Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sederhanaku Hingga Menjadi Jurnalis

Kisah sederhanaku hingga menjadi jurnalis.Tafenpah.com


Hi sobat Tafenpah, apa kabarmu? Saya berharap kamu dan keluargamu selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa..


Mimpi itu bukan hanya sekadar ilusi tapi motivasi bagi kita untuk mengejar impian kita. Banyak orang yang beranggapan bahwa kebanyakan mimpi itu nanti jatuhnya sakit banget. It’s Okey! Because that isn't my business.


Apa yang kita yakini jalani saja. Niscaya pintu menuju mimpi tersebut pada akhirnya akan berada di dalam genggaman tangan kita.


Sebagai mahasiswa drop out (DO) dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang, saya pernah berada dalam situasi yang tidak baik-baik saja. 


Karena pada waktu itu, ada tarik-ulur mengenai masa depan saya. Lalu, pada fase tertentu saya jatuh dalam situasi dilema. Dilema antara melanjutkan studi di Perguruan Tinggi yang sudah di tengah jalan dan Pembinaan sebagai Calon Imam sebagai Frater SVD di Seminari Tinggi SVD Surya Wacana Malang.


Selain masalah tersebut, saya merasa tidak tega juga dengan beban moral yang dialami oleh kedua orangtuaku di kampung Haumeni, Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.


Namun bagaimana pun kehidupan terus berjalan mengikuti algoritma google yang berubah setiap saat.


Saya memutuskan untuk bekerja di salah satu Café & Pizza di Tulungagung, Jawa timur selama sebulan bersama dengan kedua adik sepupuku.


Pada bulan Maret 2019 saya menginjakkan kaki pertama kali di Jakarta dengan sejuta mimpi di dalam benakku. Namun, mimpi tersebut selalu terbentur dengan keadaan (realitas) kehidupan sebagai mahasiswa drop out di tengah persaingan dunia kerja.


Awalnya saya melamar di Indomart puji Tuhan saya langsung diterima. Tapi, persoalan KTP yang masih daerah akhirnya saya melewatkan kesempatan tersebut.


Lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Perusahaan Merry Riana Group (MRG) di Soho Capital, Jakarta Barat sebagai Copywriter.


Di tempat itulah saya melihat diri saya tidak apa-apa. Ya, bisa jadi waktu itu saya insecure (minder) dengan backgroud pendidikan saya yang cuman memiliki Ijazah SMA. Karena tidak menyelesaikan Perguruan Tinggi di kota Malang, Jawa Timur.


Selama hampir tiga bulan saya dan rekan-rekan dari Universitas Indonesia, Ubaya, UGM, dan Universitas bergengsi lainnya berebut satu tiket menjadi copywriter terbaik Miss Merry Riana.


Entah belum rezeki atau satu dan lain hal, saya tidak lolos diseleksi tahap akhir. Karena yang berhasil diterima dari sekian ratusan pelamar hanya satu orang saja.


Kesempatan Untuk Belajar

Dream.co.id

Selepas kejadian itu, saya terus memacu diri untuk menekuni dunia kepenulisan sembari merekatkan relasi dengan rekan-rekan selama mengikuti masa training sebagai bekal untuk perjalanan ke depan.


Lalu, pada akhir Juni 2019 saya memutuskan untuk menerima lowongan kerja sebagai Caregiver (Perawat Lansia). Meskipun saya tidak memiliki pendidikan medis tapi saya percaya bahwa ketika kehadiran saya dengan sikap mau belajar semua akan baik-baik saja.

Mengingat pasien pertama saya aadalah seorang mantan Jenderal TNI Angkatan Darat. Selama hampir tiga bulan saya menemani beliau di kediamannya di Kompleks Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan dan juga bolak-balik Rumah Sakit Kepresidenan atau Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto sudah menjadi menu yang saya lahap setiap hari.


Tiga bulan saya belajar banyak hal dari pasein saya mulai dari dunia hospitality (keramahtamahan) yang masih konek dengan pendidikan calon imam saya, integritas, kejujuran, kedisiplinan, kerja cerdas, dan keberanian untuk memperjuangkan mimpi saya.


Setelah pasien saya sembuh, saya ditawarin untuk menjaga salah ssatu Villanya di Puncak, Bogor, Jawa Barat sekaligus menjadi supir pribadinya. Tapi, saya menolak tawaran tersebut.


Saya ingin mencari tantangan baru dan ilmu pengetahuan yang baru. Mengingat filosofi saya adalah “ke mana pun seorang pengembara/diaspora/perantau melangkah, ia tidak pernah takut, jika di ujung sana tidak ada sumber mata air” – Fredy Suni.


Lagi-lagi saya mendapatkan tawaran untuk menjaga salah satu Opa di Panti Wreda Salam Sejahtera Bogor. Selama hampir enam bulan saya mengukir banyak kenangan manis dan pahir bersama para lansia di sana.


Perkembangan tentang dunia medis pun perlahan-lahan menjadi bagian dari perjalananku menuju rencana Tuhan yang saat itu pun saya belum tahu dengan pasti.


Memang, Abrahm Lincoln mantan presiden Amerika serikat pernah berkata “cara terbaik untuk memperkirakan masa depan adalah menciptakannya.”


Saya rasa saya sudah menciptakan masa depan saya tapi entah kenapa saya selalu merasa kosng di dalam hatiku. Padahal saya selalu menyeimbangkan antara kehidupan rohaniah dan spiritual.

Cikal Bakal Kelahiran Karya Novel Pertamaku di Panti Jompo

Di sela-sela bekerja sebagai perawat lansia, saya juga menginvestasikan sebagian kecil waktu tersisaku setiap hari untuk menulis.


Tak bisa dimungkiri bahwasannya “untuk menciptakan kreativitas di tengah kondisi yang serba sulit adalah sesuatu yang didambakan oleh semua orang” – Fredy Suni.


Kreativitas, mimpi, dan harapan akan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya menjadi satu elaborasi yang terus mendorongku untuk terus berlatih menulis.


Akhirnya di bulan Maret saya resign dari Panti Jompo, di situlah saya ikut menciptakan awal masa depanku dengan merilis novel perdanaku yang berjudul “TERJEBAK.”


Novel itu mengisahkan bagaimana perjuangan dan pergorbanan setiap anak sulung demi pendidikan adik-adiknya, mengangkat derajat orangtua yang sempat terpuruk, meningkatkan taraf ekonomi keluarga, meskipun anak sulung itu harus mengorbankan masa depan pendidikannya, percintaannya, dan persahabannya yang sudah lama terjalin dengan rekan-rekan perjuangannya.


Lalu, saya mencari lagi pengalaman dan pengetahuan baru sebagai karyawan di salah satu Perusahaan Online Shop. Secara materi ssaya kecukupan saat itu tapi secara moral saya cukup terbeban dengan masa depan saya untuk mengejar impian sebagai seorang penulis.


Bekerja dekat Bandara Internasioanl Soekarno-Hatta memang memiliki euforia yang berbeda dalam kehidupanku. Tapi, saya merasa masih ada saja ruang kosong yang mengejarku. 


Lalu, saya memutuskan untuk ikut kursus Jurnalistik bersama Wartawan Senior Kompas sekaligus pendiri Kompasian, Kang pepih Nugraha.

Setelah mengikuti kursus jurnalistik tersebut, saya rasa ada sesuatu yang harus dibagikan juga kepada khalayak umum. Tapi, saya belum tahu secara persis di platform online mana yang harus saya tautkan masa depanku.


Lalu, berdasarkan informasi di salah satu grup perpesanan yang berisikan rekan-rekan penulis freelance, saya pun mendaftarkan diri menjadi penulis blog di Kompasian milik Kang Pepih Nugraha.


Di komunitas itulah saya melihat dunia lebih luas dari sebelumnya. Saya pun mengikuti ritme yang ada di dalamnya. Apalagi interaksi dan komunikasi antar sesama penulis terus menginspirasi saya untuk terus menebarkan lingkaran kebaikan.


Di penghujung akhir tahun 2020 saya kembali merilis novel kedua saya yang berjudul “SUPEREGO.”


Motif dari penulisan novel ini adalah saya melihat setiap orang itu memiliki super ego atau kecenderungan untuk mengusai orang lain.


Penguasaan itu bisa dilakukan dengan cara apa pun. Yang terpenting apa yang dinginkan oleh pelaku bisa dicapai. Tanpa harus melihat kondisi dan situasi dari si korban itu sendiri.


Karya novel ini pun dikombinasikan dengan psiko analisa Abraham Maslow dan Sigmund Freud serta dunia filsafat terkait  hirarki kebutuhan dasar manusia. 


Sebenarnya filsafat sebagai penegah tapi entah mengapa pada akhirnya filsafat dibaikan oleh para pemerannya. Karena superego lebih dominan dalam dirinya untuk bertindak frontal. Tapi, seburuk apa pun kejelekan yang ditutup-tutupin pada akhirnya akan kebongkar juga. Itulah ending dari novel tersebut.

Untuk menyambut tahun 2021, saya pun berhasil mengumpulkan artikel pilihan saya di Kompasian lalu dibukukan dengan judul “JEJAK AKSARA” yang diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).


Kehilangan Jati Diri Karena Pandemi Covid-19

Liputan6.com

Siapa pun dari kita pasti pernah merasakan titik terendah dalam hidupnya akibat Pandemi Covid-19.


Ya, begitulah saya juga pernah dan berada di titik tersebut. Pandemi telah mengaburkan semua impianku. Tapi, di tengah situasi dan kondisi bangsa yang carut-marut akibat perang propaganda dan perang ideologi antar kepentingan yang berdampak pada rakyat kecil, saya berhasil mendirikan blog saya WWW.TAFENPAH.COM.


Blog inilah yang pada akhirnya menemani setiap curhatan hatiku yang dikemas lalu dituangkan dalam setiap karya. Ratusan karya terus hadir menghiasi panggung literasi Indonesia.


Dari sana, saya rasa kehidupan perlahan-lahan kembali memihakku. Ibarat roda kehidupanku sudah kembali.


Saya pun kembali menemukan gairah hidup. Lalu, beberapa kesempatan saya mendapatkan tawaran jobs untuk menulis biografi tokoh publik tanah air meskipun pada akhirnya “WIKIPEDIA” lebih kejam dari Pandemi. Karena setiap tulisan yang saya muat selalu dihapus. Entah karena apa? Yang jelas saya tidak tahu.


Namun, sebagian endorse saya masih bisa jalani bersama mitra. Dua bulan lalu juga saya mendapat jobs dari Kominfo, khususnya di Kantor Perhubungan Pempro NTT-Jakarta sebagai penulis konten di NTTBANGKIT.COM.


Bulan lalu, saya kembali mendapatkan angin segar karena saya diminta untuk menjadi Copywriter Universitas Dian Nusantara. Yang lebih bahagianya adalah saat ini saya resmi menjadi jurnalis metasatu meskipun masih berstatus sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Dian Nusantara (UNDIRA)  Jakarta.


Semua berkat itu jika tak ada campur tangan dari Yesus mustahil saya bisa dapatkan. Untuk itu, terima kasih kepada orang-orang terdekatku yang selama ini menemani saya dari titik nol hingga sekarang sudah mulai bangkit lagi.


Pesan

Edukasi.Okezone.com

Apa pun yang kamu cita-citakan itu harus diperjuangkan. Karena untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi kita harus melewati berbagai masalah. Setiap masalah berpotensi untuk mendatangkan lingkaran kebaikan, jika kita memiliki keseimbangan rohani dan spiritual.


Terakhir, jika pada akhirnya kamu sukses jangan pernah melupakan Tuhanmu yang berdiam dalamm diri orang-orang terdekatmu yang selama ini menemani kamu, baik dalam suka maupun duka.


Sekian dan terima kasih.




Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Kisah Sederhanaku Hingga Menjadi Jurnalis"