Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materialisme Dialektika ala Engels

Penulis: Davitus Madu Antu
Editor: Redaksi Tafenpah Group

Materialisme Dialektika ala Engels | Gambar Tafenpah.com


Friedrich Engels dan Marxisme

Tafenpah.comKeberadaan Karl Marx sebagai seorang filsuf dan sosiolog tidak terlepas dari peran Friedrich Engels. Engels memainkan peran penting dalam perkembangan pemikiran Marx. Bahkan sumbangan finansial bagi kehidupan Marx yang memungkinkan dia untuk terus merampung pemikiran filosofisnya.

Meskipun begitu ada yang berpendapat bahwa Engels telah mendangkalkan pemikiran Marx. Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Engels dan Marx tidak memiliki suatu pertentangan apa pun. Sebenarnya Engels mempunyai sumbangan besar bagi pemikiran Marx.

 Hal ini terbukti dalam peran Engels menjadikan “Marxisme” sebuah “pandangan dunia proletar” yang ingin menunjuk jalan ke masa depan dengan kepastian ilmiah (Suseno, 1999:213).  Karena itu dalam tulisan kecil ini saya ingin mengulas sumbangan Engels bagi Marxisme. Terutama mengenai materialisme dialektis (Uraian dalam tulisan ini di ambil dari Suseno,1999).

Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis merupakan ajaran mengenai alam secara umum. Metode Marx, dialektika, diterapkan Engels untuk menganalisis alur sejarah pada alam. 

Engels mengklaim bahwa Marx telah “membumikan” wawasan Hegel dalam materialisme yang sesuai dengan ilmu fisika dan alam pada zamannya, dan bahwa Marx telah mengidentifikasi metode dialektika yang dapat diterapkan pada alam, sejarah dan pemikiran (Encyclopedia of Philosophy).  

Di sini sangat jelas bahwa Engels bermaksud untuk memberi pencerahan tentang pemahaman alam yang dialektis dan sekaligus materialis. Maksudnya adalah bahwa seluruh realitas bersifat materi atau berkembang dari materi. Materi merupakan kenyataan pokok (fundamental reality). Hal ini mau menunjukkan bahwa segala sesuatu yang berada dalam ruang dan waktu adalah bersifat materi. Segala sesuatu berkembang dari materi. 

Tidak ada Allah maupun makhluk-makhluk halus, tidak ada jiwa dan tak ada kehidupan sesudah kematian(Suseno, 1999:65). Dengan demikian hal itu mengafirmasi bahwa tidak ada realitas yang bukan materi.

Materi bersifat dinamis yang terus bergerak. Ada beberapa macam gerakan materi: gerakan mekanis, kimia, biologis, dan psikis. Materialisme dialektis mengakui perbedaan-perbedaan kualitatif antara materi yang mati, yang hidup, dan yang mampu untuk berkesadaran dan berintelegensi.

            Dialektika menjelaskan perkembangan materi itu dari yang paling sederhana sampai ke yang paling tinggi. 

Dalam menjelaskan perkembangan materi itu ada tiga hukum dialektika yang dapat dijadikan asas untuk memperlihatkan pergerakan materi dari tingkat yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi.

Pertama, hukum loncatan dialektis, yaitu dari perkembangan kuantitatif ke perubahan kualitatif. Hukum ini menegaskan bahwa segala perubahan pertama-tama bersifat kuantitatif atau mekanis. Ketika perubahan kualitatif ini mencapai batas kemungkinannya, akan ada loncatan kualitatif. 

Dengan demikian materi dapat mencapai tingkat hidup secara kualitatif lebih tinggi dengan adanya loncatan dialektis itu.

            Kedua, hukum saling peresapan kontradiksi. Menurut hukum ini, dalam segala hal yang ada terdapat kontradiksi-kontradiksi. Di sini ada tesis dan lawannya anti tesis, yang melahirkan sintesis. 

Sintesis menyebabkan munculnya tesis baru dan antitesis baru pula. Begitu seterusnya. Setiap hal selalu ada pertentangan-pertentangan. Kontradiksi internal inilah yang menjadi dinamo segala perubahan dan perkembangan.

            Hukum ketiga adalah hukum negasi terhadap negasi. Hukum ini mengandaikan suatu penyangkalan terhadap sistem lama oleh sistem yang baru. 

Penyangkalan terhadap sistem yang lama itulah yang melahirkan sistem yang baru yang merupakan penyangkalannya. Penyangkalan itu sendiri akan disangkal lagi oleh sebuah sistem baru yang dalam titik segi-segi tertentu mengulangi sistem semula. Dengan demikian perkembangan terjadi secara spiral.

            Menurut Engels ketiga hukum dialektika di atas mampu menjelaskan gejala sosial maupun alami. Baik alam maupun sosial (masyarakat) selalu dalam proses perubahan. Proses perubahan inilah yang dapat dijelaskan melalui ketiga hukum dialektika itu. Bahwa perubahan sangat mungkin terjadi karena materi tidak bersifat statis tetapi selalu bergerak (dinamis).

            Dengan materialisme dialektis, Marxisme menjadi sebuah pandangan holistik yang mencakup semua realitas. Dalam arti marxisme memuat penjelasan tentang keseluruhan realitas. Dengan begitu marxisme menjadi suatu sistem yang mandiri dan lengkap, yang mengklaim dapat menjawab semua pertanyaan manusia. 

Dengan demikian marxisme mengalami pergeseran dari suatu teori kritis kelas buruh menjadi sebuah teori objektif. Sebagai teori objektif marxisme mengklaim mampu mengungkapkan hukum objektif perkembangan masyarakat

Menurut Engels, Marx menjadi penemu hukum yang menentukan sejarah, yaitu perkembangan sejarah manusia.


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Materialisme Dialektika ala Engels"