Makna Kuan Bale bagi Perantau Atoin Meto Timor Barat Indonesia
Penulis: Frederikus Suni
![]() |
Kuan Bale (Kampungnya perantau Atoin Meto Timor Barat Indonesia). Digital Imaging: Instagram: @frederikus_suni |
TAFENPAH.COM - Kuan Bale merupakan salah satu terminologi kebudayaan Atoin Meto (Suku Dawan Timor Barat) yang merupakan ras atau kelompok masyarakat terbesar di daratan Flobamora, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Secara etimologi atau akar kata, Kuan Bale terdiri dari dua kata dalam bahasa Dawan yakni;
Kuan artinya: Kampung
Bale merujuk pada kepemilikan.
Jadi terjemahan Kuan Bale dari Tafenpah adalah kampungnya suku Dawan Timor NTT.
Makna yang lebih sederhana lagi adalah tempat lahirnya suku bangsa Dawan Timor atau pembaca juga dapat menggunakan istilah kampung halamannya para perantau Atoin Meto.
Saya yakin bahwasannya setiap dari kita, entah apa pun suku bangsanya, tentu saja kita memiliki penyebutan khas terkait kampung halaman kita sendiri.
Merujuk pada makna Kuan Bale di atas, umumnya perantau yang berasal dari suku Dawan Timor selalu memiliki keterikatan akan suasana, kondisi alam, keadaan batin, sosial, budaya, politik, ekonomi, gaya hidup, religi hingga gaya hidup.
Karena di balik aspek-aspek kehidupan di tersebut, sebenarnya menyimpan beban psikologis, terutama bagi Perantau Atoin Meto yang saat ini tinggal dan bekerja di berbagai kota metropolitan Indonesia hingga mancanegara.
Kondisi tersebut juga semakna dengan temuan penelitian Milligan 1998 yakni; orang terikat kepada tempat lama mereka. Mereka akan senantiasa mengenang di mana mereka pernah tinggal, belajar atau bekerja.
Konsep keterikatan manusia terhadap tempat di mana mereka pernah tinggal, belajar, dan bekerja ikut mempengaruhi pemahaman saya terkait simbiosis mutualisme.
Dalam hal ini, perantau Atoin Meto, entah dalam kondisi, bahkan sejauh apa pun langkah kaki mereka untuk meninggalkan segala kesunyian serta kenyamanan mereka di kampung halamannya akan terus bergejolak.
Gejolak kehidupan tersebut sangat terasa, di kala mereka (Perantau Atoin Meto) terjebak dengan rutinitasnya di kota-kota metropolitan tanah air dan dunia.
Bagaimana tidak, setiap menjelang hari libur akhir tahun, terutama perayaan Natal dan Tahun Baru, sebagian perantau Atoin Meto memiliki waktu dan materi untuk kembali ke kampung halamannya.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki materi yang cukup bahkan jam kerjanya tidak memungkinkan untuk mereka kembali ke kampung halaman tercinta?
Di sinilah letak persoalannya. Artinya kerinduan untuk kembali mengulangi cerita masa kecil bahkan ikut merasakan momen kehangatan bersama seluruh keluarga besarnya, terhambat oleh kekurangan ekonomi bahkan jam kerja yang sangat padat.
Dalam kondisi tersebut, mereka hanya terdiam, membisu, membatin bahkan menangis.
Beban psikologis ini akan terus ada sepanjang perjalanan Atoin Meto dalam mencari hingga menemukan kehidupannya di negeri asing.
Kuan Bale juga merepresentasikan bagaimana keterikatan perantau Atoin Meto dengan kampung halamannya, selain mereka juga terikat oleh kenangan masa kecilnya.
Maka dalam hipotesa saya, Kuan Bale merupakan salah satu desain terbesar kehidupan Atoin Meto yang selama perjalanan hidupnya tidak akan pernah lepas dari cerita-cerita masa kecilnya bersama orang tua, saudara kandung, om, tanta, ponakan, kakek, nenek, hingga seluruh dimensi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, gaya hidup, politik, ekonomi, dan psikologisnya.
Demikian potretan Kuan Bale dari portal TAFENPAH.
Mari, kita saling terhubung melalui media sosial di bawah ini;
Instagram: @frederikus_suni
YouTube: Perspektif Tafenpah
TikTok: @tafenpah.com
Halaman Facebook; @tafenpahcom
Email; tafenpahtimor@gmail.com
Salam kebudayaan.
Posting Komentar untuk "Makna Kuan Bale bagi Perantau Atoin Meto Timor Barat Indonesia "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat