Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Emansipasi Kartini bagi Perempuan Masa Kini

Penulis: Ronny Manas


Makna Emansipasi Kartini masa kini | Amore Prime School

Tafenpah.com - Pola pikir yang menghidupi roh budaya patriarkhi merupakan realitas sosial budaya yang menempatkan kaum perempuan sebagai  second class dalam praktek kehidupan sosial budaya dan politik. 


Realitas patrialis  ini tidak saja mempengaruhi eksistensi dan peran perempuan dalam aspek sosial politik, tetapi merambati ruang praktek keagamaan yang sejatinya selalu menempatkan semua cipataan sama dan sederajat di hadapan Sang Pencipta. 


Baca Juga: Siaran Pers Perayaan Natal Keluarga Besar Amore Prime School


Namun, seiring perjalanan waktu yang kian modern, pola pikir modernis yang mengagungkan rasionalitas manusia perlahan mengubah paradigma manusia. 


Hal ini nampak lewat munculnya gerakan – gerakan kontra budaya patriarkhi yang dikenal dengan gerakan feminisnme. 


Baca Juga: Pendidikan Holistik Amore Prime School



Gerakan Femiminisme ini muncul pada zaman Yunani Kuno yang tersurat lewat seruan seorang Filsuf yang bernama Plato dalam bukunya yang berjudul Republik


Dalam buku tersebut, Plato mengamini bahwa pengakuan eksistensi kaum perempuan merupakan jalan menciptakan sebuah negara yang bermartabat dan adil. 

Kartini masa kini Amore Prime School


Selain Plato, pengakuan feminis muncul dari filsuf lain berkebangsaan Prancis yakni Christine de Pizan. 


Dalam bukunya yang berjudul The Book of the city of Ladies Pizan menggambarkan masyarakat utopis yang menempatkan  perempuan sebagai bagian masyarakat yang memiliki ruang kebebasan yang sama dengan laki – laki. 


Baca Juga: Cakrawala itu Bernama Ibu


Kedua pendapat filsuf ini digenapi oleh Marie de Gournay yang meringkas pandangannya dalam sebuah buku yang berjudul The Equality of Men and Women  yang kemudian menjadi referensi dan titik mula pemikiran tentang equal rights[1]



Konkrti dari hal ini adalah lahirnya tokoh – tokoh perempuan seperti Jeane Deroin seorang feminis sosial Pranci yang mengatkan bahwa kesetaraan tidak pernah akan terjadi jika perempuan selalu diwakili oleh laki – laki. Menurutnya, baik laki – laki maupun perempuan memiliki perbedaan dalam preferensi sehingga harus mewakili diri masing – masing.[2] 



Rentetan pandangan feminis ini teringkas dalam  tiga periode gerakan perempuan yakni Gerakan Feminisme Gelombang pertama, Gerakan Feminisme Gelombang Kedua dan Gerakan Feminisme Terakihir (Postfeminisme). Gerakan Feminisme Gelombang Pertama pada abad ke 18 menuntut adanya revolusi sosial dan politik yakni menuntut hak pilih bagi perempuan, kesetaraan pendidikan dan pembaharuan hukum yang diskriminatif. 


Kartini masa kini Amore Prime School

Gerakan Feminisme Gelombang Kedua muncul pada abad ke 20 dengan mengusung tema Pembebasan Perempuan (Women’s Liberation). 



Gerakan Feminisme Terakhir (Postfeminisme) muncul untuk merasionalisasikan konsep feminisme pada dua gelombang sebelumnya yang terkesan fanatik tradisional dengan lebih menekankan kekuatan interpretasi yang plural. 



Ringkasnya, semua jenis gerakan perempuan yang berkembang di dunia eropa menularkan semangat yang sama pada belahan dunia lain tak terkecuali Indonesia.

Emansipasi: Gerekan Feminisme Ala R.A Kartini

Semangat gerakan feminisme yang dilakukan oleh para tokoh feminis di Eropa menambah semangat juang pembebasan yang tersemai dalam diri seorang dara bernama Kartini. 


Gerakan pembelaan terhadap kamu perempuan dari dara kelahiran Jepara, Hindia Belanda 21 April 1879 sesungguhnya berintensi mengatakan protes guna menentang budaya jawa kala itu yang “memingit” anak gadis serta kebiasaan kaum lelaki bangsawan yang berpoligami. Seiring perguliran waktu dan usia Kartini yang bertambah dewasa, semangat gerakan emansipatifnya kian menggelorah dan mengarah pada gerakan membebaskan kaum perempuan dari kemiskinan dengan pendidikan menjadi kunci utamanya. 




“Kecerdasan pikiran penduduk Bumiputra tidak akan maju dengan pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha akademik. Perempuan merupakan individu pembawa peradaban. Bagaimana ibu Bumiputra bisa mendidik anaknya bila mereka tidak berpendidikan[3] 




”Kartini menggarisbawahi  kemerdekaan perempuan sebagai titik tolak perlakuan sosial budaya dan politik dengan menjadikan perempuan menjadi makhluk otonom yang tidak bisa dilepaspisahkan dari lingkungannya, melainkan pribadi yang ikut berperan dalam kemajuan bangsa. 



Poin ini menjadi bakal gerakan emansipasi Kartini yang diungkapkannya di dalam komunikasi bersama teman – teman korespondesi berkebangsaan Belanda sebut saja Rosa Abendaono yang kemudian surat - suratnya dikumpulkan lalu dijadikan buku yang diberi judul Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1922.


Makna Gerakan Emansipasi R.A Kartini Bagi Kaum Perempuan Masa Kini 

Kartini Amore Prime School

Gerakan emansipasi R.A Kartini, merupakan sebuah gerakan yang tidak sekedar menggugat akar pola pikir patrialis yang selalu menempatkan perempuan sebagai second class


Lebih dari itu, mengetengahkan sebuah pengakuan eksistensialis terhadap eksistensi perempuan yang tercipta dengan segala kelebihan dan kekurangan sebagaimana kaum laki – laki. 


Tujuan gerakannya adalah membangun kesadaran untuk mengakui keberadaan kaum perempuan sebagai individu pembawa peradaban. 


Dengan kata lain, kehadiran perempuan justru mengemban tanggungjawab sebagai pendamping dan pendidik dasariah bagi generasi baru. 

Kartini Amore Prime School


Oleh karena itu, kaum perempuan patut memperoleh kesempatan yang sama dengan laki - laki untuk mengembangkan potensi dirinya melalui dunia pendidikan. 


Dengannya, niscaya perempuan tidak lagi terbaptis sebagai pelaku domestik tetapi justru diakui sebagai pelaku pinata peradaban bangsa yang kualifikatif dan patut diandalkan. Oleh karena itu, kaum perempuan seyogianya tidak perlu pesimis mengaktualisasikan potensi diri di dalam ruang publik. 


Akan tetapi, patut menyatakan kontribusi di dalam interakasi sosial dan tanggungjawab publis secara bebas dan percaya diri. Kaum perempuan pantas membanggakan diri bahwa di dalam ruang dan waktu yang tak terbatas konsep kulturalis, peran dan sumbangsih kaum perempuan justru lebih dibutuhkan daripada kaum laki – laki. 


Kaum perempuan patut menggenggam keyakinan sebagai pelaku peradaban bangsa yang memiliki pola pikir futuristik lagi kritis. Ringkas makna gerakan emansipasi R.A Kartini adalah pengakuan eksistensialis terrhadap kaum perempuan. 


Bahwasannya, seorang perempuan pun terlahir sebagai pemimpin yang memiliki hati bagai bumi yang anggun dan sabar dalam diam menatang segala yang hidup. Kaum perempuan terlahir untuk memimpin dan melahirkan serta menata generasi  pemimpin baru bagi sebuah bangsa.***



 SALAM EMANSIPASI.

Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Makna Emansipasi Kartini bagi Perempuan Masa Kini "