Salahkah TAFENPAH Membahas Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi Kupang Ketika Memasuki Dunia Kerja? Toh, Pemerintah Daerah Fokus Kegiatan Seremonial Acara, Tebar Pesona dan Melupakan Rekonstruksi Pendidikan NTT

Penulis : Frederikus Suni 

Pemerintah Daerah Fokus Kegiatan Seremonial Acara, Tebar Pesona dan Melupakan Rekonstruksi Pendidikan NTT. Foto: Disway/TAFENPAH.COM


TAFENPAH.COM - Setiap kali saya dan kamu membuka beranda media sosial seperti; Instagram, X (Twitter), YouTube, Facebook, dan aplikasi perpesanan lainnya, mata kita selalu berpapasan dengan acara seremonial pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yang sibuk mengadakan event bertaraf nasional hingga internasional. Selain, pemerintah provinsi NTT juga terlena dengan berbagai ritme politik yang terus menggerogotinya dari balik layar.

Jauh dari panggung glamor yang berkesan ingin menunjukkan bahwasanya ini loh kami dari Pemda NTT bisa adakan kegiatan besar dalam skala internasional.

Tapi, apakah masyarakat mempertanyakan seberapa efektifnya pengelolaan anggaran belanja Pemda NTT termasuk di setiap kabupaten?

Tentu saja, banyak pertanyaan masyarakat terkait alokasi dana tersebut. Sayangnya, pertanyaan - pertanyaan besar tersebut, seolah hilang, sirna dari ingatan masyarakat.

Karena ada sistem di lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten yang tidak memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi tersebut.

Belakangan ini, kabupaten Timor Tengah Utara di bawah kepemimpinan Bupati Yosep Falentinus Delasalle Kebo, S.IP., M.A dan Wakil Bupati Kamillus Elu, S.H baru saja mengupayakan adanya transparansi atau keterbukaan anggaran serta informasi publik.




TAFENPAH sangat mengapresiasi kinerja dari Bupati dan Wakil Bupati Timor Tengah Utara tersebut.

Karena mereka bekerja dengan pendekatan humanis, reflektif, adaptif dan transparansi.

Apresiasi TAFENPAH juga ditujukan kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo dan Serena Cosgrova Francis, S.Sos., M.Sc yang tak henti-hentinya mengupayakan adanya transparansi anggaran serta meningkatkan pelayanan publik.

Sementara, gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, S.Si., Apt., di era kepemimpinannya juga terus berupaya untuk membenahi sistem tata kelola anggaran Pemprov dan lainnya.

Memang, untuk mengelola provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari berbagai gugusan pulau tidaklah mudah!

Untuk itu, gubernur NTT dalam setiap kondisi selalu mengajak bawahannya supaya meningkatkan transparansi anggaran, informasi publik dll.

Kendati pun demikian, usaha apa pun dari para pejabat di lingkungan Pemprov, Kota dan Kabupaten selalu terkendala dengan berbagai persoalan.

Sehingga di sini, seluruh masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur berhak untuk memantau jalannya roda kepemimpinan para pemimpin daerah sesuai kapasitas masing-masing.

Tujuan dari aktivitas atau kegiatan tersebut, bukan berarti kita tidak menaruh kepercayaan terhadap para pemimpin daerah. Namun, sebagai warga yang baik, kita pun wajib terlibat dalam berbagai pengelolaan anggaran belanja daerah.

Apakah metode branding diri sekaligus jualan pariwisata dan budaya provinsi Nusa Tenggara Timur salah?




Tidak! Karena seluruh wilayah (kota dan kabupaten) yang berada di NTT perlu kita promosikan bersama, agar masyarakat di luar NTT hingga mancanegara tahu tentang surga turistiknya tanah kelahiran kita.

Namun, jauh daripada kesibukan sekaligus hal yang menurut hemat saya tidak perlu Pemprov NTT lakukan, sebab media lokal, media nasional, internasional hingga setiap orang yang hidup di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi abad ke-21 dengan leluasa ikut memperkenalkan keindahan alam dan budaya NTT melalui media sosialnya.

Yang perlu pemerintah provinsi, kota dan kabupaten berdayakan adalah sumber daya manusianya.

Mengapa pembangunan sumber daya manusia NTT sangat penting?

Berdasarkan riset sederhana yang TAFENPAH adakan selama beberapa tahun terakhir ini, setidaknya melalui rekonstruksi pendidikan masif di berbagai lembaga pendidikan sejak usia dini.

Karena berkaca dari sejarah peradaban dunia, negara-negara di Eropa banyak yang minim sumber daya alam.

Akan tetapi, karena pemerintahnya fokus mengembangkan sumber daya manusia, hasilnya masyarakatnya hidup dalam serba berkecukupan.

Artinya; keindahan alam dan kekayaan sumber daya alam melimpah di sebuah wilayah, sama sekali tidak akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Bila sumber daya manusia tidak diperhatikan.

Untuk itu, dalam konteks kehidupan masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur yang kaya akan keindahan alam dan budayanya, juga tidak memberikan peningkatan ekonomi terhadap kehidupan masyarakat.

Karena sistem pendidikan di wilayah NTT belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan.

Data tersebut juga pernah disampaikan oleh gubernur NTT melalui siaran pers di YouTube Biro Administrasi Pimpinan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan September lalu.

Bahkan media nasional Kompas juga turut menyoroti persoalan literasi di NTT dengan judul 'Darurat Literasi di NTT, Ada Mahasiswa Tak Cakap Membaca.'



Korupsi di NTT Menjadi Salah Satu Faktor Keterbelakangan Sumber Daya Manusia 

Berdasarkan temuan terbaru dari Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2024, provinsi Nusa Tenggara Timur urutan ketiga nasional dalam urusan penggelapan atau pencurian uang negara.

Kajian tersebut TAFENPAH pernah menuliskan dengan judul "Baomong Korupsi, Katong NTT Peringkat ketiga Indonesia berdasarkan Data ICW 2024."

Terlepas dari korupsi yang masih merajalela di lingkungan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur, mari sejenak kita mengalihkan perhatian kita kepada isu penting lainnya yang menurut hemat TAFENPAH sangat penting untuk kita bedah atau bahas bersama.

Salah satu isu krusial yang kini hangat dibicarakan di kalangan masyarakat, terutama mahasiswa maupun alumni dari berbagai universitas di NTT adalah tulisan TAFENPAH di akhir bulan Oktober 2025 yang berjudul 'Mengapa Mahasiswa Lulusan Kupang Minder Ketika Memasuki Dunia Kerja? Refleksi dan Kritik Ernesto Aldo.'

Refleksi, Kritik Pendidikan dari Ernesto Aldo dan TAFENPAH Memantik Diskusi Publik di Tiktok

Tulisan TAFENPAH yang berjudul 'Mengapa Mahasiswa Lulusan Kupang Minder Ketika Memasuki Dunia Kerja? Refleksi dan Kritik Ernesto Aldo,' hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat NTT.

Perlu TAFENPAH garisbawahi, bahwasannya tulisan tersebut tidak bermaksud untuk menyudutkan, apalagi menciderai sistem pendidikan di wilayah NTT, khususnya lembaga Perguruan Tinggi.

Namun, tulisan TAFENPAH bermaksud sebagai Kritik sosial terhadap para pemimpin di NTT serta media-media lokal yang dalam kesehariannya hanya fokus pada pemberitaan seremonial pejabat publik, isu perselingkuhan, politik, kekerasan, tapi mereka melupakan persoalan pentingnya isu pendidikan generasi muda NTT.

Pada kesempatan ini, TAFENPAH dengan kesadaran penuh serta empati sosial menyampaikan permohonan maaf kepada para mahasiswa dan alumni lulusan dari berbagai Perguruan Tinggi di NTT yang mungkin saja sakit hati dengan tulisan tersebut.

Akan tetapi, percayalah tulisan TAFENPAH tersebut sebagai mediasi atau wadah di mana kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, khususnya di perbatasan Indonesia dan Timor Leste sesering mungkin membahas atau mengangkat isu-isu pendidikan di tanah kelahiran kita, guna mencari jalan terbaik melalui curahan isi hati netizen di platform Tiktok.

Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli pada isu pendidikan di tanah keseharian kita?

Kan ada Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan! Memang ia. Tetapi tanpa kita sadari, para pemangku di dunia pendidikan menutup mata dengan kondisi lulusan mahasiswanya ketika berada di dunia kerja yang persaingannya jauh lebih berat dan sadis.

Berdasarkan penelusuran dan juga riset TAFENPAH, minimnya bahkan jarang media-media lokal serta pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk para pemimpin di setiap kota dan kabupaten yang mengangkat kondisi psikologis generasi muda NTT di dunia kerja.

Kita patut bersyukur kepada kakak Ernesto Aldo Yunior Maia yang telah menuliskan keresahannya di media sosialnya terkait kondisi di mana lulusan NTT kerap kali minder atau dihantui dengan mereka yang lulusan dari universitas di pulau Jawa.

Karena dengan perspektif tersebut, kita pun sadar untuk berbenah, evaluasi, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak di bangku pendidikan.

Artinya; selama kita menempuh studi di lembaga pendidikan formal, kita jangan hanya fokus pada ilmu yang kita dapatkan dari berbagai mata kuliah.

Lebih dari itu, kita membekali diri dengan berbagai kemampuan soft skill yang nantinya bermanfaat ketika kita sudah berada di dunia nyata (dunia kerja).

Rangkuman Komentar, Kritik, Sanggahan serta Saran Netizen Tiktok terkait Konten TAFENPAH yang berjudul Mengapa Mahasiswa Lulusan Kupang Minder Ketika Memasuki Dunia Kerja? Refleksi dan Kritik Ernesto Aldo 

Komentar terpopuler di tiktok TAFENPAH

Ilustrasi komentar pengguna media sosial Tiktok TAFENPAH. Gambar; Freepik/TAFENPAH.COM


Sebagai informasi tambahan, berdasarkan analisa dasboard tiktok @tafenpah.com konten tersebut hingga saat ini sudah ditonton sebanyak 95,5 ribuan dengan perincian:

Komentar sebanyak 238 
Share/bagikan konten sebanyak 157 pemilik akun Tiktok.

Tanpa mengurangi rasa hormat, berikut TAFENPAH rangkum Perspektif (komentar, kritik, serta sanggahan dari netizen di platform Tiktok @tafenpah.com sebagai berikut;


@fan kezzzz:makannya itu pendidikan di ntt apalagi di universitas universitas NTT harus berbenah supaya kualitas nya bagus dan bisa bersaing dengan universitas di Jawa.

@Hugo♒:tidak semua begitu tapi rata-rata stigma masyarakat bahwa lulusan dari Jawa punya kualitas yang baik, padahal kenyataan yang Saya alami sendiri ketika membandingkan lulusan dari jawa dan dalam daerah, justru tidak kalah bersaing dalam hal soft skill dan keahlian di bidang masing-masing, karena kebanyakan anak-anak yang kuliah di Jawa tidak di dasarkan keinginan untuk berkembang dengan belajar dari daerah lain, tetapi karena gengsi, mungkin yang di maksud dari penulis berdasarkan pengalaman pribadinya beberapa tempat kerja lebih banyak menaruh ekspetasi ke lulusan luar daerah dibanding dalam Daerah

@Hugo♒:saya rasa setiap orang punya argumentasi nya, mungkin dengan hal ini bisa membuka mata kita semua soal kualitas pendidikan di daerah dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stigma ini muncul

@Hugo♒:tapi benar skali kaka,hal ini memang harus jadi perhatian kita semua khususnya pemerintah, dan menurut saya apa yang di sampaikan @ernesto.aldo juga tidak salah, karena saya rasa itu di dasarkan pada pengalamannya secara pribadi

Respon TAFENPAH 

@Tafenpah:Ya Kaka. Persoalan ini semacam 'Tabu , haram,' untuk kita bicarakan di Katong pung daerah. Padahal ini loh fakta yang sedang kita hadapi. Pemerintah justru Lebih condong pada simulasi acara, dll tanpa melihat sisi psikologis dari masyarakat, terutama generasi muda yang berada di lingkungan sekolah, kampus dll.

@Hugo♒:yapp benar fakta yang harus semua orang sadari bahwa kualitas anak daerah yang menempuh pendidikan di daerah dan luar daerah sama' berkualitas, intinya fokus dan hati kita adalah untuk membanggakan Nusa Tenggara Timur khusus nya daerah kita masing-masing

@Hugo♒:sama' semoga dengan tulisan di atas bisa membuka mata bagi kita semua tentang kualitas anak daerah tidak kalah bandingkan dari daerah " di tempat lain

@Robin Gun:kalau menurut saya, tulisan ini sebagai pengingat saja, buat teman2 yang masih kuliah ataupun masih sekolah, cukup jadi renungan saja, utk sllu bertanya PD sendiri, apakah pengetahuan saya saat in sudah cukup blm, utk masuk didunia kerja, minder ini adanya karena minesnya pengetahuan kita juga, makanya tulisan ini sebagai pengingat saja, agar minder ini bisa kita lawan dngan terus memperbanyak atau memperluas wawasan kita.

@Tafenpah:Terima kasih untuk masukannya yang sangat memperkaya tulisan ini🙏

@Robin Gun:sama2 abang, saya si bersyukur ada yg speak up terkait ini, karena ada ada pengalaman saya sendiri juga dlm tulisan ini, yg meskipun saya hanya baca judulnya saja...wkwkwk..

@OCTAVIAN:maaf kk, bukan semuanya mau kuliah di daratan Jawa yng hanya karena gengsi. Tapi kita juga ingin kuliah di daratan Jawa ini, itu karena lapangan pekerjaan nya luas. sehingga kita ambil kelas karyawan biar smbil cari" pengalaman kerja juga🙏😇

@Hugo♒:tidak semua kak, rata" seperti itu hal ini di dasarkan pengalaman saya pribadi, tapi saya lihat semakin banyak orang yang sadar bahwa mau dimana pun tempat mereka menempuh pendidikan, yang paling penting apa yang bisa di pelajari dan semakin membuka wawasan

@katuk flores:bukan minder mau kerja kk tapi kami tidak punya orang dalam...

@Chruz Bero:Turun lapangan buat survei duluu baru buat tulisannn
coba cek di kantor2 disekolah khusus flores kebanyakan alumni dari kupanggg

Balasan komentar;

@Bry:setujuh bnget kk....bliau bicra mental kolonialisme bukan kah itu jaman dulu...bliau tdk tau klo bnyak jg lulusan dri univ-di NTT yg kerja di instansi pemerintah yg top...bahkan di luar negri...harusnya survei dlu...secra tdk langsung "penulis"mendiskriminisasi org sendri....😂😂miris

@Chruz Bero:asliii ee kk dia punya judul berita seolah2 dia sudah jalan dari ujung ke ujung utk surveii🤣🤣jan sampe hanya survei dikampung sendirii sajaa

@Roni Lumpang:sepakat dan harus berdasarkan data survei lapangan. sebab klo itu tidak ada, maka opini atau tulisan ini lahir dari sebuah pemikiran yang dangkal dan keliru.

@Fly🚀:Sepakat,saya alumni kupang menganggap Alumni di luar daerah ntt atau alumni jawa B aja...Karena saya masih bisa menyaingi mereka

@Ryko santomi:tapi banyak juga yang nganggur dan itu fakta

@Chruz Bero:menganggur ituu tergantung orangggnyaaa, kalau memang malas cari kerja ya pantas nganggu
kerja tu bukan datang dengan sendirinya menghapiri kitaaaa

@BR.GanS:nah BENAR nih,, alangkah baiknya melakukan penelitian dlu baru membuat topik

@Chruz Bero:terlaluu fulgarr ni judul berita kk🤣

@rositalewar:ada yg berani bilang begitu ke mahasiswa yg lulusan Politekes kemenkes kupang?? sa yakin Skill anak anak Poltekkes Kemenkes Kupang siap diadu...

@user3853547727972 sepri:Sebenarnya anak anak lulusan NTT itu hebatnya di. Hard Skill, karena secara ketrampilan teknis itu sangat luarbiasa ketika berada dilapangan.
yang perlu dikembangkan itu,Soft Skill.
1. Basa Asing
2. Leadership
3. Tanggung jawab
4. Dll....

@agungjr46:Lebih tepatnya tida ada org dalam saja Kaka dan tidak mau honor dngan gaji kecil saja kaka

@InaFhebry:lulusan terbaik skli pun kalau snd ada org dalam sama saja🤭

@Ancyk Batara:saya Alumni ARSITEK UNWIRA KUPANG, sy tdk minder, saya percaya diri penuh.

@Ancyk Batara:anggap masa bodoh saja,, prinsipnya apa yang kita tau belum tentu mereka tau, sebaliknya pun begitu

@Naomi_🩷:betul kenapa rata2 yg kuliah di Kupang kebanyakan jadi guru Krn banyak dibutuhkan. apalagi kalau salah ambil jurusan, pengalaman dulu saya kuliah di Jawa ambil fakultas ekonomi malah keluarga ragu Krn habis wisuda pulang Kupang pasti susah cari krj, puji Tuhan saya tetap kerj di Jawa sampai sekarang dgn skill yg saya punya. dan sebaliknya kalau serjana dari Kupang krj di Jawa bisa 1000 berbanding 10 yg keterima kerj. 🙏🙏
Krn di sini diutamakan yg punya pengalaman kerja.

@Marchellina:hi kak.sy lulusan Eko. Manajemen Unwira. tepat setelah wisuda langsung dapat kerja dg org luar NTT. menurut sy sama saja kak tergantung individunya. banyak teman kerja sy yg bkan org NTT plus lulusan dari beberapa kampus di pulau Jawa ttpi begitulah masih banyak yg kalah jauh di bawah kita yg NTT tulen dan lulusan dari kampus di NTT. salam hormat🙏

@Tafenpah:hi Kaka, terima kasih untuk sharingnya ya. Memang perihal ini tergantung pada pribadi masing-masing. Tujuan kami menaikan tulisan ini sebagai refleksi sekaligus memancing diskusi publik. Tujuannya agar kita mendapatkan banyak informasi yang berharga. Selain, kita saling belajar bersama.

@Ebrin Tanis:Mungkin ini salah satu faktornya, akan tetapi tidak bisa di pungkiri juga bahwa ini akibat dari kesenjangan teknologi, lalu realitas pasar kerja yang memang memprioritaskan universitas tertentu juga menjadi beberapa dari sekian banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang minder. Sebenarnya latar belakang kenapa orang minder itu bersifat kompleks,tiap orangkan unik atau punya kekhasan sendiri, tdk bisa merepresentasikan karakter orang lain dengan 1 pengalaman saja.


@Ebrin Tanis:Tapi postingan ini secara tidak langsung menjadi pemantik diskusi, bahwa ini juga isu sentral yang perlu didiskusikan. Niat tafenpah melalu refleksi kaka ernesto aldo juga baik kok, Mereka berusaha mengidentifikasi akar masalah mental (yaitu mental kolonialisme) yang menghambat kepercayaan diri lulusan NTT. Keren kaka ernesto dan tafenpah 🥰

@TempatPelampiasan:sapa bilang ? mahasiswa NTT hebat2 kok cuman malas bersaing aja. kalo sudah rasa nyaman yah gitu aja trus. ini soal keluar dari zona nyaman bukan minder🤭

@Ika Bouk 🍋‍🟩:ada data validnya? atau kakanya ada penelitiannya kalo ada silakan dipaparkan ,biar bukan asal angkat berita saja 😂

@👾:sebenarnya kualitas pendidikan sm aja ,, cuma tergantung dari kita pribadi aja ,,hrs punya keberanian dan punya Sklill ,,,
ingt klo mau saing SM orang luar jgan berhenti cari tau ,, belajar dan trs bljr 😁

@Wangchoyy::memang tdk semua.. tapi fakta dilapangan memberikan bukti mayoritas para sarjana kita, setelah keluar dari lingkupan kampuss Bingung mau ngapain!!!!......ini menjadi masalah serius saya Rasa.... Mahasiswa/i kiranya harus berbenah dng isyu ini..... Maximalllkan peluang, siapkan sebaik Mungkin diri kalian untuk menjawab tantangan Dunia kerja....ini Berlaku untuk semua, bukn saja yg eks Kupang, dati kota mana dan kmpus mana pun itu...

@Tafenpah:Terima kasih untuk informasinya yang sangat berharga kakak. Memang isu ini menjadi pr bersama kita dalam menggali apa yang ada dalam diri kita, lalu kita aplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

@Alyy:yg sebenarnya gengsi dalam dunia kerja ni lulusan kampus dlm NTT/Luar NTT. sesuai fakta yg kita ketahui di kantor² swasta soal ketrampilan kerja dlm kantor maupun di lapangan yg lbih efektif dan terampil itu lulusan NTT. soal presentasi jlh krja juga lbih bnyak di NTT dibandingkan di luar.

@anho:pandangan salah
yang lulus dari beberapa universitas di Kupang justru banyak yg menjadi org hebat
yang lulus dari Jawa bahkan pulang TDK bisa berbuat apa-apa di dunia kerja bahkan dgn masyarakat kampung sndiri mereka angkuh karena pulang kuliah di Jawa.
kita biar di Kupang karna pikir kuliah jauh nnti hidup di kota besar akan bawa dampak buruk misalnya bnyak yg kuliah di Jawa terjadi kasus disana bukan kuliah tapi malah berfoya foya karna gengsi🙏
miris kalau bilang kuliah di Kupang banyak nganggur itu bukan masalah dari lulusan mana tetapi ada dan tidak Besik bahkan akan ditanya siapa org dalamnya🙏

@EB:saya lulusan UNWIRA Kupang dan saya sangat percaya diri saat masuk dunia kerja.

@PUKU PAKA PEKO:Yah, itu faktanya. Tapi opini dari orang ini yang dipublikasikan oleh media ini seperti sedang mengkerdilkan lulusan di NTT dan berupaya menonjolkan lulusan Jawa seperti yg punya opini ini!! Ini opini lucu2 yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, karena pembanding yang tidak relevan!!!

@Tafenpah:hello Kaka, kami bukannya mengerdilkan lulusan dari Kupang ya. Tergantung refleksi dan penalaran Kaka. Orientasi kami hanya ini ikut berkontribusi terhadap pembangunan opini publik, terlebih ikut menyadarkan kesadaran masyarakat di NTT, terlebih para pemangku kepentingan agar lebih serius menaruh perhatian pada aspek pendidikan karakter, hard skill, soft skill, jejaringan pertemanan dll.
Kakak baca tulisan ini di TAFENPAH.COM biar bisa ikutin alurnya ya.
Jangan baca sepotong-sepotong ya Kaka. Terima kasih

@I C H A 1 7:Beta sonde minder ni krmna su ?

@randommark:sekarang persaingan di Dunia kerja semakin ketat maka itu ingat sebelum masuk dunia kerja maka pelajari satu Besic yang benar-benar dibutuhkan didunia kerja dengan baik sehingga saat masuk dunia kerja memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan skil kita tanpa merasa minder, Dan memang ada banyak stikma juga orang luar kebanyakan dianggap pintar dan bisa, tetapi mereka juga pasti melakukan banyak hal untuk sampai dipandang bisa dalam dunia kerja..

@Robin Gun:@Robin Gun:kalau tulisan ini atas pengalaman sendiri, saya juga yang meskipun lulusan SMK, merasakan minder seketika kerja diluar daerah, minder yang pertama itu, contohnya saya dijakarta pertama kali itu soal komunikasi blm lagi soal teknologi yah.. sperti operasi komputer... disitu saya yang lulusan SMK NTT sangatlah lemah sekali, secara teori kita kuasain, namun ktika kita terapkan itu didunia kerja yang alat kerjanya basicnya menggunakan komputer semua, dstu awal2 saya rasa minder, satu keunggulan kita org NTT, yang saya rasakan adalah attitude dan loyalitas dlm bekerja, soal minder yg tadi, lambat laun kita juga akhirnya pun bisa. itu pengalaman saya si..

@Tafenpah:Ya salah satu kelebihan Katong adalah semangat kerja, loyalitas dan attitudenya bagus. Itulah nilai plus di mata pengusaha

@Robin Gun:bener skli, pengalaman saya sndiri, dulu boss perusahaan bilang saya SDH tidak butuh orang yang pintar2 banget dlm artian secara pengetahuannya, tapi saya bth org yg punya attitude yang bagus, soal pengetahuan atau performa kerja itu bisa dipelajari seiring berjalannya waktu, namun itu attitude itu sudh mendasar, BKN waktu yg bisa merubah namun kesadaran diri.

@FEBRI:"minder karena persoalan mental kolonialisme"

@infus vitamin jakarta:sempat lamar kerja di kupang hanya kurang orang dalam jadi balak lagi ke Jawa😄😄

@jenamjenam:lowongan kerja yang terbata dan pada realitanya setiap tahun seluruh kampus di NTT mewisudahkan ribuan mahasiswa. bayangkan ribuan pertahun hanya khusus kampus di NTT, belum lagi kampus yg di luar NTT yg mewisudahkan mahasiswa yg berasal dari NTT..
Dimana meereka mau kerja.? akhirnya ada yg memutuskan untuk jadi kuli dll. karna masalah ekonomi.
yg cepat mendaptkan pekerjaan bagi mereka yg mempunyai keluarga didalam...kalau yg tidak di kenal berarti surat lamarannya di terima tapi di selipkan bagian bawah.dan tunggu sampai ayam tumbuh gigi baru diterima jadi tenaga kerja.

@Silet2:wisuda ribuan setiap tahun,, lapangan kerja hampir tidak ada,,Pemda NTT harus mulai berpikir keras😳

@Fakta_Unik:teman saya yg kuliah di ntt tolong jgn terlalu fokus di organisasi. fokus asa skil juga.
karena rata2 yang datang ke bali banyak yang minder lamar di posisi yg sesuai jurusannya. padahal secara teori mereka bagus, tapi kalah di praktek.

@Tafenpah:Terima kasih untuk Perspektifnya kakak. Memang soft skill sangat penting di dunia kerja. Kebiasaan Katong dari sana hanya fokus di hal-hal yang berbau politik, tapi melupakan hal yang dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.

@Hendrapahehu10:hard skill soft skill ketrampilan khusus

@Jhosen:tdk juga jangan dipukul rata sy lulusan dr kupang

@walincarles:kalo saya sih mereka tidak mender anak nty sngat hebat. lulusan Jawa juga pasti minder juga.

@@Alfyannayn Flores:bukan minder, tergantung siapa ada didalamnya,,, LBH baik berusaha sendiri, berani keluar dari daerah sendiri, dan kerjakan apa saja yg penting halal

@Tirsaaa:Tidak ada orang dalam tidak dapat kerja Kaka

@Emilya🥀:heheheh betul ini kaka. kita yang lulusan dari Jawa juga mikir ini, meskipun lulusan dari Jawa ketika kita mau mencari kerja jika tidak ada orang dalamnya nihil🤣ya mau bagaimana lagi itulah Indonesia bukan hanya di kita punya daerah saja yang seperti ini

@KAPTEN🔥:kita yg selesai dari luar NTT,sudah terbiasa kerja apa saja yg terpenting halal,tidak terpaku dalam bidang,intinya bisa menghasilkan uang,karna sekarang mau lamar kerja susah kk,ada orang dalam berarti aman,kalau tidak ada orang SAMAHAL bohong🫡

@Gusty:tidak perlu berkantor juga bisa, kerja wirausaha juga bisa kk. asal konsisten dengan kerja semua kerja berujung cari uang. cuman beda saja di tempat kerja. dan berpakaian

@@alex:Keterima di dunia intansi itu rezeki😁
Menciptakan lapangan kerja sendri itu mindset🤑.
bermimpilah untuk untuk bermanfaat untuk banyak org itu hebat.😇🔥

@jossbush:Minder? ini problem personal atau lembaga?

@🐜:Tidak semua lulusan dari Kupang begitu kak, saya juga lulusan dari salah satu perguruan tinggi di Kupang dan tidak pernah pilih2 kerja. intinya jangan berpatokan bahwa kita lulusan dari Kupang jadi tidak bisa bersaing dengan yg tmtn dari luar. justru kalau punya keberanian untuk mencoba dan kepercayaan diri atau optimisme, kita yang tamat dari univ2 di Kupang mampu kok di dunia kerja. 🙏🥰

@ilsa:lulusan dari Jawa kampus apa dulu ba 😂😂

@Suryanto Rot:itu karena kita TDK percaya diri saja bang . padahal kalau SDH masuk di dunia kerja kita bisa kok bersaing. dasarnya kurikulum TDK beda dari pusat sampai ke daerah sama.👍😂

@14.59:Pernyataan seperti ini justru memperkuat stereotip negatif terhadap lulusan daerah. Minder bukan karena asal kampus, tapi karena sistem pendidikan nasional yang tidak merata dan dunia kerja yang masih bias terhadap label universitas. Jadi masalahnya bukan di alumni mahasiswa Kupang, tapi di cara kita menilai kualitas manusia.

@RC :Kami yg hanya tamat STM ni modal nekat sja,, Yg penting jan gengsi🔥

@pitaita:kwalitas seorang lulusan perguruan tinggi bukan diukur dari apakah dia bekerja pada lembaga formal atau tidak. jangan tanya orang "ANDA KERJA DIMANA TAPI Tanyalah BERAPA PENGHASILAN ANDA SEBULAN.

@McFlurryOreo_:aneh d Kupang. aku nakes 6 tahun pengalaman d ICU dan ada sertifikat. balik Kupang karena jagain ortu. lamar ke beberapa RS udah 4 bulan belum d panggil. iseng2 lamar d Jawa lagi dan 3 hari berselang langsung d panggil wawancara trus kerja😂. emang wajib merantau, karena d tanah sendri aja nggk d hargai❤

@Elmosha:jangan jadikan pendidikan sebagai beban untuk di jalankan. akhiri semua tindakan yang membuat mahasiswa terbebani secara mental.

@Sandri_Jampur:kalau ini refleksi pribadinya tidak masalah. tapi kalau refleksi semua hasil dari universitas NTT sampaikan data yang jelas.

@A.K RHITI:iya betul,, ada beberapa orang yg saya jumpa rata rata public speakingnya parah. mungkin karena keseringan berbahasa daerah😁

@Creator39:Yang minder itu pribadi orang nya saja bukan dari sisi orang itu kuliah kampus nya ada dimana. Kampus di NTT juga, misalkan undana itu masuk urutan 70 dari 562 P.T di IDN, hal ini sangat luar biasa sehingga lulusan daripada kampus ini juga diperhitungkan, dengan tanda(") bahwa kembali lagi ke diri kamu, ketika kamu kuliah dan belajar dengan sungguh" maka kamu dapat bersaing dengan orang lain selagipun orang itu merupakan jebolan dari kampus" ternama, sebaliknya jika kamu kuliah dan waktu kuliah kamu dipakai untuk banyak hal" yang kurang efektif, maka percayalah bahkan dengan anak SMK/SMA saja kita tidak bisa bersaing. Maka daripada itu pertajamkan Hardskil dan softskil kamu, cari tahulah dari orang" yang lebih berpengelaman dan yang paling penting belajarlah secara Otodidak, percayalah usaha tidak akan pernah mengkianati hasil. Salam dari Alumni Teknik Undana.😇

@WARAS:Keren...👏👏
tapi sy punya pertanyaan mendasar. subject penelitiannya ini siapa?? Generasi Baby bommers, Milenial, atau Gen Z? karena yang benar² merasakan Fase kolonial adalah Generasi Baby bommers. sedangkan kedua generasi lainnya sama Skali tdk pernah ada di fase itu.
Kalau smpai Kedua Generasi (Milenial dan Gen-z) msuk dalam subject penelitian, berarti sangat tidak relevan. Kecuali Parenting (Psikologi orang tua dan Anak) merupakan salah satu Variabelnya. Alasannya simple, Pola asuh orang tua merupakan satu hal yang sangat penting dalam mempengaruhi psikologis anak khususnya bagi mereka yg sering merasa Minder.
Jadi saran saja mungkin Mimin bisa bantu bertanya kepada penulis.

@PEn'✍️:hasil risetnya mana bos? jangan karena sebagian lulusan luar negeri lalu mengklaim dirinya berwawasan? saya lulusan Kupang mengakui tidak pintar pintar amat tapi di dunia kerja kepintaran kemudian tapi hati untuk melayani yg lebih utama 🙏

@tomidiosel:itulah yg membuat aku kuliah di Jawa👌👌👌

@Leonard Benu:Kalo lulusan dari fkultas Teknik dari kupang siap di pakai..khusus nya dari POLTEK Kupang...krna sdh handal..di lapangan

@selyn:ini dasarnya apa penelitian kah survei kah ? kok minder ? jangan sampai personal yg merasa minder ?

@Hendrapahehu10:kurangnya relasi untuk masuk mencari kerja... mencari kerja harus mampu mempersiapkan mental dan ketrampilan khusus selain hard skill dan soft skill...

@Booo:kalo minder tdk bisa beli rokok dan kopi

@Pengacara Ndeso:adekkkkk bicara apa si....minum sopi baru omong😂😂😂😂

@Arfi Raul:hello harus sekali kerja di tempat orang.kenapa ????dan mengapa kita tidak menciptakan sendiri lapangan pekerjaan itu sendiri... sarjana sekarang harus inovasi dan kreatif.

@Ketti:Ah yg benar sajaaa . . . .
Tamatan Kupang Ju keren-keren eee . . . .
dorang ada kerja penuh percaya diri baruuuu . . . .

@obito:minilai sesuatu tanpa melihat secara garis besar, hanya akan menghasilkan lelucon dari sebuah tulisan bang.
perlu di garis bawahi, bahwa karakter minder bukan karna dia dari lulusan mana, atau perguruan tinggi apa.
tergantung dari kepribadian orang.
juga ulumni tidak lah selalu lebih bagus dari Kupang, begituan sebaliknya.
orang yg menilai kualitas orang lain tanpa melihat secara garis besar, hanya akan menjadi stand up tragedi kekeliruan.

@Rin Funan@022 Setiahati:tidak juga saya lulusan undana kupang bisa kerja di Samarinda Kalimantan Timur jadi guru SMP dan tidak kalah bersaing dengan lulusan daerah lain..👍👍👍

@El Dragon:postingan ini membuat insitusi pikir2 terima lulusan Kupang, ayolah

@francys marble:faktor utama nya dri diri sendiri.

@Hmm:saya Lulusan dari Kupang bahkan Kampus yg kecil dan Tdk di pandang orng. sdh berusaha sampai lulus magister dan punya pengalaman kerja tanpa bantuan yg disebut Ordal dan Puji Tuhan sekarang menjadi PNS. saya Tdk pernah Rasa malu atau minder dgn teman2 yg kuliah di Jawa. semua tergantung persepsi dan niat kita memperbaiki hidup. bahkan teman2 saya yg Kuliah di Jawa atau kampus ternama di Kupang sampai sekarang blm mendapat pekerjaan. Intinya punya Niat, laksanakan dan jgn Lupa Tuhan.
Jadi kalau mau bicara pengaruh Kolonial itu issue yg sdh Basi.. tak Perlu diangkat 👍

@yosidaimelda:Tamatan kupang lebih berkualitas 🥰🥰

@Weny Vivo:Tidak usah bawa2 Jepang dan Belanda. Itu sudah lewat jauh. Semua trrgantung kompetensi dn percaya diri masing2 org.Byk juga org2 NTT yg terkenal di Pentas nasional

@__pg4b0y:Tdk semua lulusan dri kupang bgitu,Sya jga lulusan dari kupang dan Sya tdk gangsi untuk pilih” pekerjaan,intinya bisa menghasilkan uang dan halal

@George:Karena tidak semuanya tentang pendidikan ada juga pengalaman kerja. Kita ambil contoh tamatan dari bali, mereka kebanyakan kerja sambil kuliah. Sehingga, masuk dunia kerja habis kuliah sudah terbiasa.

@Fobia:Karna di Kampus tidak ada pelajar kerja pake orang dalam

@Galeno:kk jgn survei satu dua org sja lalu buat tulisan

@🇲🇨anakatambua🇹🇱:bro ganteng ktong paling nampak krja di PT whw Ketapang klimantan barat .... ktg 10 org dri poltek Kupang 2015 ktg kesini .... di ini prushan dri seluruh Indonesia ada

@ListonSihombing:Saya orang Batak, Baru jadi Dosen di Kupang. Mhs NTT itu hebat² attitude baik paling menghargai dosen dan siap bekerja dimanapun.

@Risal20@:lulusan Universitas Kupang
ASN Pusat🤗

@Robins:Saya asal Papua dan agak minder juga sih😂. Solusinya dong biar tidak minder🙌🏻

@Jonest:bukan persoalan Minder, tapi sekarang harus kuat ordal & koneksi juga harus kuat kalau tidak maka sepintar apapun itu walaupun di barengi dengan pengalaman yang bagus maka akan di abaikan...

@RN JUNIOR:saya rasa kualitas sama semua itu tergntung pribadi, buktinya sy, sy alumni lulusan kupang tp sy rasa aman2 sj, malah nyaman yg ada. 😁

@Rakat👌:menurut saya.
mau dia lulusan dari jawa,maupun luar negeri, itu tdk jadi problem, karna knp setiap orang yg sarjana itu tergantung dari segi mengasah skillnya.
jika orang nya tdk punya skill, ya wajar kalau minder.
jadi jngn membeda-bedakan kampus² lainya.
semua dosen yg mengajar itu sdh berikan ilmunya untuk menjadi Referensi untuk para mahasiswa/I.
jadi kesimpulannya.
jika hanya datang isi absen lalu balik kost, itu wajar jika tdk ada skill yang dapat diterapkan di dunia kerja.

@James:tidak juga, anak² lulusan kupang siap, tapi kalau bilang lapangan kerja raksasa di NTT mungkin minim. banyak di luar NTT anak kupang krja keren² . ini hanya opini tanpa data penulis saja . program dunia krja banyak anak² lulusan kupang bisa . buka usaha sendiri dgn wawasan digital sudah mulai berkembang di kupang

@oky_be:kampus tidak menentukan kualiatas tapi usaha dan karakter yang kita Bagun, fokus pada progres diri sendiri bukan perbandingan pada org lain.
salam persaudaraan, tetap semangat dan saling mendukung🙏😇 Eto🫡

@uchiha Ithachi:sudah biasa, dan terbiasa jadi di tanam turun temurun, karna ijazah bukti bahwa pernah sklh, bukan bukan bukti bahwa mereka pintar

@uthinnnn🫶💫:punya Orang dalam Pemenangnya😭😭. bt su mau 1 Tahun di luar blm dpt kerja sesuai Profesi😌

@@k12:alumni Kupang juga, bersyukur sudah mengabdi sebagai guru hampir 10 tahun

@MAUDIA:ini atas dasar pengalaman pribadi atau sudah melakukan penelitian?
kalau sudah lakukan penelitian bisa dipaparkan data - data di serta dengan lapangan pekerjaan yang ada.

@El Taneo:berarti tdk percaya diri dgn ilumu yg dia dapat....

@charlesdedo02:mungkin sebagian org tapi kalau menurut saya teman teman saya tdk juga si justru lebih unggul dari yang lain

@Inisial O71:jgn dipukul rata tpi emng banyk yh bgt

@fred_erikx:apakah mungkin system pendidikan yg sulit untuk mampu menerapkan tenaga kerja ataukah masih belum merdeka dalam hal psikologi mental dari si mahasiswa sendiri.
sehingga ketika mahasiswa lulus keberadaanya seperti dilematis dan anomali, saya melihat dari pandagan tan malaka bahwa pendidikan itu adalah untuk mempertajam kecerdasaan, memperkukuh kemauan serta meperhalus perasaan.
jadi saya kira kalau lihat dari perspektif trsbt bahwa tidak semestinya keberadaan setelah tamat sekolah mengharuskan sesuai dengan jurusannya, tetapi pertanyaan sebaliknya adalah mampu tidak skill yg ada untuk bisa bersaing di industri kerja. tetapi terkadang dilematisnya adalah orang selalu memilih pekerjaan sesuai dengan standar sesuai dengan title orang yg akan melamar kerja. tetapi industri belum tentu menerimanya begitu saja, ada banyak pertanyaan untuk bisa lolos masuk kerja.
jadi secara tidak sadar pendidikan itu adalah memperhalus kemauan untuk memilih kerja dan tidak ada faktor gengsi kalau memilih dan mencari lapangan kerja.

@WhiloztAnciz:pada intinya adalah, masing2 lulusan harus bersikap adaftif ketika berada dalam dunia kerja.

@Peduli Ikan:Tidak si. Kalau ada pun bukan karena kolonialisme. Jaman sudah berubah. Terlalu jadul.

@Asfa:Berdasarkan hasil penelitiannya siapa? saya sudah kerja hampir 20 Tahun, tidak terhitung waktu kerja sementara kuliah. tidak ada rasa minder sedikitpun. walaupum mahasiswa angkatan kedua di Stikom.

@Babtista25:Intinya sjaa berani cobaa
dan soal gagal itu urusan belakangan

@Hendra Huki:Menurut beta harus berani coba !! Secara pengalaman dari banyak teman yg sama2 kuliah di jkt sini malah pilih pulang kampung dan sonde mau coba kerja di jkt sini. Jadi emang harus BERANI COBA AJA DULU

@Jemi Pati:harus di akui rata2 kepercayaan diri lulusan dari daerah ini rendah trmsuk sya juga. tudk akar mslh dimna?

@Tafenpah:Ini merupakan tugas kita untuk mencari tahu, terlebih pemegang kekuasaan di daerah kita kaka

@Jemi Pati:itu dia kk.hrus ada kjian lbih mndlm mngnai problem.ini. soalnya kdang2 mhssiwa kita juga jrang punya kmpuan untuk berpikir kritis mungkin slh stu fktor feodilusme yng kk mksud shingga mmbuat pljar disini ketika bljar enggan untuk brtnya. trmsuk sya dulu kluiah pngen bertanya bnyak cuma kdang tkut slh mnkaya jdi aptis untuk bertanya. munkin jdi slh stu faktirnya ka.

@Tafenpah:Saya setuju dengan pandangan kakak. Terima kasih untuk informasinya ya. Memang kemampuan kritis juga perlu kita olah, terlebih anak" muda guna menghadapi problematika di dunia kerja yang penuh dengan intrik

@Jemi Pati:ia sama2 ka. semngat ka dlm mmberi insiprasi dan motivsi prubhn bgi kita trutma adik2 mhsiswa. smoga bisa mmbwa manfaat untuk mmbtu mmjuknn pedidikan di ntt.goodluck.

@win doang:b cuman ijasah SMA ma b berani bersaing dengan suku suku lain di indo ada Batak .Melayu Dayak .Jawa Papua 😌😌semua tergantung mindset😌💪💪motivasi diri itu penting

@Herman Talo:perbedaannya memang ada, tergantung dari wilayahnya masing-masing, setiap pekerjaan di luar wilayah NTT kadang tdk ada di NTT.jd butuh penyesuaian, jd tergantung dari jenis pekerjaan.di NTT sangat sedikit jenis pekerjaan.kadang di NTT lowongan pekerjaan jenis baru itu tidak ada sementara diluar ada jd bxk yg terjebak dst jd wajar saja minder karena br ketemu dg jenis pekerjaan sperti itu

@Herman Talo:saya pernah mengalami itu, jd butuh penyesuaian dl br bisa asal mau bekerja pasti bisa

@lukasmukin04:Sekedar cerita. Tahun 2021, ada tes cpns dengan formasi S1 MIPA. Saat itu butuh 8 orang untuk formasi itu, dan karena kebutuhan yang besar untuk formasi itu dengan kebutuhan ijasah S1 MIPA, banyak teman2 lulusan univ luar NTT yang mencoba tes di kota Kupang.
Sekedar info, dari kebutuhan 8 orang, yang daftar ada 600 an orang dengan banyak sekali teman2 pendaftar dari luar NTT.
Hasilnya?
Dari 8 formasi
6 orang yang lulus lulusan s1 mipa undana
1 orang lulusan s1 kimia unika
1 orang lulusan s1 ubaya
dengan skor rata2 SKD 430 an
Kita orang NTT juga bisa kok. Undana juga sudah bagus

@TuangTani:sala satu pernyataan paling konyol d akhir tahun ini 😂
kita anak anak NTT tidak biasa cari muka dan tidak ada orang dalam itu aja kita hanya mengdalkan skil yg paling utama,sedangkan sekrng dunia kerja skil itu kedua orang dalam utama

@Tafenpah:Masukan satiris tapi penuh daya motivasi Kaka. Memang, tanpa orang dalam, apa pun yang kita miliki, dari mana kita berasal, tidak akan berlaku di dunia kerja😂

@Rangga beci:Kalau menurut pengalaman saya..lulusan NTT pd umumnya...lebih ke Rendah Hati dari pada Minder..kebetulan saya Lulusan Undana berkecimpung di dunia Kerja sdh belasan tahun.

@KK Edin:sy alumni Undana. tdk pernah tuh sy minder. bahkan sy dan teman lain tamatan kupang jd orang yg ga di percaya di tempat kerja kami. tergantung orangnya bang. kalau wkt kuliah keerjanya hanya tdur2an di kost pasti minder..

@@Taison:tidak juga, sya lulusan SD asal Kefamenanu,kecamatan meomafo barat
tpi krja di perusahaan besar di ibu kota Jakarta bagian Interior design, & baru semalam sya di undang di MABES POLRI 🙏🙏🥰

@mariaelisabet:Pernyataan ini tdk bnr, anakku lulusan dari Undana, dan sangat berprestasi di funia kerjanya. Mahasiswa Kupang, kamu bisa, 👍

@Gerald:menurut saya ngak sinkron yah..masalah lulusan itu dipersoalkan saya rasa sonde perlu..semuanya sama..entah lu di NTT atau Jawa bagi saya semua sama..ini tergantung pribadi bagaimana mencari informasi untuk menambah pengetahuan lebih agar sonde terlihat primitif.. untuk masalah kerja..di NTT masih minim menyangkut dengan upah sehingga bnyak orang yg berlomba-lomba untuk menjadi P3K atau CPNS, jadi kesannya memilih pekerjaan itu sebagai tuntututan hidup alias dilihat dari jumlah penghasilan .. kalo dibali gaji harian 115 diluar uang makan uang bensin, bayangkan uang makan 25 ditambah uang bensin 20 ribu sehari..kalo ditotalkan dengan 26 hari kerja 4 juta 160.. bayangkan saja..bagiamna tidak kita memilih kluar untuk mencari kerja yg realita kita sudah tauh jumlah penghasilannya..di NTT mana ada Gaji sebulan .4 jutaan kalo di swasta..mungkin yg masih bertahan juga orang" yg sudah bekerja lama dilingkungan tersebut.. jadi tulisan ini Beta pribadi ambil kesimpulan ngak ada masalahnya semua tergantung pribadi masing".

@Tafenpah:Ya betul kak. Tulisan di sini sebagai pemantik untuk Katong berani berbagai cerita, selain melatih nakar kritis, kemauan untuk belajar sepanjang hidup, berjejaringan dengan siapa pun dan tetap berakar pada nilai - nilai kebudayaan setempat

@Fedi Rewos:tanpa melalui survey lapangan. langsung konklusi saja. Mental AI🔥😂

@silwan1103:brooo. kalo semua org berasumsi juga bisa. percuma juga lulusan dari luar, kalo menyampaikan informasi tidak berbasis data.. lu omon2 saja..

@silwan1103:asusmi saja. Sy lulusan Kupang. tidak pernah merasa malu d dunia kerja.

@FRESHVEGETABLES:Maksudnya baik, mengkritisi untuk membangun namun Diksinya perlu di perhatikan terutama di bagian judul ini.
selipkan kata "sebagian". judul yang menggeneralisasikan begini kurang etis!

@Wilco Lutan:BETUL SEKALI....
Sy pernah berada di titik itu, tetapi setelah memasuki dunia kerja, KUALIITAS DAN KEMAMPUAN ternyata lebih unggul dari tamatan luar Kupang.
Kebetulan saya lulusan S1. teknik UNIKA

Demikian rangkuman Komentar, Kritik, sanggahan dan berbagai perspektif dari netizen di tiktok TAFENPAH terkait tulisan "Mengapa Mahasiswa Lulusan Kupang Minder Ketika Memasuki Dunia Kerja? Refleksi dan Kritik Pendidikan Ernesto Aldo 

Apa pun Perspektif anda, TAFENPAH percaya bahwasannya tulisan bisa menjembatani kita untuk saling bertukar pikiran, berbagai pengalaman hidup, keresahan, mencermati perkembangan dunia, bagaimana kondisi di dunia kerja, disposisi atau psikologis mahasiswa, pekerja, orang tua, Pemerintah, swasta dan siapa saja dalam memaknai kehidupan.

Di balik tulisan ada memoar yang sewaktu-waktu akan membawa kita pada permenungan dan pada akhirnya setiap kisah itu bermakna.

Makanya, every Story Matters.



Tiktok; @tafenpah.com

Website TAFENPAH.COM










TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Salahkah TAFENPAH Membahas Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi Kupang Ketika Memasuki Dunia Kerja? Toh, Pemerintah Daerah Fokus Kegiatan Seremonial Acara, Tebar Pesona dan Melupakan Rekonstruksi Pendidikan NTT"