Ibu
Ibu di tungku perapian. Ilustrasi gambar dari Wordpress.com |
Oleh: Markus Tiopan Manogari
Di tungku perapian
Kau memasak harapan
Menunggunya matang di kebisuan
Berselimut senyum ketulusan.
"Sebentar lagi nasinya matang nak."
katamu sembari membelai rambutku yang acak.
Apakah malam akan memberi harapan
Bila badai terus tertawa pada kepiluan
Bersama musik nyanyian jalanan.
TUHAN.... dimana rasa keadilan kala wanita tua ini memasak harapan
Merebusnya dengan tangisan.
"Apa ibu menangis..?"
Aku menyapa sembari tanya mengikis
Namun senyum segera kau lukis di bawah atap jembatan bengis.
"Ibu jangan bersedih hati kelak aku akan melawan dunia ini
Membakarnya dengan restu nadi."
Kataku sembari memelukmu di depan tungku api
Menanti matangnya harapan diri
Meski kita tak tahu kapan dapat menikmati.
Posting Komentar untuk "Ibu"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat