Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menilik Pilpres 2024 dari Pandangan Pegiat Literasi Digital

Frederikus Suni


Menilik Pilpres 2024 dari Pandangan Pegiat Literasi Digital. Sumber gambar; Pixels

Tafenpah.com - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024 semakin seksi di mata para pendukungnya. Berangkat dari Pilpres sebelumnya, korban dari manuver para politisi adalah rakyat. Sebagai warga Indonesia yang sudah beberapa kali mengikuti pesta demokrasi, sejatinya itu menjadi kekuatan bagi kita untuk memfilter atau memilah-milah, berita dan opini publik yang baik dan benar.

Perihal opini publik, belakangan ini, kita pasti mendengar, membaca, dan menganalisa/mengamati apa yang disampaikan oleh para Buzzer dari setiap Capres dan Cawapres 2024.

Apa itu Buzzer? Buzzer adalah orang yang memiliki pengaruh di ruang publik yang tugas utamanya adalah menggiring opini seputar pasangan yang mereka dukung. Tujuannya adalah mendapatkan simpatisan dari para pendukung ataupun masyarakat pada umumnya.

Masih berkaitan dengan Buzzer, tampaknya Buzzer tidak hanya melulu soal kreator konten, mulai dari Youtuber, Blogger, Vlogger, Selebgram, Seleb TikTok, Influencer, dan lain sebagainya.

Tetapi, Buzzer juga menyasar para kaum intelektual, dan siapa saja yang ahli atau pakar dalam bidang tertentu.

Jika pembaca mengikuti akun media sosial instagram, di sana kita akan menemukan tarik-ulur dari statment Adian Y. Napitupulu seputar 'Presiden 3 Periode dan Penolakan Ibu Megawati.'

Hal yang perlu kita garisbawahi di sini adalah, sejak Gibran Rakabuming Raka diusung oleh Partai Golkar untuk menjadi pendamping atau Cawapresnya Prabowo Subianto 2024, kader-kader dari PDIP mulai menyerang Presiden Joko Widodo beserta keluarganya.

Masalah ini berkaitan dengan arah dukungan presiden Jokowi yang secara eksplisit tertuju pada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Sebagai orang tua, tentunya Jokowi pasti mendukung dan mendoakan anak sulungnya untuk bertarung di kontentasi Pilpres 2024.

Meskipun pada kenyataannya, Jokowi dalam beberapa kesempatan disodori pertanyaan dari Awak Media soal dukungannya, Jokowi selalu mengatakan dirinya mendukung ketiga Capres dan Cawapres 2024.

Anehnya, Adian Napitupulu dan juga beberapa relawan Jokowi di pilpres 2014 dan 2019 secara terang-terangan mengatakan Jokowi sedang membangun dinasti politik.

Menanggapi frase ' Jokowi dan Dinasti Politik,' Prabowo Subianto dengan tegaskan mengatakan, dirinya juga adalah bagian dari dinasti politik.

"Dinasti politik itu baik, karena bertujuan untuk melayani kepentingan umum," tegas Prabowo melalui cuitan akun instagram milik pribadinya @prabowo sebagaimana yang dilihat Tafenpah, Kamis (26/10/2023).

Bagi Prabowo, semua pemimpin partai politik dan siapa saja yang berurusan dengan kepentingan umum, pasti bersentuhan dengan dinasti politik.

Lebih konkretnya adalah sebagai pegiat literasi digital, penulis melihat dan mengamati lingkungan kerja mana pun, pasti ada dinasti keluarga. Silakan direnungkan sendiri?

Bayangkan, ketika ada peluang untuk ikut daftar CPNS, lamaran kerja, dan kegiatan apapun yang berkaitan dengan kepentingan umum, pastinya mereka atau orang-orang yang bekerja di dalam instansi pemerintahan tersebut, lebih mengutamakan keluarga, ketimbang orang lain.

Orang lain atau pekerja di luar dinasti keluarga hanya menjadi opsi kedua, bila tidak ada lagi kandidat yang berasal dari keluarga.

Ini fakta, bukan hanya sekadar ilusi di sore hari sobat. Ya, meskipun, pada momen ini, penulis tidak bisa menyajikan data, tapi secara pengalaman selama hampir 5 tahun di dunia kerja, penulis cukup memahami siklus dinasti keluarga dalam bidang pekerjaan..

Kembali lagi pada catatan seputar Pilpres 2024, beberapa menit yang lalu, salah satu produser film sekaligus aktor film layar lebar tanah air, Ernest Prakasa melalui cuitan instagramnya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak terpengaruh dengan opini dari para politisi.

Karena setelah pemilihan, mereka akan kembali menjadi teman. Bila kita terprovokasi dengan pengiringan opini mereka, kitalah yang akan menjadi saksi di balik nafsu kekuasaan mereka.

Oleh karena itu, membaca sejarah masa lalu dan menginterpretasikan segala sesuatu ke depan itu perlu dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini, kita harus berjiwa kritis, profesional, dan integritas dalam memberikan dukungan suara kita dalam Pilpres 2024.

Karena bagaimana pun juga, siapa yang akan terpilih dalam pilpres 2024 akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia.

Sebagai epilog dari catatan ini, penulis hanya mau mengingatkan kembali kepada pembaca Tafenpah, Pahtimor.com, HitzTafenpah, SportTafenpah untuk lebih peka dan jeli dalam membaca berita-berita yang tersebar di media online saat ini.

Jangan sampai, setelah pemilihan presiden 2024, kehidupan kita menjadi berantakan, gegara salah persepsi dan berbeda pilihan.

Demikian catatan kecil dari redaksi Tafenpah Group, seputar Pilpres 2024.



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Menilik Pilpres 2024 dari Pandangan Pegiat Literasi Digital"