Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bulan Mei Umat Katolik Dedikasikan untuk Bunda Maria, Lalu Mengapa harus Ada Diskriminasi Segelintir Oknum Intoleran, Terhadap Mahasiswa Katolik di Unpam?

Penulis: Frederikus Suni 

Beda yes, diskriminasi no! Sumber gambar. Carapandang/Tafenpah.com

Tangerang, Tafenpah.com - Kasus diskriminasi atau pelarangan devosi kepada Bunda Maria dari segelintir oknum intoleran terhadap mahasiswa Katolik di Ampera Poncol, Setu, Babakan Tangerang Selatan, hingga kini menyita perhatian publik tanah air dan juga mancanegara.

Bagaimana tidak, teguran diskriminasi dari salah satu ketua RT yang berada di wilayah Tangerang Selatan, tidak mencerminkan penghargaan terhadap Hukum Tertinggi Indonesia, yakni Pancasila.

Terutama dalam sila pertama yang berbunyi," Ketuhanan Yang Maha Esa."

Di dalam sila pertama Pancasila ini sudah sangat jelas, bahwasannya setiap warga negara Indonesia dengan bebas menganut salah satu agama dan juga setiap warga negara bebas berdoa terhadap Tuhan yang diimaninya.

Akan tetapi, etika dan moral dari ketua RT tersebut, tidak lah pantas untuk ditiru oleh generasi muda bangsa Indonesia.

Karena sikap semena-mena pada akhirnya akan menimbulkan perpecahan di antara sesama warga Indonesia.

Sebagaimana dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tentunya aparat Kepolisian harus bertindak tegas dan seadil-adilnya terhadap ketua RT dan koloninya.

Karena mereka sudah menimbulkan chaos atau kebisingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Lebih sadisnya, ketua RT dan rekan-rekannya telah membawa isu SARA yang dampaknya sangat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana dalam tayangan video di berbagai saluran media sosial dan media online, bahwasannya kronologi diskriminasi dari segelintir oknum di atas, bermula dari devosi atau doa rosario dari kelompok mahasiswa Katolik asal provinsi Nusa Tenggara Timur di salah satu kontrakan mahasiswa.

Tepatnya di Ampera Poncol, Setu Babakan Tangerang Selatan.

"Mahasiswa/i Umpam asal NTT sedang melakukan kegiatan doa rosario bersama di salah satu kontrakan mahasiswa, kemudian didatangi oleh ketua RT dengan cara yang kurang etis/tidak sopan (membubarkan dengan memaki dan mengeluarkan kata-kata kasar/kotor. Lalu, disusul oleh beberapa remaja yang membawa senjata tajam untuk menikam mahasiswa yang bersembunyi di dalam kamar," tulis akun tiktok @rebamolasmanggarai, Selasa (7/5/2024).

Tindakan anarkis dari ketua RT dan sekelompok remaja tersebut juga dikecam oleh berbagai tokoh, organisasi, dan kaum intelektual di negeri ini.

Umat Katolik se-Indonesia dan sedunia pun tentunya sangat terluka dengan tindakan diskriminasi dari ketua RT dan kelompoknya.

Untuk menuntut pertanggungjawaban, warga Timor Raya pun mendatangi Kapolres Tangerang Selatan untuk segera menangkap pelaku diskriminasi.

Masalah ini juga perlu dicermati oleh pihak Kepolisian untuk berlaku adil.

Terlepas dari mayoritas dan minoritas, sejatinya negara Indonesia berdiri bukan hanya karena hanya ada satu agama semata.

Melainkan berdirinya bangsa Indonesia adalah kontribusi dari seluruh warga Indonesia termasuk aliran kepercayaannya.


Jadi, kita melihat bersama keputusan dari pihak berwajib, apakah keadilan ditegakkan atau justru keadilan bertumpuk hanya pada satu pihak.

Kenalilah Dirimu dan Agamamu, Sebelum Mencampuri Urusan Kepercayaan Orang Lain

Kasus diskriminasi dari ketua RT dan sekelompoknya terhadap mahasiswa Katolik Unpam di Tangerang Selatan ini, sejatinya adalah pertanyaan terbesar bagi si pelaku.

Apakah pelaku tidak mengenali diri dan juga kepercayaan yang dia anut? Ataukah pelaku bertindak sesuka hati, hanya sekadar untuk memamerkan kedunguannya di ruang publik?

Pertanyaan ini juga berlaku bagi kita semua. Di mana, sebelum kita mengganggu atau mencampuri urusan agama orang lain, sebaiknya kita perdalami agama kita dan juga kita dituntut untuk memiliki naluri humanisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akan tetapi, kesimpulannya, pelaku tidak mengkalkulasikan untung dan rugi dari tindakan anarkisnya.

Oleh sebab itu, pihak berwajib perlu tegas dan jangan berat sebelah dalam memutuskan sanksi apa yang diberikan kepada si pelaku.

Lebih jauhnya, permohonan maaf saja tidak cukup. Karena selama ini, kasus diskriminasi terhadap pihak minoritas sudah melebihi batas.

Negara tidak akan maju, apabila warganya masih berpikiran primitif dan selalu fanatik dengan aliran kepercayaannya.


Mengenal Devosi Umat Katolik di Bulan Mei

Umat Katolik sedunia, setiap tahun meneruskan tradisi devosi kepada Bunda Maria (selaku ibu kandung Yesus Kristus), khususnya di bulan Mei dan Oktober.

Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria.

Kontekstualnya dalam berdoa rosario pun, umat Katolik tidak hanya mendoakan kelompoknya semata.

Tetapi umat Katolik juga ikut mempersembahkan doa dan harapan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Devosi universal ini, sejatinya tidak hanya dimiliki oleh umat Katolik sendiri. Tetapi, doa devosi ini juga dipersembahkan untuk setiap orang yang sedang bermasalah dengan berbagai faktor kehidupannya.

Devosi universal bukan sentralisme (hanya berpusat pada kelompok tertentu).

Untuk itu, sebaiknya pihak yang selama ini takut akan perkembangan umat Katolik di Indonesia, sebaiknya dilibatkan dalam berbagai studi banding agama dan kebudayaan.

Agar mereka menggunakan akal budinya dengan baik dan benar.

Akhirnya, kita boleh saja menganut aliran kepercayaan apa pun di Indonesia, akan tetapi kemanusiaannya itu perlu ditingkatkan dan dikembangkan dalam diri setiap umat beriman.

Agar, terciptanya keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana cita-cita dari para founder fathers/pendiri Indonesia.

Salam tolerasi dan salam waras dalam beragama.




Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Bulan Mei Umat Katolik Dedikasikan untuk Bunda Maria, Lalu Mengapa harus Ada Diskriminasi Segelintir Oknum Intoleran, Terhadap Mahasiswa Katolik di Unpam?"