Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Skenario Politik Kepentingan di Pilpres 2024

Penulis: Andi Darman
Editor  : Frederikus Suni

Ilustrasi Skenario Politik Kepentingan di Pilpres 2024. Sumber/foto: Cilacap Info


Tafenpah.com - Banyak orang menilai politik sebagai pertarungan untuk memperoleh kepentingan. Penilaian tersebut sebetulnya tidak salah apabila berkaca pada rekam jejak calon presiden dan wakil presiden tahun 2024. Mereka tidak menunjukkan sikap yang konsisten selama menjabat sebagai politikus. 

Kemarin berpihak sebagai oposisi pemerintah dan hari ini sudah berubah menjadi koalisi. Atau kemarin jadi teman dan hari ini menjadi lawan politik. Sebagian orang menganggap fenomena itu sebagai kepentingan seorang politikus. 

Akar dari politik kepentingan muncul karena nafsu tak terpuaskan dari para politikus. Para politikus yang nafsu seringkali terjebak dalam tindakan utopisme dan pragmatisme. 

Utopisme politik seringkali menciptakan janji-janji abstrak yang tidak terwujud dalam kenyataan yang konkret oleh penguasa. Sedangkan pragmatisme politik menjadikan penguasa tak bermoral dengan mengadaikan jabatan untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Kudua sikap tersebut seringkali mengakibatkan kekacauan dalam politik.

Anies Baswedan pernah menjadi teman Prabowo dengan waktu uang cukup lama. Bahkan Anies berjuang tahun 2019 untuk memenangkan Prabowo sebagai presiden melawan Jokowi. 

Meskipun Prabowo akhirnya kalah dari Jokowi. Sebaliknya Prabowo pun telah berjuang untuk memenangkan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta. Tetapi, keduanya sekarang menjadi lawan politik untuk pemilihan presiden tahun 2024. 

Mahfud pernah menjadi tim kompanye untuk memenangkan Prabowo sebagai presiden. Tetapi sekarang Mahfud menjadi calon wakil presidennya Ganjar yang menjadi lawan politik dari Prabowo. Demikian juga Prabowo yang sebelumnya menjadi lawan politik dari Jokowi dan sekarang justru memilih calon wakil presiden putra dari Jokowi, yakni Gibran. Bahkan setiap kali kompanye, Prabowo selalu memuji-muji kebijakan dan ingin meneruskan program kerja dari presiden Jokowi.

Gibran dengan Ganjar pernah berada di satu partai yang sama yakni PDI Perjuangan. Ganjar pernah mendorong Gibran untuk menjadi calon wali kota di Solo. 

Keduanya memiliki visi yang sama untuk membangun provinsi Jawa Tenggah. Tetapi, Gibran sekarang menjadi lawan politik Ganjar dengan menjadi cawapresnya Prabowo. Demikian juga Cak Imin yang sebelumnya mendukung program kerja dari pemerintah terutama pembangunan Ibu Kota Nusantantara, tetapi sekarang tidak setuju dengan program kerja pemerintah setelah menjadi cawapresnya Anies yang mengusung tema perubahan.
Fenomena ini seringkali membentuk konsep politik di mata masyarakat sebagai permainan untuk memperoleh kepentingan. 

Politik dijadikan sebagai medan penuh intrik untuk memenangkan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Politik menjadi tempat untuk bersembunyi dibalik bonum commune (kesejahteraan umum) untuk mendapatkan bonum privatum (kesejahteraan pribadi). Karena politik tidak mengenal kawan yang abadi untuk mencapai nilai yang definitif. Kepentingan menjadi pencarian yang utama sebagai politikus. 

Seorang filsuf bernama Charles S. Pierce memberikan pendapat yang berbeda mengenai perubahan koalisi dalam politik. Perubahan koalisi tidak hanya terjadi karena faktor kepentingan, tetapi bersumber pada pola pikir politikus itu sendiri. 

Menurut Pierce, pikiran manusia di satu pihak mengandung unsur-unsur yang berubah-ubah, tergantung pada kondisi lingkungan maupun kondisi pribadi orang tersebut. Oleh karena itu, perubahan koalisi tidak serta merta karena kepentingan, tetapi juga karena faktor lain seperti kesamaan program kerja, lingkungan yang sesuai dan sebagainya. 

Kita mengharapkan ketiga capres dan cawapres terjadi perbedaan koalisi sekrang bukan karena kepentingan tetapi karena faktor lain yang ingin memajukan Indonesia. 

Mereka berbeda koalisi sekarang karena ingin mewujudkan tiga gagasan tentang politik yang benar seperti yang dikatakan oleh Thomas Aquinas; Pertama, politik didasarkan pada ide tentang tindakan yang memiliki tujuan untuk kepentingan umum. 

Kedua, ide tentang tindakan itu selalu terarah pada tujuan yang benar. Program kerja yang memuat nilai-nilai yang benar bagi kepentingan umum.  Ketiga, politik adalah suatu keharusan atau suatu necessary condition untuk manusia sebagai zoon politikon yang hidup dalam suatu societas. 

Sebagai masyarakat, kita berhak untuk mengukur program kerja dari ketiga capres dan cawapres. Saya biasanya menggunakan tiga pertanyaan sebagai indikator untuk menentukan pilihan seorang pemimpin dalam pemilu tahun 2024. Tiga pertanyaan tersebut yakni, apa program kerja yang disampaikan oleh setiap capres dan cawapres? Bagaimana seharusnya mereka melakukan atau menerapkan program kerja tersebut? Apa dampak positif yang diharapkan oleh masyarakat dari program kerja tersebut?
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Skenario Politik Kepentingan di Pilpres 2024"