HUT Kefamenanu 103, Tantangan dan Peluang Membaca Literasi Kebudayaan di TAFENPAH
Penulis : Frederikus Suni
![]() |
Kamillus Elu, SH (Wakil Bupati kabupaten Timor Tengah Utara). Ig @pemkab.timortengahutara/TAFENPAH.COM |
TAFENPAH.COM - Aktivitas membaca bukanlah persoalan memegang buku, membolak-balikkan setiap lembaran halaman, menunjukkan kepada rekan kampus, teman dekat, komunitas sampai pada gaya-gayaan lalu mengabadikan momen tersebut dalam bentuk swafoto.
Namun, jauh daripada aktivitas tersebut, membaca merupakan kegiatan berdiskusi secara tak langsung dengan si penulis.
Artinya; ketika kita membaca tanpa sadar kita sedang membangun komunikasi. Kendati pun Komunikasi yang kita ciptakan bersifat linear atau satu arah.
Karena komunikator (penulis selaku pengirim pesan) mengirimkan isi pesannya melalui tulisan di buku tanpa adanya umpan balik (feedback) dari pembaca (penerima pesan).
Namun, cara konvensional tersebut, kini tampaknya berubah, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi abad ke-21, khususnya kehadiran media siber (online) yang memungkinkan adanya umpan balik (respon) antara komunikator (pemberi pesan) dengan penerima pesan (komunikan) melalui fitur/tools komentar.
Berkaitan dengan topik pembahasan kita tentang 'Tantangan dan Peluang Membaca Literasi Kebudayaan,' admin TAFENPAH akan memberikan perspektif/pandangan terkait fenomena yang sedang dialami oleh generasi muda Indonesia, khususnya kelompok masyarakat Atoin Meto (suku Dawan Timor NTT) dalam memaknai Hari Ulang Tahun kota Kefamenanu ke-103
Berdasarkan data TAFENPAH dari Google Analytics menunjukkan tantangan terbesar generasi muda Atoin Meto untuk membaca literatur kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain;
1. Minat
2. Usia
3. Geografis
Minat
Perlu admin TAFENPAH garisbawahi, bahwasannya gaya hidup generasi muda Atoin Meto terus berubah.
Perubahan tersebut mencerminkan bagaimana sikap dan perilaku generasi muda Atoin Meto dalam membaca dan mencerna informasi yang mereka sukai, terutama konten - konten lokal yang memberikan pengaruh positif dalam mengembangkan diri hingga karir mereka.
Usia
Mayoritas pembaca berita, artikel, esai serta konten lokal di TAFENPAH adalah mereka yang berusia 18 - 24 tahun dengan persentase 10%. Pembaca 25 - 34 tahun mencapai 36%. Sisanya, pembaca dengan kisaran usia 34 - 44 tahun depan persentase mencapai 22%.
Data tersebut menunjukkan mayoritas pembaca konten lokal di TAFENPAH adalah laki-laki dengan persentase mencapai 61%. Sedangkan, pembaca perempuan 38%.
Geografis
![]() |
HUT Kefamenanu 103, Tantangan dan Peluang Membaca Literasi Kebudayaan di TAFENPAH |
Kajian tentang geografis atau wilayah mayoritas pembaca konten Kearifan Lokal Budaya di portal TAFENPAH hingga kini mayoritas berasal dari Indonesia dengan persentase 93%.
Timor Leste 1%
Malaysia 1 %
Singapura 1 %
Amerika Serikat 1 %
Kenya 1% dan negara lainnya.
Kemungkinan besar pembaca TAFENPAH dari beberapa negara di atas adalah para diaspora NTT, selain wisatawan yang ingin mempelajari kearifan lokal budaya nusantara, khususnya provinsi Nusa Tenggara Timur.
Karena NTT merupakan surga turistiknya Indonesia saat ini. Jadi, dengan mempelajari bahasa Dawan, komunikasi harian masyarakat NTT serta berbagai aspek kehidupan lainnya ikut menambah wawasan, selain mempermudah komunikasi antara wisatawan dan penduduk lokal Flobamora.
Selain ketiga faktor tersebut, tantangan yang memengaruhi generasi muda Atoin Meto untuk membaca literatur kebudayaan adalah minimnya fasilitas pendukung, sepertinya; ketersediaan jaringan internet, mahalnya biaya kuota di perbatasan Indonesia dan Timor Leste, media massa (arus utama) lebih menonjolkan pemberitaan perselingkuhan, politik, pembunuhan, kecelakaan, korupsi, intrik pejabat publik ketimbang mengangkat kisah heroik para pahlawan kebudayaan lokal!
Belum lagi, kampanye kearifan lokal budaya setempat dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TTU belum menyentuh atau menyasar hingga berbagai lapisan masyarakat juga turut mempengaruhi ketertarikan generasi muda untuk membaca sekaligus mendalami literatur kebudayaannya.
Selain itu, kurangnya kesadaran generasi muda Atoin Meto untuk membaca literatur kebudayaan. Justru mereka lebih memilih bacaan yang berkaitan dengan gaya hidup selebritis di media sosial, kecanduan gadget, kecanduan film Korea (K-drama), K-Pop dan tentunya masih banyak lagi aspek penting yang mempengaruhi perilaku dan sikap, terlebih generasi muda Indonesia, khususnya generasi muda NTT untuk mendalami berbagi Karya literasi Kebudayaannya.
Peluang
Dengan mempelajari kearifan lokal budaya setempat, generasi muda NTT, khususnya masyarakat suku Dawan Timor Barat dan Timor Leste berupaya untuk memahami cerita harian hingga faktor-faktor pendukung pengambilan keputusan, peningkatan kualitas hidup, karir serta relasi bersama leluhurnya.
Rangkaian peristiwa besar di atas mencerminkan bagaimana pentingnya generasi muda Atoin Meto untuk membaca literatur kebudayaan.
Karena semangat hidup, filosofi atau pandangan terhadap diri sendiri, lingkungan sekitar hingga kemajuan teknologi informasi dan komunikasi selalu berangkat dari mana kita lahir, bertumbuh, dan berproses menjadi pribadi yang lebih baik.
Kontekstualnya adalah pada tanggal 22 September 2025 mendatang, masyarakat kabupaten Timor Tengah Utara yang merupakan etnis Dawan Timor Barat Indonesia akan memperingati jejak - jejak berdirinya sejarah peradaban mereka di Lembah Biinmaffo.
Jejak perjalanan masyarakat Dawan Timor NTT tidak pernah lepas dari pendudukan koloni Portugis, Belanda, dan Jepang.
Tentunya, peninggalan dari ketiga bangsa penjajah tersebut juga ikut memberikan sumbangsih terhadap kemajuan wilayah Timor Barat Indonesia.
Kendati pun ada dampak negatif yang hingga kini masih kental mempengaruhi psikologis masyarakat Dawan Timor yakni; ketakutan (faktor psikologis), budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), dramatisnya bidang politik, diskriminasi antar ras, dan lainnya.
Terpisah dari dampak negatif tersebut, TAFENPAH juga menyadari peluang pengembangan konten kearifan lokal budaya Atoin Meto Timor Barat Indonesia sebagai laboratorium pengembangan diri antar generasi.
Apabila pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati beserta jajarannya bersinergi (berkolaborasi) dengan berbagai lintas sektor, tidak menutup kemungkinan, generasi muda Atoin Meto kabupaten Timor Tengah Utara akan terus termotivasi untuk belajar, mengembangkan diri, berjejaring dengan masyarakat global dalam memajukan pendidikan, budaya dan pariwisata kota Kefamenanu.
Epilog
Sebagai rangkaian penutup (epilog) dari pembahasan ini, TAFENPAH selaku laboratorium konten kearifan lokal budaya Nusantara, khususnya masyarakat suku Dawan Timor NTT mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam berbagai kampanye kebudayaan, pendidikan, dan pariwisata yang pada akhirnya ikut memberikan pertumbuhan ekonomi kreatif bagi masyarakat kabupaten Timor Tengah Utara.
Mari, kita belajar secara terus menerus guna menumbuhkan rasa kepercayaan, kepedulian sosial, keprihatinan serta kemauan untuk bekerja sama dalam mengembangkan berbagai potensi yang ada di kabupaten Timor Tengah Utara.
Semakna dengan pesan penting dari Bupati dan Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Yosep Falentinus Delasalle Kebo, S.Ip., MA dan Kamillus Elu, SH yakni "Momentum Peringatan HUT Kefamenanu ke-103 sebagai semangat kebersamaan dalam memperkuat persatuan, menggerakkan ekonomi lokal sekaligus memperkokoh identitas budaya daerah."
Sumber; www.tafenpah.com
Google Analytics TAFENPAH
Analisa TAFENPAH
Channel Youtube Perspektif Tafenpah
Tiktok; @tafenpah.com
Instagram : @suni_fredy
Kerja sama publikasikasi melalui email : tafenpahtimor@gmail.com
Posting Komentar untuk "HUT Kefamenanu 103, Tantangan dan Peluang Membaca Literasi Kebudayaan di TAFENPAH "
Posting Komentar
Diperbolehkan untuk mengutip sebagian materi dari TAFENPAH tidak lebih dari 30%. Terima kasih