Apa Mayoritas Agama dan Bahasa Orang NTT?
Penulis: Fredy Suni
Ilustrasi Mayoritas agama dan bahasa terbesar NTT | Foto: Fredy Suni |
Tafenpah.com - Agama mayoritas orang NTT adalah Katolik, dan ada 5 bahasa terbesar yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi.
Kelima bahasa itu antara lain; Bahasa Dawan (pulau Timor), Manggarai (mewakili daratan Flores), Kambera (pulau Sumba), Rote, dan Abui mewakili (Alor).
Baca Juga: 5 Ucapan Bahasa Dawan di HUT Kota Kefamenanu ke-100 Tahun
Berdasarkan data yang dirilis dari portal resmi Pemprov NTT, jumlah penduduknya per Juni 2021 sebesar 2,94 juta jiwa.
Dari persentase tersebut, sebanyak 53,61 persen memeluk agama Katolik. 1,98 juta jiwa atau 3,68 persen menganut Kristen Protestan.
Sementara penganut agama Islam sebanyak 517, 74 jiwa atau 9,44 persen dan sisanya menganut Hindu, Budha, Konghucu dan agama tradisional.
Kota Toleransi Indonesia
Foto: Fredy Suni |
Meskipun mayoritas orang NTT memeluk Katolik dan Kristen, namun kehidupan toleransi di provinsi ini patut diapresiasi semua kalangan.
Presiden Joko Widodo juga ikut mengapresiasi kehidupan beragama di NTT.
Baca Juga: Noelbaki dan Hel Keta dalam Pandangan Filsuf Baruch de Spinoza
Bukan hanya itu saja, orang nomor satu RI ini menjadikan NTT sebagai ikon atau simbol toleransi kehidupan beragama di Indonesia.
Bagaimana dengan Pelestarian dari kelima bahasa terbesar di NTT?
Pemerintah Provinsi NTT melalui Badan Bahasa setiap tahun terus berupaya guna melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di NTT.
Salah satu program yang giat dilakukan Badan Bahasa adalah mencari duta bahasa setiap daerah, guna tetap mengawetkan 72 bahasa daerah yang ada di NTT, di antaranya kelima bahasa terbesar di atas.
Demikian potretan singkat dari Admin Tafenpah, terkait mayoritas agama dan bahasa terbesar yang ada di provinsi NTT.
Posting Komentar untuk "Apa Mayoritas Agama dan Bahasa Orang NTT? "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat