Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsep Sahabat menurut Santo Agustinus

 

Ilustrasi gambar dari Rimma

Penulis: Jery Nino | Editor: Fredy Suni

Tafenpah.com - Fokus penulis dalam tulisan ini ialah mengulas konsep sahabat menurut St. Agustinus.  Sahabat adalah orang yang selalu setia dan ada bersama sahabatnya. Seorang sahabat yang sejati adalah orang yang bersikap jujur, setia bertanggung jawab dan rela berkorban. Dewasa ini konsep sahabat mengalami perubahan makna. Perubahan ini terjadi karena adanya kehadiran teknologi. 


Eksistensi teknologi sangat mempengaruhi relasi manusia dengan sesama. Ini adalah satu fenomena yang terjadi di saat ini. Bila kita berbicara mengenai konsep sahabat menurut St. Agustinus di sana kita akan menemukan satu konsep yang mengatakan bahwa manusia itu membutuhkan orang lain. Kapan dan di manapun manusia selalu membutuhkan sesama. 


Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode pembacaan kritis yang bersumber pada beberapa jurnal. Penulis menggunakan metode ini karena metode ini mencari kebenaran secara mendalam lewat informasi yang terkandung dalam bacaan.  Penulis sampai pada satu temuan bahwa memahami konsep sahabat sangat penting. Karena tanpa sahabat manusia tidak akan memahami makna sahabat.

Kata kunci: Sahabat, St. Agustinus, Percaya, Berkorban, Cinta

Pengantar

Pada hakikatnya kehidupan manusia selalu membutuhkan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain karena manusia sadar dia memiliki keterbatasan dalam cara bernalar. Manusia membutuhkan sesama untuk saling melengkapi. Sesama yang dimaksudkan di sini adalah sahabat. Sahabat dalam konsep kita adalah orang yang selalu ada bersama sesamanya di saat suka maupun duka. Bertitik tolak dari pernyataan ini, penulis ingin membahas konsep sahabat secara mendalam menurut St. Agustinus. 


Penulis ingin mengulas tema ini karena penulis melihat bahwa dewasa ini manusia kurang memahami arti dan makna sahabat secara spesifik dalam hidup bersama. Fenomena ini terjadi karena manusia dipanguruhi oleh perubahan zaman. Dari fenomena ini, penulis mengutarakan dua persoalan yang akan diulas dalam tulisan ini; pertama untuk mengetahui apa konsep dasar sahabat menurut St. Agustinus. Yang kedua untuk memahami apa makna dasar dari sebuah persahabatan menurut St. Agustinus. Tujuan adalah untuk menjawab kedua persoalan yang akan diulas dalam tulisan ini dan untuk memberikan pemahaman kepada semua orang supaya mampu memahami arti sahabat yang sejati. 


Rahmatul Ikhsan mengatakan bahwa “sahabat mempunyai makna dan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Kepada sahabatlah seseorang bisa berbagi kesedihan dan kebahagian karena sahabat siap memberikan dukungan, bantuan dan solusi jika diperlukan.” Makna dan peran sahabat dalam hidup hidup manusia itu sangat penting. Makna sahabat yang paling esensial adalah hadir memberikan kebahagian dan kekuatan kepada sesama. Kehadiran sahabat menjadi tempat untuk saling berbagi pengalaman. Salah satu perhatian St. Agustinus dalam kehidupannya adalah tentang sahabat. 


St. Agustinus melihat sahabat itu bukan hanya sekadar sahabat tetapi jauh lebih dari itu ia melihat sahabat itu memiliki suatu nilai yang luhur. Kita tahu bahwa sahabat adalah suatu bentuk hubungan antara satu individu dengan yang lain. Hubungan ini terjadi karena ada intraksi antara satu dengan lain. Dari interaksi ini kemudian melahirkan satu ikatan persahabatan. Persahabatan ini terjadi karena ada rasa respek, menerima dan adanya kepercayaan antara satu individu dengan individu yang lain. 

Pembahasan


2.1. Riwayat singkat St. Agustinus


“St. Agustinus lahir pada 354 M di Thagaste. Kota yang sekarang adalah Souk Ahras di Aljazair Timur terletak sekitar 60 kilometer dari pantai. Ia lahir dengan nama Aurelius Agustinus. Ayahnya, Patrisius adalah seorang kafir. Ibunya, Monika adalah seorang Kristiani saleh dan rajin berdoa. Agustinus berasal dari keluarga sederhana. Pada usia tujuh belas tahun Agustinus melanjutkan pendidikannya di Universitas Karthago. Pada 373 M ia mengalami krisis imannya yang pertama. Agustinus membaca sebuah buku yang berjudul 34 Hortensius karya Cicero.” Kisah perjalanan St. Agustinus menggambar satu kehidupan yang unik. Mengapa? Karena St. Agustinus sejak dilahirkan, ia dihadapkan dengan satu tantangan yang besar. 


Tantangan tersebut bermula dari keluarga di mana kedua orang tuanya menganut kepercayaan yang berbeda. Semasa mudanya ia dikenal dengan orang yang berdosa. Tetapi kemudian ia mulia mencari kebenaran Tuhan dan setelah menemukan kebenaran itu ia bertobat. Ia bertobat karena membaca tulisan Cicero. Karya tersebut membangkitkan dalam hatinya cinta akan kebijaksanaan. Selain karya Cicero, Agustinus bertobat karena berkat doa ibunya bertahun-tahun. Ibunya selalu mempersembahkan suami dan anaknya kepada Tuhan supaya mereka bertobat dan buah doa ini sungguh luar biasa. Ibunya sungguh percaya kepada Tuhan iman akan Tuhan tidak goyah. 


2.2. Arti sahabat menurut St. Agustinus

“Bagi St. Agustinus persahabatan demi kebaikan sahabat merupakan unsur terpenting yang harus dikedepankan. Dalam bentuk negatif Augustinus mengatakan, “Anda mencintai sahabat jika membenci apa yang menyakiti sahabatmu (Augustine, 1990-1997: 49, 5, 5).”  Dari pernyataan ini menjelaskan dengan sangat spesifik bahwa salah satu unsur esensial dalam kehidupan manusia adalah sahabat. Sahabat adalah orang yang selalu hadir bersama temanya di saat suka maupun duka. Namun dewasa ini banyak orang salah mengartikan makna sahabat. Banyak orang menjadikan sesamanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Tentu ini bukan sahabat yang dimaksudkan oleh St. Agustinus. St. Agustinus mengatakan bahwa sahabat adalah orang yang rela berkorban dan hadir bersama sesamanya di saat suka maupun duka. 



“Dalam kenyataan, diri sendiri merupakan suatu pemberian (memberi diri), bukan memberi apa yang menjadi miliknya. Seseorang tidak boleh meninggalkan sahabatnya jika ada perubahan dalam hidupnya, terlebih jika sang sahabat menjadi miskin. Jika orang itu sendiri adalah sahabatku, dia seharusnya tetap menjadi sahabatku, tidak peduli apakah dia mempunyai sesuatu yang baik atau tidak. Jika kita bersahabat untuk memperoleh sesuatu, kita tidak mencintai sang sahabat. “Anda tidak mencintai sahabatmu tetapi anda menginginkan sesuatu yang lain dari sahabatmu (Augustine, 1990-1997: 41, 1-3).”

Satu hal yang ingin diafirmasikan dari pernyataan ini adalah bahwa sahabat yang sejati adalah orang yang tahu bertanggung jawab dengan sesamanya. 


Bertanggung jawab yang dimaksudkan di sini adalah memberikan atensi kepada sesama tanpa mendiskriminasi. Dewasa ini banyak orang menjadi korban karena adanya penipuan dengan sesama. Awalnya mereka menyamar sebagai sahabat tetapi setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan ia akan lupa diri. Ini adalah satu fenomena yang terjadi dalam hidup bersama. Sikap-sikap seperti ini perlu disadarkan supaya tidak menjadikan sesama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan tetapi jadikan sesama sebagai sahabat untuk saling melengkapi. 


“Jehuru Ruru mengatakan bahwa dalam beberapa karyanya, Agustinus mengutip deskripsi singkat tentang persahabatan dari Cicero: “Persahabatan tidak lain daripada persetujuan cinta antara manusia dan Tuhan atas dasar kebaikan (benevolence) dan cinta. Dalam definisi kita temukan tiga aspek penting: (1) persetujuan, (2) kebaikan, dan (3) cinta.”  Persahabatan ini terjadi karena ada persetujuan antara manusia dengan Tuhan. Dan hal ini didasarkan pada kebaikan dan cinta. Persetujuan, kebaikan dan cinta menjadi dasar dalam membangun suatu persahabatan.

“Dalam Yohanes 15:14-15, Yesus menyebut para murid sebagai sahabat-sahabat-Nya. Ia tidak lagi memandang kedudukan para murid sebagai hamba-hamba melainkan Yesus menganggap mereka dalam kedudukan yang setara dengan Dia, yaitu sebagai sahabat-Nya. Dalam hal ini persahabatan manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia dimulai dari dan melalui karya Yesus Kristus.”  


Yesus melihat para muridNya sebagai sahabat. Yesus melihat mereka sebagai sahabat karena Yesus melihat bahwa mereka ini adalah orang-orang yang selalu setia dan rela berkorban. Salah satu indikasi menjadi sahabat sejati adalah setia dan rela berkorban seperti Yesus rela berkorban ada bermasa orang lain di saat suka maupun duka. “Hal ini tampak dalam kata-kata Yesus, “kamu adalah sahabat-Ku”, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu, sebagaimana tertuang dalam hukum Kasih. Kasih (agape) adalah prinsip moral dan merupakan norma mutlak dalam etika situasi.” Yesus menegaskan bahwa sahabat itu adalah orang yang taat dan mengikuti perintah sesama. Sahabat adalah seperti Yesus dan murid-muridNya. St Agustinus juga mengatakan hal yang senada bahwa menjadi sahabat berarti siap untuk rela berkorban tanpa ada unsur paksaan.



“Di bagian ini, sahabat-sahabat Ayub digambarkan sebagai orang-orang yang bijak dan tahu apa yang tepat dilakukan di hadapan temannya yang menderita. Melihat malapetaka yang menimpa Ayub tidak ada kata yang kiranya pas untuk dikatakan. Mereka duduk diam menemani Ayub selama tujuh hari tujuh malam (bdk. Ayb. 2:13). Kebisuan mereka pecah tatkala Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya, sebagaimana dikisahkan dalam Ayb. 3:1-26.” Dari pernyataan ini ingin menyadarkan kita bahwa sahabat yang sejati adalah sahabat yang memiliki rasa simpati dan empati terhadap sesamanya. Hal ini terlihat dalam Ayub dan sahabat-sahabatnya. Mereka selalu hadir dan memberikan peneguhan kepada sesamanya yang menderita. Ini adalah satu gambaran sahabat sejati yang dimaksudkan oleh St. Agustinus.


“Kehadiran Sahabat Setia ketika Andien sedang bernyanyi di atas panggung pun membuat dirinya senang. Andien merasa kehadiran Sahabat Setia Andien memang patut untuk diapresiasi karena ada pengorbanan yang dilakukan oleh Sahabat Setia Andien ketika mereka ingin bertemu dengan Andien. 


Mereka akan berkorban waktu, materil, dan juga pengorbanan lainnya yang telah dibahas pada subbab sebelumnya.” Satu hal yang ditekankan dari pernyataan ini adalah bahwa menjadi sahabat sejati itu harus berkorban. Berkorban yang dimaksudkan di sini adalah mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu untuk membahagiakan sesama. Buah dari pengorbanan akan melahirkan ikatan persahabatan yang abadi. Hal ini juga ditegaskan oleh Agustinus bahwa menjadi sehabat itu harus rela berkorban dan melayani dengan total tanpa mengharapkan imblan.

 Sahabat lahir dari cinta

Indozone

Salah satu bentuk sahabat yang sejati adalah mencintai tanpa memandang suku, ras, budaya dan agama. Bentuk persahabatan seperti ini akan melahirkan sahabat yang sejati. Tentu persahabatan ini lahir karena ada cinta antara satu dengan yang lain. Cinta yang dimaksudkan di sini adalah cinta yang universal artinya mencintai sesamanya bukan karena ada kepentingan tetapi karena mereka sadar dan tahu bahwa dalam membangun sebuah persahabatan butuh cinta. Cinta ini akan melahirkan perhatian dan kesetian terhadap sesama. Dewasa ini banyak orang mengalami krisis persahabatan. Fenomena ini terjadi karena tidak ada kasih dan cinta dalam membangun relasi dengan sesama. Ini adalah satu realita yang terjadi dalam dunia saat ini. 


 “Agustinus berpendapat bahwa persahabatan bukan suatu yang dangkal. Persahabatan adalah sesuatu yang mendalam, yang menuntut perhatian yang besar. Augustinus mendeskripsikan cinta sebagai suatu kebaikan atau keutamaan, karena itu dikatakan, menghendaki kebaikan bagi sesama dan keterpikatan kepada sesama.” 


Satu hal yang perlu diingat bahwa dalam membangun suatu persahabatan itu butuh perhatian yang intensif. Artinya persahabatan itu bukan hanya sekadar datang, berjumpa lalu setelah itu lenyap. Tentun ini bukan yang dimaksudkan oleh St. Agustinus. Yang dimaksudkan Agustinus dalam membangun suatu persahabatan adalah butuh perhatian dan perhatian itu direalisasikan dalam bentuk cinta yang nyata. St. Agustinus ingin mengafirmasikan bahwa persahabatan itu sangat berharga dan memiliki nilai yang besar dalam hidup bersama. Tentu hal ini harus direalisasikan dengan tindakan yang nyata. Salah satu tindakan yang nyata adalah cinta. 


Cinta akan melahirkan persahabatan yang sejati. Namun dalam realitanya banyak orang kurang menyadari hal ini. Mereka melihat sahabat hanya sebatas pengucapan kata-kata yang tidak memiliki makna. Sebenarnya konsep sahabat menurut Agustinus sangat luas. Namun Ia menegaskan bahwa persahabatan itu harus memiliki keutamaan seperti setia, berkorban, jujur dan bertanggung jawab.  Keutamaan-keutamaan ini merupakan inti dari sebuah persahabatan. 


 Persahabatan lahir dari kebenaran


Satu hal yang ditegaskan St. Agustinus dalam hal persahabatan adalah cinta akan kebenaran. Cinta akan kebenaran yang dimaksudkan di sini adalah seorang sahabat harus mampu mengungkapkan fakta yang sesungguhnya kepada sesama. Fakta ini akan melahirkan suatu persahabatan yang abadi. 


Contoh mengungkapkan kebenaran terhadap sesama yakni menegur dan menasihati sesama bila salah dan memberikan motivasi dan solusi di saat sahabat mengalami krisis hidup. Pengungkapan ini harus didasarkan atas fakta-fakta yang memang benar-benar terjadi. Artinya bukan memberi teguran dan nasihat karena hanya ingin dipuji dan dianggap. Bila seorang sahabat mampu menyampaikan atas dasar cinta akan kebenaran di situ akan lahir satu kepercayaan yang besar terhadap sahabat.


“Armada Riyanto mengatakan bahwa Relasi aku dan sesamaku (engkau) memiliki kebenaran bahwa keduanya berada dalam zona komunikasi sehari-hari hidup manusia. Aku menjadi eksistensi yang mengelola dan menjaga keberadaanku, keberlangsunganku, dan keindahanku. Demikian juga dengan sesamaku.” Armada Riyanto menjelaskan dengan sangat spesifik bahwa relasi antara sahabat dan sesama memiliki kebenaran. 


Kebenaran yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam membangun relasi dengan sahabat. Tanpa komunikasi yang intes tidak akan melahirkan persahabatan yang sejati. Kebenaran akan melahirkan suatu persahabatan sejati bila ada komunikasi. Hal senada juga disampaikan oleh Agustinus bahwa cinta akan kebenaran itu akan terwujud bila ada relasi dan komunikasi yang intes antara sahabat dan sesama.


Dasar persahabatan menurut Agustinus


Dalam membangun sebuah persahabatan tentu harus ada dasar. Dasar dari sebuah persahabatan adalah cinta. Cinta merupakan dasar yang sempurna dalam membangun relasi dengan sesama. Tanpa cinta, persahabatan tidak akan ada arti dan makna. Persahabatan itu memiliki makna karena di dalam membangun relasi ada cinta. Cinta yang paling sempurna adalah cinta Allah sendiri. Allah menjadikan manusia sebagai sahabat karena Allah sungguh mencintai manusia tanpa pilih kasih. Persahabatan antara Allah dan manusia yang paling fundamental adalah cinta. Cinta Allah kepada manusia menjadi dasar dalam membangun sebuah persahabatan. 


“St Agustinus mengatakan bahwa pada kodratnya manusia mengarahkan diri pada kesempurnaan yang menjadi faktor pendorong untuk menjalin hubungan persahabatan sebagai salah satu jalan menuju kesempurnaan eksistensi. Dalam hal ini manusia secara alamiah bergerak ke asalnya, sebab ia dihormati sebagai ciptaan Tuhan.” St. Agustinus menjelaskan dengan sangat spesifik bahwa dasar dalam menjalin persahabatan itu didorong oleh Sang cinta yang sempurna. Sang cinta yang dimaksudkan di sini adalah Allah sendiri. Allah sendiri yang berinisiatif mendorong manusia untuk membangun relasi persahabatan dengan penuh cinta.

Kesimpulan

Pada hakikatnya kehidupan manusia selalu membutuhkan kehadiran sesama. Manusia membutuhkan sesama karena manusia sadar bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam cara berpikir. Kehadiran sesama yang dimaksudkan di sini menurut St. Agustinus adalah sahabat. Sahabat adalah orang yang selalau ada bersama sesamanya di saat suka maupun duka. 


Eksistensi sahabat dalam hidup bersama harus membawa cinta dan kedamaian. St. Agustinus ingin memberikan satu cara pandang kepada kita bahwa inti dari sebuah persahabatan adalah membangun relasi dengan sesama tanpa memandang bulu. Satu hal paling penting dalam membangun relasi harus didasarkan pada cinta, pengorbanan dan kesetiaan. Inilah persahabatan sejati yang dimaksudkan Agustinus. 


Daftar Pustaka 

Kurniawan, Valentinus Febianto Bayu. “Tinjauan Kekudusan Pelayanan Dari Pelayan Sakramen Yang Berdosa Menurut Santo Agustinus Dari Hippo.” Focus 1, no. 2 (2020): 33–40.

Nacional, Congreso. “No PEMAKNAAN MENJADI FANS DALAM SAHABAT SETIA ANDIEN.” Journal of Petrology 369, no. 1 (2000): 1689–1699. 

Rahmatul Ikhsan. “ANALISIS KINERJA SAHABAT PERPUSTAKAAN DALAM SEMUA BAGIAN DI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG.” Jurnal Pustaka Budaya 7, no. 1 (2020): 18–25.

Ruru, Jehuru. “Santo Agustinus : Apakah Aku Mempunyai Sahabat ?” jurnal Agama & Kebudayaan Linen 4 nomor 2 (2008). http://jurnal.stft-fajartimur.ac.id/index.php/lim/article/view/80.

Wardoyo, Gregorius Tri. “Dalam Perspektif Kitab Ayub.” Seri Filsafat & Teologi 30 (2020): 200–215.


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Konsep Sahabat menurut Santo Agustinus"