Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Awal dan Akhir Kosmos Ditinjau dari Pemikiran Para Filsuf

Sumber gambar: Koropak

Oleh: Sebastianus Julian Harjoni

Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA KUPANG

 

Apa itu Kosmos? Apakah Kosmos memiliki saat awal dan saat akhir?


Tafenpah.com - Banyak dari para pemikir atau ilmuan bertanya-tanya tentang kosmos, apakah kosmos memiliki saat awal dan akhir ? Para filsuf baik itu dari zaman klasik maupun zaman modern telah memaparkan pemikiran mereka tentang alam semesta ini (kosmos). 


Banyak yang berpendapat bahwa kosmos ini memiliki saat awal dan saat akhir tapi ada juga yang berpendapat bahwa kosmos ini tidak memiliki saat awal tapi memiliki saat akhir. Argumen-argumen ini tentunya melahirkan pertanyaan yang masih berlanjut sampai sekarang ini apakah kosmos itu memiliki saat awal dan saat akhir?   

Apa Itu Kosmos?

Kata kosmos berasal dari bahasa Yunani yang berarti bumi, yang tersusun menurut peraturan dan bukan yang kacau tanpa aturan. Kosmos juga berarti alam semesta.[1] Alam semesta berarti jagat raya, kemudian jadi cabang ilmu kosmologi yang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan integral. Sedangkan kosmos secara literal berarti tatanan dan keindahan. Alam semesta atau disebut bumi adalah suatu planet di dalam tata surya yang mengitari matahari.


Pembahasan mengenai penciptaan alam di dalam kajian para filosofis, biasanya dimasukkan kedalam pembahasan mengenai kosmos. Sedangkan kosmos termasuk bagian dari filsafat alam yang didalamnya membicarakan inti alam, isi alam dan hubungannya satu sama lain dan dengan keberadaanya dengan yang ada mutlak.[2] Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal usul alam semesta disebut kosmogoni, sekarang para ahli astronomi modern mengatakan kosmogoni merupakan ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi alam semesta dan sekarang telah diperluas menjadi kosmologi.


Menurut paham naturalisme, pengertian alam sebagai pengertian yang pokok dan hakiki, sedangkan arti luas alam ialah hal-hal yang ada disekitar kita dan yang dapat kita serap secara indrawi, secara lebih cermat istilah alam dapat di pakai untuk menunjukan ruang dan waktu. [3] ada juga yang mengatakan bahwa munculnya kosmos diawali dengan (Teori Big Bang)[4]. Teori Big Bang memprediksi bahwa alam semesta mengembang. Jika ini benar, maka kita harus melihat semua galaksi lain bergerak menjauhi kita dengan kecepatan yang tergantung pada seberapa jauh galaksi.


Mengenai terjadinya alam semesta, George Ganow berpendapat pada saat-saat permulaan dari timbulnya alam semesta ini adalah bahwa semua massa (benda-benda) yang akan membentuk alam semesta seperti galaksi-galaksi, semua nebula, gas-gas, matahari, bintang-bintang, seluruh planet dan satelit serta zat-zat kosmos lainya, berkumpul menjadi satu di bawah tekanan yang maha tinggi dan sangat kuat, sehingga menyebabkannya pecah dan runtuh berantakan (collase). Hal ini yang disebut meledak dengan berkepingkeping. Kepingan-kepingan itu akhirnya menjadi bintang-bintang, matahari, planet-planet, satelit-satelit, galaksi, nebula dan benda benda semesta lainya bertaburan memenuhi ruang kosong.[5]


Sumber gambar: Kaskus

Alam Semesta kita begitu menakjubkan, mulai dari bintang yang lahir dan mati, planet-planet yang mengitari matahari, sinar kosmik, dan hal-hal misterius lainnya yang masih misteri dalam ilmu sains manusia. Ada dua cabang ilmu dasar yang mempelajari alam semesta, yaitu astronomi dan kosmos. Astronomi mempelajari benda-benda angkasa di luar Bumi dan merupakan salah satu ilmu tertua dalam peradaban manusia. Dan kosmos juga mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berasal. Selain itu kajian kosmos dari penelitian ini adalah alam semesta dan bendabenda yang terdapat di dalamnya yang ada hubunganya mencakup integrasi dan relasi “Tiga realitas” antara Allah, makrokosmos dan mikrokosmos.

 

Pandangan dari Para Filsuf

Pertanyaan sekarang ialah Apakah kosmos memiliki saat awal dan saat akhir? Untuk menjawabi pertanyaan ini, penulis mencoba menyajikan beberapa pemikiran dari para filsuf yang dengan caranya sendiri menguraikan tentang kosmos itu sendiri.


Pertama, Paramides. Menurut Paramides alam semesta tidak memilki saat awal dan saat akhir. Filsafat Paramides yang mendasarkan pada asumsi bahwa yang tetap adalah yang ada, tanpa gerak tanpa perubahan, ruang dan waktu adalah ilusi.[6]


Kedua, Spinoza. Menurut Spinoza, alam pada hakikatnya identik dengan Tuhan; tidak ada perbedaan antara Tuhan dan alam. Tuhan bukan pencipta alam, tetapi Tuhan ialah alam itu sendiri. Alam dipahami Spinoza sebagai hal yang bersifat ganda. Aspek pertama adalah alam sebagai proses aktif dan vital; sebagai alam yang menciptakan. Aspek ini disebut natura naturans. Aspek kedua disebut natura naturata yang berarti alam yang diciptakan. Oleh karena Tuhan identik dengan alam, maka alam pada hakikatnya kekal adanya, tidak rusak, tidak akan muncul alam baru, dan tidak memiliki saat awal dan akhir.[7]


Sumber gambar: Malang

Ketiga, Imanuel Kant. Menurut Imanuel Kant tidak dapat dibuktikan apakah kosmos itu memilki saat awal dan saat akhir. Sebagimana telah dibuktikan antinomi ruang dan waktu; apapun argumentasi yang diajukan, apakah alam memiliki awal waktu atau tidak memiliki akhir waktu, semua jawaban yang diajukan akan sampai pada antinomi. Sebab ruang dan waktu bukanlah realitas, melainkan hanya satu bentuk “a priori pengamatan”.[8]


Sedangkan filsuf yang berpandangan bahwa kosmos itu memiliki saat awal dan saat akhir adalah Whitehead. Dia mengajarkan bahwa entitas abadi yang tidak memilki saat awal dan saat akhir hanyalah Tuhan, sebab pada hakikatnya Ia adalah yang awal dan yang akhir. Semua entitas di luar Tuhan selalu di dalam “proses menjadi”. Pandangan Whitehead ini disebut “Panentheisme”, artinya semua serba Tuhan.[9]


Jika melihat pandangan dari beberapa filsuf ini, kita bisa memahami bahwa berbicara tentang saat awal dan saat akhir kosmos bukanlah suatu pembicraan yang final. Pertanyaan-pertanyaan yang dipaparkan selalu menjadi pancingan untuk mengundang pertanyaan-pertanyaan yang lain, sehingga sebagai ens rationale kita hanya bisa memahami dengan ratio kita.


Sedangkan menurut Thomas Aquinas, hal ini mengajukan pandangan bahwa benda-benda alamiah bertindak seolah-olah di bimbing kearah sasaran atau pun tujuan tertentu, supaya mencapai hasil yang terbaik. Aquinas berargumentasi bahwa kecocokan sarana dengan tujuan mengimplikasikan suatu maksud, tetapi bila melihat benda-benda alamiah tidak memiliki kesadaran, mereka tidak dapat menyediakan sendiri maksud tersebut, oleh karena itu ada wujud berakal tertentu yang olehnya seluruh benda-benda alamiah diarahkan kepada tujuanya, dan wujud ini kita sebut dengan “Tuhan”.


Mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh para filsuf, kembali kita tertuju pada pemikiran dari Imanuel Kant bahwa tidak dapat dibuktikan apakah kosmos itu memilki saat awal dan saat akhir. Tapi ini bukanlah sebuah kesimpulan karena tidak sedikit filsuf atau ilmuan yang meyakini bahwa alam semesta pada hakikatnya tidak pernah berawal dan berakhir. Demikian juga sebaliknya, ada banyak filsuf dan ilmuan yang mengajukan berbagai teori untuk membuktikan bahwa alam semesta mempunyai saat awal dan saat akhir.



[1] Puis A Partanto, Kamus Filsafat Populer, (Surabaya: Arkola, 2000), hlm 376

[2] Poedjawitjatna, Pembimbing kearah Alam Fiksafat, (Bandung: PT Bima Aksara, 1986), hlm 73.

[3]Louis O Kectsoff, Pengantar Filsafat, terjemahan Soejono Soemaryono, (Yogyakrta: Triwacana, 1996), hlm 263

[4] …(Teori Big Bang) Teori ini meyakini bahwa terbentuknya alam semesta berasal dari dentuman yang dahsyat. Teori Big Bang dikemukakan oleh Abbe Lemaitre pada tahun 1920-an. Teori ini meyakini bahwa alam semesta berasal dari gumpalan atom yang sangat besar. Lihat https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/03/173100323/4-teori-terbentuknya-alam-semesta. diambil 13/06/2022

[5] Kurdi Ismail Haji ZA, Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan Dan Al-Quur’an, (Jakarta: Pustaka Amani, 1996), hlm. 19

[6] Joko Siswanto, KOSMOS, (Yogyakarta: Kanisius, 2005) hlm. 46

[7] Ibid.,

[8] Ibid., hlm 47

[9] Ibid., hlm 47 

Editor: Fredy Suni


Profil Penulis: Sebastianus Julian Hardoni


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Saat Awal dan Akhir Kosmos Ditinjau dari Pemikiran Para Filsuf"