Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ta' han Teu Tunaf (Tradisi) Memasak Masyarakat Dawan Haumeni - Tafenpah

Penulis: Fredy Suni

Ta'han Teu Tunaf. Foto Longinus Lake

Tafenpah.com - Orang hebat tidak akan pernah melupakan langkah pertama di mana ia dilahirkan dan dibesarkan.


Berkaitan dengan tema tulisan di atas, masyarakat Dawan Haumeni kaya akan kearifan lokal budaya.


Kekayaan - kekayaan itu pun akan hilang dalam peredaran zaman. 


Jika, sebagai generasi desa, khususnya masyarakat Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kita tidak memiliki hasrat untuk mewariskan kekayaan masa kecil kita kepada sejarah dan dunia.


Langkah pertama sebagai pribadi yang menamakan diri sebagai 'KAUM INTELEKTUAL' adalah menuliskannya.


Persoalannya, apakah kita punya minat atau keinginan untuk menuliskannya?


Inilah problematikan yang kita hadapi saat ini. Untuk itu, sesuai dengan nama situs ini 'TAFENPAH,' saya pun menaruh harapan besar untuk terus menuliskan dan mewartakan kekayaan masa kecil itu kepada dunia regional (daerah/lokal), nasional maupun internasional.


Tujuannya, ketika usia saya sudah beranjak renta/tua, saya pun memiliki referensi atau panduan kepada anak cucuku, bahwasannya desa kita punya potensi kearifan lokal yang luar biasa.


Jadi, izinkanlah saya untuk mengulik 'TA'HAN TEU TUNAF) sebagai pertanggungjawabkan rasionalitas atau pikiran saya pada generasi bangsa yang berwawasan global, tetapi tidak pernah melupakan sejarah hidupnya.


Inspirasi ini pun saya dapatkan dari berbagai literatur  berbagai buku yang pernah saya baca.


Salah satunya adalah karya 'HENNIE TRIANA OBERST," yakni; INSIGHT GERMANY: CAKRAWALA DAN BUDAYA JERMAN.


Menariknya, buku ini mengisahkan etos kerja, budaya menghargai waktu, profesional masyarakat negeri Panzer, Jerman dalam bekerja.


Meskipun demikian, masyarakat Jerman tidak pernah menjadi manusia mesin dan melupakan jejak-jejak kearifan lokal budayanya.


Etimologi Ta'han Teu Tunaf


Ta'han Teu Tunaf berasal dari bahasa Dawan (etnis yang mendiami wilayah Timor, NTT) dan sebagian Timor Leste, yang  terdiri dari tiga suku kata, yakni:


Pertama; TA'HAN artinya; memasak

Kedua; TEU artinya kata penghubung (di, ke, dengan, dll), dan

Ketiga; Tunaf artinya; tungku yang terdiri dari tiga buah batu berukuran sedang maupun besar.


Jadi, secara umum, saya bisa menjelaskan bahwasannya, TA'HAN TEU TUNAF yang berarti; cara memasak tradisional dengan menggunakan tungku api.


Bahan material dari cara memasak ini adalah kayu, dan tiga buah batu yang didesain menjadi segita. Tetapi, bukan cinta segitiga loh!


Umumnya, masyarakat dawan akan menggunakan batu alam Timor. 


Namun, tradisi ini pun kian bergeser. Di mana, banyak masyarakat Haumeni yang menggunakan batako, batu merah, dan lainnya.


Itu pun tidak masalah. Karena cara ini tergantung dari kenyamanan setiap kepala keluarga beserta anggota keluarganya.


Lalu, apa saja yang biasanya dimasak dengan menggunakan tungku api tersebut?


Tentunya, tungku api ini memiliki multifungsi atau dalam istilah penyebutan kreator konten digital adalah multitasking.


Artinya; medium bisa digunakan masayarakat Dawan pada umumnya, khususnya masyarakat Haumeni untuk menanak nasi, air panas, menggoreng sayur, panggang ikan, ayam, Se'i, dan lain sebagainya.


Hasil dari masakan di tungku api ini pun enak dan bercita rasa alami. Ketimbang, kita memasak menggunakan kompor, race cooker, dll.


Apakah cara memasak ini masih ditemui di kehidupan generasi sekarang?


Tentu saja, tradisi memasak dengan menggunakan tungku api masih kita temui di perumahan masyarakat desa Haumeni.


Bahkan di kota Kefamenanu, Kupang, dan sekitarnya kita pun masih menemuinya.


Manfaat lain dari tungku api adalah sebagai ruang bercerita antar keluarga.


Setiap pagi maupun sore hari, ketika kita berkunjung di kampung Haumeni, di setiap rumah, tepatnya U'IM BUBU (dapur) yang terbuat dari alang-alang maupun seng, kita pun menemui pemandangan yang menarik.


Karena di sekeliling tungku api itu, ada beberapa kepala keluarga beserta anggota keluarganya bercerita bebas tentang banyak hal.


Tergantung isu apa yang mau diceritakan oleh mereka.


Apalagi, sekarang kan di Timor (NTT) kan musim dingin. Meskipun ini agak berbeda dari musim-musim di tahun yang sebelumnya.


Namun, terlepas dari itu semua, tungku api telah menyatukan perbedaan. Selain, sebagai ruang sosialisasi lintas generasi Timor dalam peredaran sejarah.


Seperti apakah atmosfer di sekitar tungku api, sobat bolehlah menginvestasikan sebagian kecil waktunya untuk berkunjung ke desa Haumeni.


Saya pun siap untuk menyambut dan memandu liburan Anda di kampung halamanku.



Salam kearifan lokal budaya. Instagram: @Literasi_Tafenpah, @Suni_Frederikus | Email: tafenpahtimor@gmail.com dan Fredyysuny18@gmail.com





Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Ta' han Teu Tunaf (Tradisi) Memasak Masyarakat Dawan Haumeni - Tafenpah"