Percakapan Rindu di Malam yang Sunyi
Percakapan rindu di malam yang sunyi. (Sumber gambar; Pexels.com) |
Oleh: Aldo Rosary dan Paulus Lunga
Aku menunggumu datang
Sebab sendiri malam ini
Adalah dingin tak bisa kunikmati
Butuh tubuh untuk hangatkan
Sebab malam terlalu dingin untuk sendiri
Karena sendiri tak bisa
Menghangatkan tubuh
Lantas apakah kutubutara yang dingin itu akan menjadi hangat jika kupeluk?
Jika datang jangan kau sajikan senyum, bekasnya tak sanggup meniadakan dingin
Kubutuh peluk tapi bukan tubuh
Tapi hati yang sempat rapuh
Percayalah sayang
Pelukan yang menghangatkan tubuh
Akan membuat hati menjadi bersinar
Aku butuh hadirmu di malam dingin tanpa ampun
Hadir bersama peluk hangat
Di saat dingin melanda, kau sperti
Titipan hujan bagi petani di musim kemarau
Kau membuat sadar bahwa akan ada rindu
Untuk matahari juga di musim dingin
Untuk itu malam ini kuminta
Kemari sebentar temani aku di kamar ini
Kita akan bercerita tentang rindu-rindu cinta
Jangan sampai gugur oleh jarak
Dan dinginnya perasaan
Singkatnya begini, ketika detik memutarmenit, jam memutar waktu, kita memutar kenangan
Kenangan tentang bagaimana
Hati ini terlalu dalam perihal mengingatmu
Sampai aku lupa kau juga punya
Ingat untuk kembali ke peluk
Yang membuatku syahdu
Sumber; Pexels.com |
Akkhhh detak jantungku bergetar lebih cepat
Kau hanya merayuku dan tidak datang
Jangan berlama di situ sambil membungkus sepi
Aku menunggumu di sini dalam keabadian waktu
Jangan remukan aku dengan sisa rindu ini yang belum usai
Bukan rayu sayang, tapi doa
Doa tidak meminta
Itu adalah kerinduan jiwa
Itu adalah pengakuan setiap hari
Atas kemelaratan seseorang
Lebih baik dalam doa memiliki hati
Tanpa kata-kata dari pada kata-kata tanpa hati!
Kau tahu?
Kadang-kadang ada satu orang
Yang hilang dan dunia terasa kosong
Buktikan itu! Aku butuh hadirmu
Jika lilin-lilin menjadi peneman di malam gelao nan dingin
Masihkah hatimu dingin membiarkanku tertelan oleh sunyi?
Risau dan takutnya pada waktu
Membuatku lemas
Lemas setelah bertahan menunggu hadirmu
Sumber; Pexels.com |
Kau tahu?
Jika rindu itu uang, mungkin diri sudah menjadi kaya
Rindu yang paling melemaskan adalah ketika kita masih dalam jangkauan
Jangkauan tidak terhalang jarak, tapi risau hatibersua
Setelah luka yang kau buat saya
Rindu akan pulang tapi hati masih ingin jeritan itu
Kembali terulang
Maaf!!!
Kini peranku usai
Puisiku selesai
Isinya perihal kita yang tak pernah sampai
Berulang-ulang kau membuatku rindu
Setelah malam pertama kau pergi
Setelah malam berlarut dengan sendiri
Kau meninggalkanku dengan semua tanpa arti
Ini perihal tanya yang tak berujung
Tentang kepergianmu tanpa kabar
Setelah kita berkutat dengan semangat di kamar itu
Kau pulang lalu membisikkan rindu tanpa tunai
Mungkin hatimu terlalu dalam perihal melepasku
Sampai kau lupa jika penat hati
Aku punya kaki untuk bisa sendiri
Tanpa sebab bukan alasan
Kupergi tanpa kabar
Tanyamu tak kujawab karena
Tamparan- tamparan akan kalimat
Membabi buta di ujung nafsu
Kau menelanjangi tubuh juga
Perasaanku, seolah-olah aku laki-laki
Yang hanya ingin menikmati
Lekuk tubuhmu tanpa tau arti tanggung jawab
Kau mengekspresikan diri seolah-olah merasa paling tersiksa
Padahal kau penyebab kenapa pisah
Sudahlah…Aku tak mau kita bertengkar
Aku hanya menunggu pulangmu malam ini
Izinkan dalam riak rindu ini kau memburu sepi
Jangan lupa cinta yang telanjang adalah ketidakpastian rindu
Sampai kapan kau berlari?
Atau harus menunggu pulangmu yang berlarut-larut
Ingat sebelum purnama malam ini usai
Aku berharap kau mengetuk hati ini
Untuk bangun menatap hari pada esok
Jangan menghilang sayang
Semua menunggumu
Ini belum usai
Setelah malam pergi dalam gelap
Dan purnama enggan bercerita lagi
Tidur sudah sayang
Peluk rinduku pada doamu
Jangan lupa kembali
Selimut ini tidak sehangat hatimu
Posting Komentar untuk "Percakapan Rindu di Malam yang Sunyi"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat