Di Bawah Atap Alang - Alang | Tafenpah

Penulis: Fredy Suni

Potretan rumah beratapkan alang-alang | British Broadcasting Corporation

Tafenpah.com, Timor - Setiap perjalanan, pasti ada titik awalnya. Begitu pun, setiap perubahan, tentunya ada latar belakang yang mempengaruhinya.


Tahun 90-an, di Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, Provinsi Nusa Tenggara Timur/NTT, kampung ini masih begitu kental dengan bangunan rumah yang beratapkan alang-alang.


Alang-alang dalam bahasa Dawan (Timor) disebut 'HUN.' Sedangkan rumah yang beratapkan alang-alang disebut 'Ume Hun.'


Tentu saja penyebutan dari Ume Hun adalah 'Uim Hun."


Ya begitulah, kekayaan kearifan lokal bahasa Dawan, Nusa Tenggara Timur.

Kehangatan di bawah rumah beratapkan alang-alang | Merdeka

Sayangnya, nuansa 90-an itu kian hilang, lenyap, sirna, karena mayoritas permukiman warga di Desa Haumeni sudah berubah dengan kilaun bangunan beratapkan seng.


Ya, inilah perubahan Desa Haumeni.


Namun, jika kita melihat kembali ke belakang, terutama manfaat bangunan beratapkan alang-alang, tentunya di sana kita akan menemukan segudang inspirasi.


Bagaimana tidak, rumah yang beratapkan alang-alang itu sangat nyaman, dingin, sejuk, dan penuh dengan romantisme antar keluarga.


Karena di bawah atap alang-alang tersebut, setiap warga Desa Haumeni merangkai masa depannya.


Masa depan itu membawa perubahan, yakni terjadinya gelombang diaspora atau perantauan besar-besaran yang tersebar di kota-kota metropolitan tanah air, maupun mancanegara.


Anak muda setelah menamatkan pendidikan menegahnya, mereka memilih untuk keluar dari kampung halamannya, entah mereka melanjutkan studi di kota Kefa, Kupang, dsb.


Ada pula yang langsung bekerja demi meraih perubahan tersebut.


Hasilnya, memasuki tahun 2000-an, permukiman warga Haumeni kian terang benderang. Lantaran, banyak perubahan yang terjadi.


Di antaranya, perumahan yang terbuat dari alang-alang, diganti dengan atap seng.


Dari sinilah terjadi persaingan yang sehat antar keluarga untuk membuat rumah dengan beratapkan seng.


Sementara, keluarga yang belum mampu terus tinggal di bawah atap alang-alang, dengan kondisi seadanya.


Perubahan itu terus terjadi hingga saat ini. Di mana, kita tidak bisa melihat lagi rumah yang beratapkan alang-alang.


Rindu, tentu saja kita semua rindu akan kehangatan di bawah rumah beratapkan alang-alang.


Karena di sanalah, ada kisah suka dan duka dari setiap keluarga dalam meracik kebahagiaannya.


Bagi sobat pembaca Tafenpah, bila ada kesempatan, bolehlah berkunjung di Desa Haumeni.


Karena di sanalah ada spot-spot menarik. Mengingat, letak Desa Haumeni dikelilingi oleh alam perbukitan yang hijau, di samping berbatasan langsung dengan distrik Oekusi, Timor Leste.


Salam





TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Di Bawah Atap Alang - Alang | Tafenpah"