Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Caraku Menghabiskan 86.400 Detik Setiap Hari



Caraku menghabiskan 86.400 detik setiap hari. Tafenpah.com

Selain menulis, impian terbesarku adalah menjelajahi belahan dunia yang lain.


Kita hanya memiliki 86.400 detik dalam sehari. Rasanya cepat banget, jika saya menghabiskan waktu yang sesingkat itu dengan kegiatan yang tidak menambah nilai plus bagi masa depanku.


86.400 detik bukanlah kisah persahabatan dalam novel 5 CM karya Donny Dhirgantoro. Di mana novel itu menonjolkan arti persahabatan dari 5 orang sahabat yang mendaki gunung Semeru.


86.400 detik adalah kalkulasi dalam algoritmatik. Seirama kebahagiaan juga bisa dialgoritmatik. Artinya, kebahagiaan juga bisa diutak-atik, layaknya pertanyaan seputar waktu yang merupakan pertanyaan terbesar dalam sejarah Filsafat. Mulai dari Filsuf Yunani Kuno hingga mentereng di bawah filsuf Martin Heidegger.


86.400 detik adalah kisahku dalam berjibaku dengan rasa kemalasan, kejenuhan, kebosanan, ambisi, pesimis dan beragam masalah psikologis yang saya hadapi.


86.400 detik membawa saya pada satu pertanyaan yang sangat penting yakni; apa yang saya lakukan dalam sehari?


Jika saya memilah untuk menyebar gosip, amarah, kebencian, kerusuhan kepada orang yang berbeda denganku. Sama saja saya tidak menghargai Liyan.


Liyan adalah salah satu ilmu filsafat yang berbicara tentang cinta philia. Di mana apa yang saya miliki dan rasakan, itulah yang dialami oleh diriku yang lain.


Ah, makin runyam logikamu fred! 86.400 detik merupakan waktu yang terbaik bagi saya untuk menulis. Selain menulis saya gunakan untuk menjelajahi belahan dunia yang lain dengan membaca buku apa saja. 


Semakna dengan ajaran dari Celestine Patterson bahwasannya "gunakan waktu sebaik-baiknya. Kejar pengetahuan yang seluas-luasnya. Akan tiba waktu yang tepat di mana kita bertumbuh meniti karier sesuai impian."


Diri Konseptual

Sumber gambar; Pexels.com

Andaikata saya tidak bisa menghabiskan 86.400 detik, berarti saya sudah pergi jauh bersama Sang pencipta. Lagi-lagi kedengaran sangat ambigu dan absurd. Apakah ini berkaitan dengan diriku yang konseptual? Entahlah!


Hmm,, apa itu diri konseptual? Diri konseptual adalah salah satu bentuk manifestasi bagi jejak langkah kaki kita  untuk kehidupan yang akan datang. 


Kehidupan yang akan datang bukan berkaitan dengan konsep eskatologis dalam tradisi Kristiani ya. Melainkan ini berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan diri untuk selalu dingat oleh sejarah dan dunia.


Sepintas saya menerbangkan angan menuju ungkapan dari penulis favoritku yakni; Pramoedya Ananta Toer yang mengakatan; menulis adalah bentuk pekerjaan abadi.


Korelasi pikiran Pramoedya Ananta Toer bertautan erat dengan Antropolog asal Amerika sekaligus penulis buku best seller “ The Denial of Death” Ernest Becker.


Dari kedua tokoh ini saya mengerti arti 86.400 detik yakni dipakai untuk mengabadikan diri konseptual. Sebagaimana yang diajarkan oleh antropolog Amerika Serikat Ernest Becker.


Kira-kira apa yang saya lakukan dengan 86.400 detik?


Pertanyaan menarik dan sangat meresahkan diriku sobat. Senada yang saya sampaikan dari awal bahwasannya selain menulis, impian terbesarku adalah menjelajahi belahan dunia yang lain.


Bagi kamu penyuka imaji, kedengarannya sangat melankolis ya. Aih, suka membangun asumsi sendiri. Layaknya, asumsi mereka yang hidup di dunia gua.


Lagi-lagi saya mengaitkan dengan konsep diri dunia gua Plato. Eits, di sini saya tidak mengajarkan untuk menjadi penyembah suara demagogi yang suka berteriak di ruang publik tentang iman kepercayaan seseorang ya.


Karena bagi saya 86.400 detik itu sangat penting untuk berkontemplasi, meditasi, berefleksi, membaca, menulis dan sesekali menggesek mesin ATM untuk bepergian ke tanah orang yang menyimpan keindahan.


Akhirnya, ke mana suara hatimu bergerak, ikutilah. Karena 86.400 detik sangat penting untuk dinikmatin. Sembari menyebarkan kebaikan kepada semua orang melalui racikan artikel receh seperti yang saya ulik ini.



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Caraku Menghabiskan 86.400 Detik Setiap Hari"