Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Monet Tah Tae'n, Matet Ka Tek Fa'sin

Penulis: Fredy Suni


Monet Tah Tae'n, Matet Ka Tek Fa'sin. Sumber gambar; Asrinesia

TAFENPAH.COM - Kearifan lokal nusantara bagaikan mutiara tersembunyi di dasar laut. Untuk mengumpulkan mutiara-mutiara tersebut, kita harus membutuhkan keberanian, selain kecintaan akan kebudayaan setempat.


Budaya merepresentasikan atau mewakili cara hidup kita dalam bertindak, berkomunikasi, membangun relasi, dan meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi era digital. Salah satu pedoman, pijakan, arah dalam menjalani kehidupan adalah kita bisa temukan dalam peribahasa dari mana kita berasal.


Indonesia sangat kaya akan peribahasa. Kekayaan-kekayaan peribahasa itu akan tetap ada, jika kita memiliki selera untuk menggali dan melestarikannya. 


Salah satu peribahasa suku Timor Dawan;” Monet Tah Tae’n, Matet Ka Tek Fasin" artinya apa yang kita milik saat ini harus dinikmatin. Karena ketika kita meninggal, kita tidak bisa membawa apa-apa.”


Peribahasa ini lebih tepat untuk diungkapkan, ketika kita berhadapan dengan orang kikir atau pelit. Umumnya di daerah saya pulau Timor, peribahasa semacam ini bagaikan anak panah yang menembusi jantung seseorang.


Siapa pun yang mendengar ucapan ini, ia pasti terlempar dari dirinya. Walaupun ada sebagian orang yang sudah kebal dengan peribahasa ini.


Sosialisasi

Sebagai makhluk sosial tentu kehadiran kita tidak pernah dipisahkan dari sesama. Mengingat kita adalah makhluk yang butuh bantuan dari sesama. 


Hari ini, seseorang berada di atas roda kehidupan. Sementara yang lain masih berada di bawah roda. Esok dan lusa, situasi akan berubah.


Yang menjadi permasalahan adalah ketika seseorang di atas roda, ia lupa untuk melihat ke bawah. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial. Dari sini muncullah klasifikasi/pengelompokan sosial berdasarkan kasta.


Jangan mengira di era digital ini kita sudah tidak mengenal sistem kasta lagi. Justru kesenjangan sosial saat ini semakin lebar. Gegara yang kaya tetap kaya. Yang miskin tetap miskin.


Yang kaya menderita karena kekayaannya. Sementara, yang miskin menderita karena kemiskinannya. 


Orang miskin yang sombong!

Ada orang yang kurang mampu juga yang sombongnya tak karuan. Jika kita menemui orang yang bertipe seperti ini di pulau Timor, hidupnya akan dipenuhi dengan sumpah serapah. Karena tingkah lakunya yang tidak mencerminkan sebagaimana ia berasal.


Inilah yang saya maksud dengan orang kaya menderita karena kekayaannya. Sementara, orang miskin menderita karena kemiskinannya.


Untuk itu, cara terbaik untuk meringankan beban kekayaan dan kemiskinan seseorang adalah harus ada kerja sama.


Model kerja sama yang seperti apa?

Berbagi

Salah satu model kerja sama adalah berbagi. Kita bisa berbagi apa saja. Sejauh bantuan kita mampu meringankan sesama.


Terkadang kita tersenyum saat berpapasan dengan rekan, sahabat, orangtua dan siapa pun yang berada di sekeliling kita. Namun, hati kita luka berkeping-keping. Bagaikan kepingan kota Hiroshima dan Nagazaki. Akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat tahun 1945. Untuk itu, kita saling membutuhkan.




Monet tah tae’n, matet ka tek fa'sin (apa yang kita miliki harus dinikmatin. Karena ketika kita meninggal kita pun tidak bisa membawa apa pun ke liang lahat).


Peribahasa ini menjadi role model bagi kehidupan sosial di suku Timor. Entah di Timor bagian Barat (Dawan, Soe hingga Kupang). Begitupun dengan Timor Leste yang mayoritas di beberapa distrik dihuni oleh suku Timor Dawan.


Orang yang selama hidupnya berkelimpahan harta benda. Namun, ia mati dalam cara yang sangat tersiksa. Karena tiada seorang pun yang enggan untuk melayat ke rumahnya. Gegara orang tersebut selama hidupnya sukar berbagi dan tidak menghargai orang-orang yang kurang beruntung di lingkungannya.


Hal ini berbanding terbalik dengan orang kaya yang selama hidupnya peduli dan empati dengan mereka yang berkekurangan. Ia akan meninggal dengan cara yang manusiawi. Karena namanya akan selalu dikenal oleh warga sekampung.


Inilah makna peribahasa Dawan dalam kehiduapn sosial. Monet tah tae’n matet ka tek fasin akan selalu relevan dalam setiap zaman.


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Hi salam kenal ya!!! Saya Frederikus Suni, biasanya disapa Fredy Suni adalah pendiri dari Tafenpah. Profesi: Kreator Digital | Saya adalah mahasiswa Droup Out/DO dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dan Universitas Dian Nusantara (Undira). Saat ini bekerja sebagai Kreator Konten Tafenpah Group | Saya pernah menjadi Wartawan/Jurnalis di Metasatu.com dan NTTPedia.id || Saya pernah menangani proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI || Saya pernah magang sebagai Copywriter untuk Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta. Saat ini fokus mengembangkan portal yang saya dirikan yakni: www.tafenpah.com || www.pahtimor.com || www.hitztafenpah.com || www.lelahnyahidup.com || www.sporttafenpah.com || Mari, kita saling berinvestasi, demi kebaikan bersama || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Monet Tah Tae'n, Matet Ka Tek Fa'sin"