Pesona Desa Haumeni, Sumber Daya Manusia dan Ketiadaan Dukungan
Penulis: Fredy Suni
![]() |
Sumber olahan Canva dari Penulis |
HAUMENI, Tafenpah.com - Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pesona alam Desa Haumeni yang indah, belum dikelola dengan baik oleh masyarakatnya. Karena ketiadaan rasa kekompakkan dan dukungan antara senior dan yunior.
Hal ini disebabkan oleh ambisi, gengsi, dan dunia ego.
Padahal, ketika kita melihat potensi sumber daya manusia dan alamnya itu menyimpan kekuatan maha dahsyat.
Karena desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu tidak kalah dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia.
Sayangnya, potensi tersebut, ikut lenyap, sirna, hilang, dan tak berdaya dengan ego dan superego masyarakatnya.
Miris yang tentu saja miris. Karena sebagai generasi milenial desa Haumeni, saya pun merasa kecewa.
Rasa kecewa saya bermula dari desaku yang dulunya terkenal dengan sumber penghasil kayu cendana terbesar di bagian perbatasan RI - Timor Leste. Tapi, sekarang hanya tinggal namanya saja.
Negara Belanda dan Portugal pun berambisi untuk datang dan menguasai desa kecil itu.
Namun, masyarakatnya pun kian tak berdaya. Karena persoalan 'siapa yang hebat dan tidak.'
Begitu pun, persoalan 'siapa yang memiliki kasta atau pun status sosial yang lebih tinggi' dalam kehidupan bermasyarakat.
Padahal, jika seandainya, kekuatan SDM desa Haumeni bersatu.
Tak berlebihan, desa Haumeni akan menjadi salah satu desa penghasil manusia cerdas berwawasan global di pelosok Kecamatan Bikomi Utara.
Pergolakan ini muncul, ketika beberapa bulan lalu, saya meliput pesona desa Haumeni dan dinamika kehidupan sosial masyarakatnya dan mempublikasikan di Media Metasatu (Media) saya bekerja.
Video sederhana itu menampilkan pesona pariwisata alam yang menjajikan. Selain, kekayaan kearifan lokal budaya.
Bahkan, rekan-rekan Jurnalis nasional yang berada di daratan Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan lain sebagainya mengakui keindahan desa Haumeni.
Namun, masyarakatnya saja tidak menyadari dan mengapresi kekayaan tersebut.
Tentu saja, ini bukan perkara membandingkan. Tetapi, ini menyangkut kegelisahan akan rasa memiliki (sense of belonging), rasa keberadaan (sense of being), rasa cinta (sense of love), rasa kehidupan (sense of life) dan lain sebagainya.
Kesadaran itu Ada, Bila Ada Rasa Cinta
Menyadari dan mencintai adalah dua hal yang perlu dihidupkan oleh generasi Haumeni.
Terutama generasi mudanya yang kian banyak bertitel. Tapi, masih menganut pemikiran primitif.
Tulisan ini pun bagian dari rasa cinta Penulis terhadap kampung halaman tercinta.
Orang cerdas tidak akan pernah melupakan sejarah di mana ia dilahirkan dan dibesarkan.
Mudah-mudahan kita generasi muda Haumeni bisa berbuat sesuatu untuk tanah air cinta.
Apa yang sudah terjadi dengan pemikiran senior, biarkanlah itu menjadi pembelajaran untuk kita yang muda, demi kemajuan Desa Haumeni yang lebih baik lagi.
Salam cinta dari saya untuk desa tercinta
Instagram; @Literasi_Tafenpah dan @Suni_Frederikus
Posting Komentar untuk "Pesona Desa Haumeni, Sumber Daya Manusia dan Ketiadaan Dukungan"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat