementara bekerja bisa memilih untuk melanjutkan pendidikan di Universiats Dian Nusantara. Karena jadwal pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan pilihan setiap orang.


Selain jadwal kuliah yang fleksibel, Undira juga menerapkan biaya yang murah, tetapi kualitas oke. 


Selain poin-poin yang saya sebutkan di atas, salah satu keunggulan dari Undira adalah mendidik dengan hati sesuai dengan semangat Rektor Undira Prof. Suharyadi. MS.


Saat ini Undira memiliki tiga cabang kampus yakni di kampus utama terletak di Tanjung Duren, Greenville, dan Cibubur.

Ketiga cabang kampus ini diharapkan oleh semua pihak, terutama pengelola Undira untuk mengakomodir kebutuhan orangtua dalam melanjutkan pendidikan anak-anak mereka.


Jadi, apa lagi yang kurang dari Undira? Yuk, investasikan waktu belajar kamu bersama Undira. Karena Undira merupakan kampus VIP. Apa itu VIP? VIP adalah singkatan dari Visioner, Integritas, dan Profesional.

3. Pentingnya Aktualisasi Keilmuan Sebagai Lulusan UNDIRA yang Berdaya Saing”

Pendahuluan.

Universitas Dian Nusantara mengusung semangat Visioner, Integritas, dan Profesional bagi kegiatan pengajaran dan pembelajaran menuju kebutuhan tenaga kerja 2030.


Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bonus demografi bangsa Indonesia akan tercipta pada tahun 2030. Sebagai lulusan Undira kita diharapkan sebagai pemberi solusi dengan ilmu dan pengalaman yang kita miliki.


Pengalaman selama di bangku perkuliahan telah mengajarkan kepada kita untuk berani mengambil peluang untuk mengembangkan kemampuan softskill dan hardskill di tengah keterbatasan. Karena tantangan dunia kerja semakin tahun semakin beragam sesuai dengan perkembangan IPTEK.


Kehadiran revolusi industri 4.0 menjadi pembelajaran bagi kita untuk terlibat di dalamnya, bukan sebaliknya kita melarikan diri dari perubahan tersebut. Karena ketika kita berani untuk berinovasi dan mengembangkan kreativitas yang kita miliki saat ini akan berdampak pada tahun-tahun yang akan datang.


Selain semangat mengembangkan diri dengan IPTEK, kita juga harus meningkatkan solidaritas dan kolaborasi lintas profesi dalam kehidupan kita. Tujuannya adalah untuk memudahkan kita dalam membangun relasi dengan pimpinan perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan yang ada di dalam masyarakt.



4. Peran akademisi dan mahasiswa dalam mensosialisasikan budaya dan etika berbahasa santun di setiap aspek kehidupan adalah menyadari betapa pentingnya menggunakan bahasa yang santun dan elegan dalam berkomunikasi.

Berkomunikasi merupakan seni untuk memberikan informasi sekaligus sebagai seni untuk menjelah dan mentrasfer ilmu pengetahun lintas kebudayaan.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita akan dijauhkan dari masalah-masalah dalam berinteraksi dengan orang lain.


Peran aktif saya sebagai mahasiswa adalah untuk mensosialisaikan etika berbahasa adalah melalui karya-karya saya di media massa. Mengapa saya memilih media massa? Karena melalui media massa saya rasa suara saya didengarkan, ketumbang saya memberikan ceramah kepada rekan-rekan sebagaya yang belum tentu sepaham dengan cara berpikirku.


Untuk itu, saya mendirikan blog www.tafenpah.com untuk mengembangkan budaya berbahasa yang elegan, santun, dan tidak menyinggung siapa pun dalam kehidupan bermasyarakat.


Karena saya tahu bahwa sebagai mahasiswa, saya pun harus menempatkan waktu dan ruang dalam berkomunikasi, terutama menjaga lisan berbicara, agar tidak menyakiti siapa pun yang saya temui.


Bahasa Indonesia yang baik tidak mengandung cacat logika apalagi menyerang pribadi seseorang sebagaimana yang dilakukan oleh segelintir publik figur di media sosial. Tentu saja, apa yang mereka lakukan jika kita menyadari atau tahu konsep komunikasi mereka di belakang layar adalah tidak lebih dari sekadar mencari sensasi untuk menaikkan popularitas mereka.

Sebagai mahasiswa yang sudah terlatih untuk menggunakan dan tahu menempatkan diri, sebaiknya kita jangan mencampuri urusan remeh temeh di dalam ruang publik. Karena masalah-masalah tersebutlah yang akan memberikan pengaruh negatif bagi keberlangsungan hidup kita dengan sesama.


5. Diaspora Merindukan Sosok Ayahnya

Ayah saya bernama Lazarus Suni. Ia berasal dari Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).


Profesi ayah saya adalah petani sekaligus penjahit. Namun, saat ini, ia sudah berhenti dari profesinya sebagai tulang jahit di salah satu Biara Katolik. Ia hanya fokus berkebun, beternak, dan menghabiskan waktu bersama ibu dan adik-adik saya yang berada di kampung halaman.


Ayah adalah sosok yang berjasa dalam kehidupanku. Ya, meskipun cara didikannya dulu sempat menyakiti diriku, tetapi saya sudah memaafkan apa yang dilakukan oleh ayah kepadaku. Karena saya sangat mencintainya.


Ayah saya adalah pria yang sangat sederhana. Pembawaannya yang bersahaja dan santun dalam berkomunikasi menjadi teladan atau role model bagi saya dan adik-adik saya. Keluarga kami tidaklah sempuran. Namun, dari kesederhanaan tersebut, saya belajar untuk mencintai keterbatasan, termasuk mengakui jati diri saya sebagai anak petani yang jauh dari kehidupan gemerlap dunia perkotaan.


Ayah saya saat ini sudah memasuki usia renta. Saya sangat merindukan sosok kehadirannya. Karena sejak saya memutuskan untuk kuliah di Malang sejak tahun 2014 sampai 2019 di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang, kami jarang bertemu.

kompas


Saya bertemu terakhir dengan beliau pada tahun 2018, ketika saya mendapatkan jadwal liburan di kampung halaman selama sebulan. Namun, rasa rindu akan kehadiran ayah, terutama di saat-saat saya terjatuh dan terjatuh dalam mencari arti dan tujuan hidup saya di kota metropilitan Jakarta saat ini.


Akan tetapi, ilusi saya itu tidak bisa direalisasikan. Karena saat ini saya dan ayah saya dipisahkan oleh ruang dan waktu, termasuk bermil-mil jauhnya samudera perairan ini.


Di kala saya rindu, saya hanya mengirimkan gelombang pesan melalui jaringan nirkabel dasar laut. Ayah, saya sadar perjuangan saya di tanah rantau saat ini memang tidak muda. Namun, saya selalu percaya bahwa di dalam doa ayah dan ibunda tercinta, nama saya selalu disebut.


Ayah dan ibu doakan saya agar apa yang saya cita-citakan saat ini bisa terealisasi di tanah perantauan yang serba sulit dan rumit untuk bisa dipahami ayah.


Ayah doakan saya selalu. Terima kasih ayah dan ibunda berserta adik-adik tercinta.


Sekian dan terima kasih 


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Bagaimana Tanggapan Mahasiswa Terkait Keberagaman Unsur Bahasa dan Budaya Indonesia?"