Catatan Atoin Meto Di Tengah Pusaran Zaman | Tafenpah

Penulis: Fredy Suni

Catatan Atoin Meto | Tafenpah

Tafenpah.com - Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini, dapat memberikan kemudahan bagi Atoin Meto dalam mengeksplor kemampuannya dalam bidang apa pun.


Perkembangan ini pun terus mendorong Atoin Meto untuk menjerumuskan dirinya ke dalam berbagai pelatihan, baik secara online maupun secara offline.


Rutinitas harian itu bukan sekadar tuntutan zaman. Namun, memang sudah sewajarnya, Atoin Meto keluar dari cara berpikir tradisionalnya.


Karena bagaimana pun, perubahan terus terjadi setiap menit. Bila Atoin Meto berusaha untuk menolaknya.


Maka tak bisa dipungkiri, bahwasannya mereka akan tertinggal dari suku bangsa yang lainnya di Indonesia.


Di samping informasi positif tersebut, tak bisa dielakkan lagi, bahwa perubahan itu pun berhasil menghilangkan beberapa kearifan lokal daerah.


Ya, inilah konsekuensi dari sebuah perubahan. Kita tidak bisa menolaknya.


Namun, dari sini, Atoin Meto semakin sadar untuk kembali melestarika  berbagai atribut kearifan lokalnya sendiri.


Kearifan - kearifal lokal yang sejauh ini mulai dilestarikan Atoin Meto adalah mengabadikan trandisi-tradisi lisan dalam berbagai publikasi, baik itu berupa dokumentasi foto, video, maupun tulisan yang kian tersebar di media digital.


Inilah bentuk kesadaran menggobal. Karena dari sejarah masa lalu, Atoin Meto belajar dari bangsa-bangsa asing yang pernah menancapkan kekuasaannya di bumi Timor, Nusa Tenggara Timur.


Di mana, mereka (bangsa asing) itu datang dengan berbagai motif atau alasan, namun yang lebih penting adalah mereka merenggut kearifan lokal budaya Atoin Meto dan membawanya ke negeri mereka sebagai hasil penemuan mereka.


Hasilnya, sebagian Atoin Meto yang memiliki kesempatan lebih pergi dan menjelajahi benua biru (Eropa), terutama di museum-museum internasional untuk berburu spot menarik.


Sayangnya, hampir sebagian atribut yang ada di dalam museum-museum tersebut berasal dari tanah Asia, terlebih pulau Timor.


Di antara, pilu, bete, tais, maupun kekayaan alam berupa kayu cendana.


Bangsa asing dengan bangg memamerkannya kepada publik internasional, yang tak lain adalah sebagian dari kita Atoin Meto.


Sementara, Atoin Meto, terlebih generasi muda hampir sebagian besar tergiur dengan produk-produk asing.


Tentu saja, Atoin Meto bukan anti kapitalisme dan hedonisme. Namun, Atoin Meto perlu membentengi diri, di samping menerima peruban tersebut.


Tujuannya ada kesesuain antara produk asing dan dalam negeri sendiri.



Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Catatan Atoin Meto Di Tengah Pusaran Zaman | Tafenpah"