Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rizal dan Nostalgia

 

Rizal dan kenangan.Pixabay.com

Oleh: Martinus Tumanggor

TAFENPAH.COM - Betapa berbedanya malam ini. Sukacita. Kegembiraan. Kebersamaan terasa sangat sepi. Alam semesta. Cakrawala di atas berteman angin malam dan diterangi rembulan, terlihat berlinang air mata. Malam ini tidak ada lagi kunang-kunang yang mengedipkan pijar-pijar kedamaian. Eringan kaum jangkrik juga tidak lagi terdengar dari gedung-gedung yang membawakan madah pujian. Semua terbungkam dan semua tersekap.


Aku tidak bisa pulang ke pelukan tersayang. Kerinduan pada peluk membuat aku semakin meradang setiap harinya. Rindu akan kumpul-cerita bersama orang tua dan sanak saudara di hari natal. Selamatan keliling rumah dan berbagi sukacita. Keeseruan bermain kembang api bersama teman-teman di akhir tahun dan beribu kerinduan ingin pulang, kini terbatalkan semuanya. 


Doa-doa terus terucap setiap waktu dari tubuh-tubuh tersekap, aku, berharap kehidupan ini akan kembali normal dan yang sedang rindu bisa pulang. Kalian tahu, desember tahun ini sungguh berbeda. Aku bingung. Apakah harus bersyukur ataukah aku harus tersungkur tak berdaya. Walau bagaimana pun, tetap aku ucapkan maaf dan terima kasih pada tahun ini di tanggal bungsu bulan desember. Maaf, telah membuatku menjadi orang yang tak berdaya. Dan terima kasih, telah membuat rinduku semakin besar hingga aku bersedih di bawah langit. Bernostalgia dengan bulan yang sama di tehun-tahun yang telah lalu.


***

“Mundus, lu tolong pi cari lampu kelap-kelip di dalam Sakristi dolo” ucapku kepada Mundus yang sedang duduk ngemil dekat kandang natal. “Mundu, sekalian bawa datang deng semua patung-patung dong e” teriakku dari depan Gedung gereja. Ya hari ini, desember 2019, kami Orang Muda Katolik (OMK) bertanggung jawab untuk menyiapkan dekorasi dan kendang natal di gereja. Sejak kemarin, 23 desember, kami semua telah bergerak untuk menyiapkannya. Kaum wanita bergerak untuk mencari bunga-bunga indah untuk menghias altar, ada juga yang di bagian dapur dan kaumku, para lelaki, bertugas untuk mempersiapkan pohon natal dan embel-embelnya.


“Kaka, ini ada sekitar lima lampu ni yang masi jadi, dan yang laen dong ada rusak. Kermana su?” Mundus membawa lampu-lampu itu kepadaku setelah mengeceknya. “Hae begitu ko? Na lu pi cari Bapa David ko beli kasi kita lampu sekitar tiga begitu ko” jawabku singkat dan menyuruh Rendi pergi. “Toni, lu pi ikut Rendi te itu anak kadang-kadang babingung” Toni mengikuti Mundus ke kios terdekat. Lalu aku melanjutkan memotong huruf untuk tema perayaan Natal hingga Tahun Baru nanti. Aku tidak bekerja sendirian di sini, ada Rio, Riki dan beberapa OMK lainnya.


“Zal, ini nanti pohon natal kita buat kermana? Atau kita potong lidah buaya hutan sa?” ucap Rio mengingatkanku yag hampir lupa dengan pohonnya. “Aduh betul sudah” Aku menepuk jidat sadar akan kebodohanku. “Kita buat pake senar dengan ban sa e” jawabku mulai Menyusun strategi. “Itu kermana lai kaka?” tanya Dika yang kebingungan. “Nanti baru liat sa. Sekarang besong, masing-masing dua orang, pi beli senar sepuluh roll dan yang laen pi cari ban oto bekas. Yang belom ada tugas, besong pi cari kasi kita koran bekas. Pi minta di mana ko” Semua bergegas pergi meninggalkan aku dan Maksi di depan Gedung gereja.


Ku sibuk memotong gabus dan Maksi juga sibuk mewarnai huruf yang telah kupotong. Hari-hari di bulan desember adalah suatu kewajiban untuk super sibuk. Semua demi memeriahkan perayaan  Natal dan Tahun Baru. “Zal, menurut lu perayaan ini tahun kermana?” tanya Maksi di seberangku. “Kita kasi rame sa to kaka” jawabku enteng. “Bukan itu. Nanti bagian ajuda, keamanan dan seksi yang lain kermana? Semua su atur ko?” sambung Maksi. “Kemarin semua su omong di rapat panitia, tetapi nanti kita omong deng anak-anak dong” jawabku dan melanjukan memotong huruf.


“Wih, kaka dong pu sibuk lai” gurau seorang wanita sembari mendekat. “Eh, Kak Erna. Kita begini su e. Penerus Gereja gitu loh” jawabku penuh candaan. “Na berenti tahan dolo. Ini ada biskuit deng kopi. Minum e” Kak Erna mempersilahkan. “Ia kak, masi tunggu anak-anak yang lain dong.” Akuu melanjutkan pekerjaanku. “Kak Erna dan jajaran belakang, terima kasih o” teriakku menembus lorong dapur. Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh. Ya istrahat sejenak dan menikmati hidangan kaum dapur.


***

“Kak Rizal, itu barang-barang dong su ada semua. Kita langsung kerja su ko?” seru Dika yang tak sabar membuat pohon natal dari senar. “Ho sebentar dolo. Duduk ko minum kas abis ini barang dong di bawah” perintahku sambil menunjukkan hidangan tadi. Kami istrahat sejenak. Istrahat versi kami bukan berarti diam total dan merebahkan badan di lantai. Istrahat kami itu sambal menikmati kopi dan biscuit, tangan terus bergerak dengan peralatan yang ada di sekitar. Saat-saat seperti ini adalah sesuatu yang paling menyenangkan bagiku. Duduk bersama dan bersenda gurau lalu tertawa. Sesederhana itu.


Setelah itu, kami melanjutkan pekerjaan, sebab sebelum pukul enam sore semuanya harus selesai agar perayaan malam natal dapat terlaksana. Aku dan beberapa adik OMK membuat pohon natal dari bahan yang telah disiapkan. Lalu Maksi, sebagai ketua OMK, membimbing adik-adik yang lain untuk memasang tema malam Natal. Semua melakukan tugasnya masing-masing,begitu juga dengan kaum hawa sibuk mendekor dan membersihkan gereja. Semua pekerjaan untuk perayaan itu selesai sebelum pukul enam sore. Dan semuanya menyiapkan hati untuk mengikuti misa Malam Natal.


Setelah perayaan selesai, Kak Maksi mengarahkan anak-anak OMK untuk tidak pulang dulu. Sebab masih ada beberapa hal yang harus dibereskan. Ya seperti biasanya. Ada yang membersihkan tempat duduk dari lilin-lilin yang menempel keras. Ada yang mengganti kain Altar. Ada yang menyapu gedung gereja. Aku, Kak Maksi dan beberapa adik-adik tadi, mengganti latar dan tema perayaan. Ya ku sebut beberapa karena memang kaum lelaki yang mengikuti OMK hanya sedikit saja. Hampir tujuh puluh persen adalah kaum wanita. Walau demikian, ya nikmati saja.


Setelah semuanya selesai, Kak Erna berinisiatif agar semua anggota OMK tidak pulang cepat. “Adik-adik deng kaka-kaka dong, kita jangan pulang dolo e. Kita duduk-duduk cerita sedikit” Kami semua setuju dan duduk bercerita bersama. Banyak hal menarik yang terjadi. “Terus nanti acara tutup tahun ni, kita bagaimana?” tanya Agnes di tengah serunya perbincangan. “Tahun baru kita harus buat acara e. Atau bagaimana om boss?” lemparan pertanyaan yang tidak perlu dijawab. “Untuk tutup tahun, aman.” Cepat tanggap dari Kak Maksi. “Itu sopi deng kemabng api su terjamin. Sopi, ada Bapa David pu adik yang sumbang dua jerigen. Kembang api, Oko Baba sumbang kasi katong ada berapa ko.” Sambungnya.


“Adih, berarti beta pu Meriam bamboo sonde pake lai ni” ucap Rio sedih mendengar ada pesta kembang api. “nah, beta pu Meriam kaleng ju hanya pajang sa di rumah.” Riki juga ikut sedih. Ungkapan lugu dari dua adik kecil itu, membuat kami semua tertawa terbahak-bahak. “Aduh, besong dua kermana ni? Besong bawa sa besong pung barang tu. Nanti kitab om sam-sama” Aku menguatkan mereka. Perbincangan yang tidak begitu penting teryata mampu menyatukan kami semua, baik kecil-besar atau tua-muda, penduduk lokal atau pendatang. Semua satu dalam OMK. “Sebelum pulang ke rumah masing-masing, untuk kau adam dong nanti besok sampai akhir tahun jangan lupa kita pu kewajiban e. Dekorasi lagi” penyampaian terakhir sebelum bubar.


***

“Hallo, Selamat Natal orang rumah” ucapku menerobos pintu rumah yang memang tidak tertutup. “Selamat Natal juga orang sibuk” sahur adik perempuanku yang super cerewet dari belakang. Lalu kami dalam rumah saling megucapkan Selamat Natal, berpelukan dan bercerita hingga larut malam. Berhubung kakek merayakan Natal di sini, jadi suasananya tambah ramai.  “Tadi Kaka pu lama lai. Ada singgah di mana tadi?” Tanya mama dari bagian dapur seraya mengantarkan minuman dan aneka kue natal. “Sonde. Tadi beta ada kumpul-kumpul dengan anak-anak dong di gereja” aku menjawab seadanya dan tak sabra menghabiskan kue yang disediakan. Ternyata bukan aku saja yang berkeinginan seperti itu, ketiga adikku juga telah menatap aneka kue yang ada dengan mata terang.


Malam itu terasa sangat menyenangkan. Aku melirik jam tanganku, waktu menunjukkan pukul satu dini hari. “Oke semua, beta su mengantok. Jadi beta pamit tidor duluan e” aku pamit ke tempat tidurku dan merebahkan diri di atasnya. Aku tak sabar dengan perayaan esok.


Tanggal 25 Desember 2019. Setelah selesai misa, semua anggota OMK berpencar untuk seamatan keliling. Tujuan kami bertamu dari satu rumah ke rumah lain, selain mengucapkan selamat natal, adalah menghabiskan minuman dan kue natal tuan rumah. Hehehe… dasar tamu aneh. Walau demikian, tuan rumah tidak merasa dirugikan ataupun tidak nyaman tetapi lebih bersyukur karena apa yang disediakan tidak disia-siakan. Seharian penuh, setiap kami hanya bermodalkan perut. Siapa yang perutnya karet berarti menang banyak.

“Selamat Natal Bapa David sekeluarga” ucapan serentak anak-anak OMK dari luar rumah. Dan kami disambut hangat oleh keluarga Bapa David. Kami bercerita bas abasi hingga lupa waktu. “Bapa, yang itu su ada ko?” tanya Kak Maksi mengingatkan Bapa David entang Sopi yang dijanjikan. “Hae, lu ini. Belum apa-apa ju ni. Nanti sekitar tanggal 28 atau 29 dia datang antar. Tunggu sa” jawab Bapa David. “Tapi nanti acara tutup tahun, orang tua ke beta ni bisa gabung ko sonde?” Tanya beliau penuh godaan. Kami semua tertawa mendengarnya. “Kalau bapa kuat. Bisa gabung e. Yang penting pas Meriam deng kembang api babunyi, Bapa jangan jantungan sa, te nanti kami sonde bisa acara tutup tahun” ucap Maksi bergurau. 


Inilah perhentian terlama kami, di rumah Bapa David. Setelah itu, semuanya bubar, takutnya ada tamu yang menanti di rumah masing-masing. Hubungan tamu dan tuan rumah selalu akan berbalas di hari ini. 


Tanggal 31 malam pun tiba. Semua doa dan harapan terucap dari batin akan kebaikan hari di tahun mendatang. Kami semua menanti acara pergantian tahun dengan berbagai kegiatan seperti membuat api unggun, menyanyi Bersama dan ada yang menyiapkan snack pengiring. 


Sebentar lagi Tahun berganti. “Ayo semua siap siap, kita hitung mundur sama-sama” ucap Kak Maksi. Semuanya siap sedia. 10. 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1. Boom. Semua kembang api diluncurkan ke langit malam menari bersama bintang-bintang. Di samping itu tak kalah juga dengan meriam dari Riki dan Rio menambah besar ledakan. Di langit 31 desember semuanya berucap “Selamat tinggal 2019. Selamat datang 2020”.  


***

Aku menarik nafas dalam dan menyandarkan kepalaku ke dinding kamar. Menarik nafas dalam dan tersenyum dengan semua kenangan yang ada. Tak sadar air mataku menuruni lereng pipiku. Dari kamar berukuran 3x3, “Selamat Natal dan Tahun Baru semuanya.” Selamat datang 2021.


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Rizal dan Nostalgia"