Hujan Kelap Kelip Bundaran PU Kupang

Susana malam Bundaran PU Kupang.Dokumen Tafenpah

Tafenpah.com - Malam semakin ditelan oleh hujan kelap-kelip di area Bundaran PU Kupang, saya dan adik Kanis Kolo menikmati ruang publik warga Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu dengan ditemani oleh secangkir kopi Kapal Api produk Mayora.


Sesruput kopi hangat cukup membantu kami untuk mengusir hawa panas kota Kupang pada malam hari. Tampak dari kejauhan, ada pedangan kaki lima yang berjejeran di sepanjang trotoar Bundaran PU Kupang yang sibuk melayani pengunjung.

Tafenpah

Sementara, di pelataran Bundaran PU itu ada kelompok-kelompok kecil yang berkumpul dan bercerita tentang kehidupan. Sejauh mata memandang, suasana Bundara PU Kupang sangat ramai.


Arah jarum jam tangan menunjukkan pukul 21.00 WITA, beberapa kelompok berhenti sambil bercanda tawa di depan kami sambil menceritakan kisah perjalanan mereka melintasi daratan Pulau Timor yang sangat menakjubkan.

Kanis Kolo sementara berjuang untuk mengalahkan musuh-musuhnya dalam permainan Free Fire.Dokumen Tafenpah

Memang, alam semesta itu memiliki kekuatan maha dahsyat. Di mana ia bisa saja memisahkan keluarga dan menceraiberaikan tatanan kehidupan sosial budaya setempat. Tetapi, ada sisi keunikan yang dimiliki oleh semesta, yakni kehidupan.


Kehidupan itu dimulai dari alam dan pada akhirnya akan kembali kepada alam. Demikian hukum kausalitas atau (Sebab-Akibat) dalam disiplin ilmu Filsafat Kosmologi.


Ya, begitulah yang saya tangkap dari cerita para pengembara dari seberang lautan yang berkonvoi dengan motor trail mereka di hamparan Bundaran PU Kupang.


Kecerian Pengunjung dan Suasana Romantika

Keceriaan Pengunjung di taman Bundaran PU Kupang.Dokumen Tafenpah

Jika dulu wisatwan dari domestik atau daerha sendiri berlomba-lomba untuk pergi menjelajahi benua biru (Eropa), Asia Timur, Afrika, Australia, dan Amerika Latin untuk mencari spot-spot yang menarik dan menakjubkan.


Tetapi, kini justru wisatwan dari mancanegara yang datang mencari keteduhan di alam pulau Timor, Nusa Tenggara Timur yang masih belum dikenal luas oleh publik global.


Terutama di daerah-daerah pelosok perbatasan RI - Timor Leste yang memiliki alam yang masih peran atau belum disentuh oleh tangan-tangan jahil kaum berdasi di balik senyuman sumringah dalam setiap tayangan layar kaca Televisi.


Hemat saya, pengunjung semakin ramai di Bundara PU Kupang. Tentu saja suasan tersebut meninggalkan goresan romantika bagi penulis sendiri.


Karena selain mencuci pikiran, hati, telinga, dan perasaan, penulis juga mencuci mata dengan deretan nona Kupang yang berkulit sao matang, senyuman manis berlesung pipi dan eksotis itu membuat bank rindudi dalam hati penulis semakin kuat dan rasanya ingin berlama-lama di kota Kupang dalam waktu yang sangat lama.


Menikmati Suasana Kekeluargaan serta Belajar Bisnis dari Penjual Kopi

Ibu Deti asal Bajawa yang setia bekerja 24 di Bundaran PU Kupang.Tafenpah

Bundaran PU Kupang tidak hanya dijadikan sebagai ruang publik untuk bersenang-senang, tetapi ada juga nilai-nilai humanistik di dalamnya.


Di mana, Bundaran PU Kupang telah menyatukan segala macam perbedaan. Karena semua orang merasa aman, tenang, dan bebas mengekspresikan diri tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun.


Selain itu juga, ada pejuang-pejuang rupiah, yakni para pedagang kopi yang rela bekerja selama 24 jam untuk menambah ekonomi keluarga mereka.


Ya, sebut saja, Ibu Deti yang sudah menginjak usia 44 tahun asal Bajawa ini, tetapi daya semangat, kerja keras, pantang menyerah, dan mengalahkan ego demi kebahagiaan anak dan keluarganya patut dijadikan sebagai teladan dan inspirasi bagi pengunjung.


Namun, untuk mendapatkan inspirasi tersebut secara langsung, pengunjung harus berani membuka dialog dengan sesamanya demi memperkaya wawasan akan enterpreneurship atau membangkitkan semangat kewirausahaan dalam menyambut bonus demografi tahun 2030.


Akhirnya, Bundarana PU Kupang juga sebagai ruang pertumbuhan ekonomi UMKM di tengah Pandemi global yang belum berakhir di tanah air tercinta.


Salam Tafenpah



TAFENPAH.COM
TAFENPAH.COM Salam Literasi. Perkenalkan saya Frederikus Suni. Saya pernah bekerja sebagai Public Relation/PR sekaligus Copywriter di Universitas Dian Nusantara (Undira), Tanjung Duren, Jakarta Barat. Saya juga pernah terlibat dalam proyek pendistribusian berita dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ke provinsi Nusa Tenggara Timur bersama salah satu Dosen dari Universitas Bina Nusantara/Binus dan Universitas Atma Jaya. Tulisan saya juga sering dipublikasikan ulang di Kompas.com. Saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), selain sebagai Karyawan Swasta di salah satu Sekolah Luar Biasa Jakarta Barat. Untuk kerja sama bisa menghubungi saya melalui Media sosial:YouTube: Perspektif Tafenpah||TikTok: TAFENPAH.COM ||Instagram: @suni_fredy || ������ ||Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Hujan Kelap Kelip Bundaran PU Kupang"