Tatam Bife Veo Neo Uim Leu, Pendekatan Kebudayaan Atoin Meto NTT dalam Memahami Integrasi Pernikahan
Penulis: Frederikus Suni
![]() |
Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u. Model; Edita Lake dan pasangannya. Hasil olahan TAFENPAH.COM |
TAFENPAH.COM - Setiap kebudayaan yang ada di dunia, khususnya di kalangan suku Dawan Timor (Atoin Meto), Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan ritus/tradisi yang terpelihara sejak nenek moyangnya hingga saat ini dan nanti.
Salah satu keunikan dalam prosesi pernikahan adat Atoin Meto (suku Dawan Timor) adalah melakukan ritual kebudayaan dalam menerima calon pengantin baru, terlebih dari pihak laki kepada perempuan.
Terminologi atau istilah "Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u merupakan upacara kebudayaan suku Dawan Timor dalam mematenkan atau memberikan hak eksklusif dari pihak keluarga laki kepada perempuan.
Artinya; prosesi Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u bermakna seorang perempuan harus tunduk dan taat kepada pihak laki beserta keluarga besarnya.
Baca Isu Hangat Pariwisata Pulau Komodo NTT:
Di mana, calon pengantin perempuan ini diberikan kewenangan untuk masuk dan menjadi bagian integral dari kehidupan harian suaminya, termasuk dalam urusan upacara kebudayaannya.
Jika saya menggunakan perspektif filsuf Ernst Cassirer, tentunya di sana kita akan menemukan benang merah kebudayaannya.
Lebih tepatnya, sebelum calon pengantin perempuan menjadi satu kesatuan dari pihak laki beserta keluarganya, terlebih dahulu, ia (perempuan) tersebut harus mengenal aturan/larangan apa saja yang berlaku dalam kebudayaan pihak laki.
Tradisi Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u secara harfiah juga merepresentasikan bagaimana seorang perempuan dalam kondisi apa pun harus mengikuti persetujuan laki (suaminya).
![]() |
Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u. Tafenpah. |
Karena dalam tradisi keseharian Atoin Meto (suku Dawan Timor), kedudukan seorang laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Sistem Patriarki atau tatanan sosial masyarakat Indonesia, khususnya yang ada dalam kehidupan suku Dawan Timor NTT, menempatkan peran sosial laki-laki dalam menguasai sumber daya apa pun.
Penyebutan sumber daya di atas merujuk pada kontrol properti, kekayaan keluarga hingga pengambilan keputusan harian.
Saya rasa, sistem Patriarki tersebut juga berlaku dalam setiap kebudayaan yang ada di Indonesia dan mancanegara.
Kendati penyebutannya berbeda, tetapi substansi atau maknanya sama yakni kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berkeluarga dipegang oleh pihak laki.
Membedah Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u dari Perspektif TAFENPAH
Frasa sekaligus sub judul di atas merupakan landasan teori yang sangat menarik untuk kita bedah atau bahas bersama.
Karena di balik sub judul tersebut, dengan jelas menyimpan kekayaan perbendaharaan kata-kata bahasa Dawan.
Oke, tetap stay tune bersama saya dari admin TAFENPAH ya, sobat!
Let's do it!
Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u dalam terjemahan bebas admin TAFENPAH adalah proses memperkenalkan seorang perempuan dalam memahami kebudayaan dari pihak laki.
Di mana, Ta'tam berasal dari bahasa Dawan Timor NTT yang bermakna; Masuk/memasukan
Bife artinya; Perempuan
Ve'o artinya; Baru
Neo merujuk pada kata penghubung
U'im artinya; Rumah
Le'u artinya; Adat
Jadi terjemahan dari Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u adalah kegiatan atau prosesi kebudayaan yang berfungsi untuk memperkenalkan seorang perempuan baru dalam memasuki pintu kebudayaan yang terjawantahkan dalam rumah adat dari pihak laki.
Tradisi ini biasanya ditandai dengan Ta'kanab atau proses berpantun dalam irama bahasa Dawan Timor NTT.
Tua adat dari pihak Laki terlebih dahulu akan berpantun dalam bahasa Dawan Timor, kemudian akan dibalas oleh tua adat (perwakilan dari pihak perempuan).
Syair-syairnya terdengar indah. Kemudian, untuk menyelesaikan prosesi adat tersebut, kedua pihak mempelai perempuan dan laki akan makan sirih pinang, sambil menunggu tua adat (perwakilan pihak laki) yang sedang mempersembahkan seekor anak babi, ayam, kambing, sapi dan sejenisnya) dengan maksud meminta restu kepada leluhur untuk menjaga, melindung serta membuka jalan bagi kehidupan kedua mempelai di tahun-tahun pernikahannya.
Prosesi penyembelihan ayam, babi, sapi dan kampung biasanya dilakukan tua adat dari pihak laki di sebuah batu besar atau dalam bahasa Dawan Timor menyebutnya; Fao't Le'u) yang letaknya berada persis di bawah Hau Monef (Ketiga Cabang Kayu adat) yang merepresentasikan Tuhan (Uis Neno), Me'ob (Penjaga), dan Nit'um Naes'in (Leluhur).
Uniknya, Tuhan (Uis Neno) letaknya berada di tengah yang bermakna segala sesuatu yang ada di bumi dan langit merupakan kepunyaan dari Sang Pencipta).
Me'ob (Penjaga/Serdadu) letaknya berada di sisi kanan berfungsi sebagai pelindung Atoin Meto.
Sementara, Ni'tum Naes'in (Leluhur) berfungsi sebagai perantara/jembatan komunikasi keluarga laki dan umumnya masyarakat adat Timor Dawan, terutama keluarga yang masih hidup kepada Tuhan dan penjaganya.
Kajiannya tersebut, sejatinya kita bisa melihat dari berbagai sudut atau Perspektif.
Namun, pada pembahasan kali ini, saya berusaha untuk memberikan keterangan yang sesuai kapasitas/kemampuan saya.
Apabila, rekan-rekan Antropolog, Dosen, Pemerhati Budaya, Tua Adat, pemerintah dan siapa saja yang ingin melekapi tulisan ini, silakan disampaikan kepada kami melalui akun Instagram @frederikus_suni, Email; tafenpahtimor@gmail.com
TikTok: @tafenpah.com
YouTube: Perspektif Tafenpah
Okey, saya juga akan membawa kita dalam bersafari atau berwisata kearifan lokal Atoin Meto (suku Dawan Timor NTT), terlebih kita akan bersama mengupas pembahasan di atas dari perspektif atau kajian filsafat kebudayaan.
Filsuf Ernst Cassirer (pemikir/pemerhati/filantropi/pengajar) ulung blasteran Yahudi dan Jerman tersebut, seandainya saat ini masih hidup, maka ia akan sangat senang dengan pembahasan ini.
Karena kajian Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u ini menyimbolkan kekayaan budaya lokal Atoin Meto (suku Dawan Timor NTT) dalam memberikan sparkle up atau seberkas sinar/cahaya kebudayaan kepada peradaban manusia.
Ernst Cassirer mengatakan, langkah atau pintu awal untuk kita mengetahui kehidupan seseorang adalah kita harus melakukan perkenalan atau semacam penetrasi kehidupan kepada orang yang sedang kita ajak bercakap/berdialog atau berdiskusi.
Metodologi ini sejak zaman filsuf Sokrates disebut metode Bidan. Artinya, tugas seorang bidan adalah membantu pasiennya untuk melahirkan anak.
Sementara, tugas seorang pemikir adalah mengajak lawan bicaranya untuk mengeluarkan apa yang membebani pikirannya.
Dalam kajian filsuf Ernst Cassirer kita akan mengenalnya sebagai pendekatan simbol kebudayaan.
Artinya; untuk memahami manusia secara utuh, kita harus mengenal kebudayaannya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya. Artinya; makhluk yang hidup dalam dan melalui unsur-unsur kebudayaan itu sendiri.
Demikian potretan Ta'tam Bife Ve'o Neo Uim Le'u dari Perspektif Tafenpah.
Disclaimer;
Kepada pembaca, rekan kreator, pekerja media hingga mahasiswa yang menjadikan tulisan sederhana ini sebagai bahan referensi skripsi, tesis, dan disertasi, diharapkan untuk mencantumkan nama penulis sekaligus Tafenpah.
Karena saya sudah menemukan banyak pekerja media, mahasiswa, dosen dan pemerhati kebudayaan biasanya mengambil materi dari Tafenpah, namun mereka tidak pernah meminta izin, apalagi mencampur Tafenpah sebagai rujukan utamanya.
Saya pun mengapresiasi mereka yang sudah mencantumkan TAFENPAH dalam berbagai karyanya.
Mari, kita belajar untuk saling menghargai karya orang lain.
Salam kebudayaan. Ikutin media sosial penulis di bawah ini;
Instagram: @frederikus_suni
TikTok; @tafenpah.com
YouTube: Perspektif Tafenpah
Halaman Facebook; Tafenpahcom
Email; tafenpahtimor@gmail.com
Posting Komentar untuk "Tatam Bife Veo Neo Uim Leu, Pendekatan Kebudayaan Atoin Meto NTT dalam Memahami Integrasi Pernikahan "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat